Kebakaran di lereng Gunung Agung, Kabupaten Karangasem, Bali, terus meluas. Pada Minggu (1/9/2019), luasan bertambah menjadi lebih dari 10 hektar dari sebelumnya sekitar 3,5 hektar pada Jumat (30/8).
Oleh
AYU SULISTYOWATI
·2 menit baca
KARANGASEM, KOMPAS – Kebakaran di lereng Gunung Agung, Kabupaten Karangasem, Bali, terus meluas. Pada Minggu (1/9/2019), luasan bertambah menjadi lebih dari 10 hektar dari sebelumnya sekitar 3,5 hektar pada Jumat (30/8). Semua titik api berada dalam radius bahaya Siaga Gunung Agung yang melingkar 4 kilometer dari puncak.
Kebakaran yang melanda lereng Gunung Agung terjadi sejak Selasa (27/8). Sejumlah titik api yang membesar hanya bisa dipantau oleh petugas di luar radius bahaya erupsi tersebut. Tidak diperbolehkan adanya aktivitas dalam radius bahaya. Petugas mengantisipasi agar kebakaran tak makin meluas dengan menggali parit-parit.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Karangasem Ida Ketut Arimbawa mengatakan, pemantauan bersama tim dilakukan terus menerus. Pemantauan ini dimaksimalkan agar api tidak merembet ke perumahan dan tempat ibadah (pura).
Angin serta cuaca yang panas menjadi faktor utama kebakaran bisa meluas.
“Pada Sabtu (31/8) malam, masyarakat memberikan informasi api mendekati Pura Mandia di Dusun Pucang, Desa Ban, Kecamatan Kubu. Jaraknya terpantau sekitar 1, 1 kilometer dari hutan yang terbakar,” kata Arimbawa.
Dia menjelaskan, angin serta cuaca yang panas menjadi faktor utama kebakaran bisa meluas. Pepohonan serta ranting-ranting yang kering menjadi sangat rentan terbakar.
Pemantauan dan antisipasi kebakaran dilakukan oleh tim gabungan BPBD Karangasem, petugas kehutanan, personel TNI dan Polri, dan pemadam kebakaran. Jumlah personel yang terlibat sekitar 50 orang.
Kekeringan di Pulau Bali sudah berlangsung sejak Mei lalu atau selama empat bulan. Belum ada indikasi kekeringan berakhir dalam waktu dekat. Kepala Stasiun Klimatologi Jembrana BMKG Rahmat mengatakan, tiga daerah terparah mengalami kekeringan terdapat di Kabupaten Buleleng. Ketiga wilayah itu yakni Sambirenteng (145 hari tanpa hujan), Pucaksari (125 hari), dan Sumber Klampok (124 hari).
“Musim kemaraunya masih panjang. Data update tanggal 31 Agustus kemarin itu masih memperlihatkan kemarau panjang. Kedua kabupaten tersebut (Buleleng dan Karangasem) memang masuk status darurat kekeringan dan menjadi atensi,” kata Rahmat.
Ia menambahkan, beberapa hari sempat turun hujan, seperti di Badung dan Denpasar. Akan tetapi, durasi hujan itu hanya sebentar dan belum bisa disebutkan memasuki musim hujan.
Pada Sabtu (31/8), BPBD Kabupaten Karangasem melalui Tim Reaksi Cepat (TRC) mendistribusikan air bersih sebanyak 5.000 liter di Banjar Dinas Belong, Desa Ban, Kecamatan Kubu. Air diisi ke sebuah penampung besar yang dapat dimanfaatkan untuk 25 keluarga. Selama tiga bulan terakhir, petugas telah mendistribusikan air bersih sebanyak 60.000 liter.