Pemerintah pusat menargetkan pembangunan terowongan Curug Jompong di Kabupaten Bandung, Jawa Barat, sebagai infrastruktur pengurai banjir di aliran Sungai Citarum, rampung November 2019. Pemerintah berkomitmen, pemulihan Sungai Citarum selesai sesuai target awal tahun 2025.
Oleh
MACHRADIN WAHYUDI RITONGA
·3 menit baca
SOREANG, KOMPAS — Pemerintah pusat menargetkan pembangunan terowongan Curug Jompong di Kabupaten Bandung, Jawa Barat, sebagai infrastruktur pengurai banjir di aliran Sungai Citarum, rampung November 2019. Pemerintah berkomitmen, pemulihan Sungai Citarum selesai sesuai target awal tahun 2025.
Menteri Koordinator Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan dalam kunjungannya di aliran Hulu Sungai Citarum, Kabupaten Bandung, Rabu (28/8/2019), menyatakan, pembangunan terowongan kembar Curug Jompong saat ini mencapai 53 persen. Terowongan ini dibangun sepanjang 230 meter dengan lebar 8 meter.
Infrastruktur tersebut dibangun untuk menambah saluran buangan air dari Sungai Citarum yang terhambat akibat kontur berbatu di aliran sungai yang melewati Curug Jompong. ”Dari perkembangan terakhir, November ini sudah bisa dioperasikan,” ujar Luhut.
Selain memantau terowongan Curug Jompong di Kecamatan Margaasih, Luhut juga mengunjungi Sektor 1 di Kilometer 0 Sungai Citarum, Situ Cisanti, dan Sektor 6, tepatnya di danau tapal kuda (oxbow) Bojongsoang yang menjadi bagian dari Sungai Citarum.
Dalam kunjungan tersebut, Luhut melintasi oxbow menggunakan kapal rakitan bersama Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Doni Monardo, Bupati Bandung Dadang M Naser, beserta beberapa pejabat lain.
Menurut Luhut, dari sektor-sektor yang diamati, pengerjaan Program Citarum Harum telah mencapai 60 persen.
Namun, menurut Luhut, pengerjaan proyek belum sepenuhnya maksimal. Salah satunya soal kualitas air dan kebiasaan masyarakat membuang sampah. Untuk itu, dia berharap partisipasi masyarakat agar target menjadikan Sungai Citarum bersih dari sampah dan limbah bisa terpenuhi.
”Untuk perkembangan program, di daerah lain saya masih belum memantau, tetapi untuk kualitas air masih jauh. Namun, di beberapa daerah, setelah 16 bulan program berjalan, sudah berubah. Masyarakat sudah mulai sadar kebersihan. Dengan perkembangan ini, yang tadinya pesimistis, semua sudah bisa melihat hasilnya,” tutur Luhut seusai memantau oxbow Bojongsoang.
Danau tapal kuda ini berada di Sektor 6 Program Citarum Harum. Di sektor ini, tumpukan sampah tidak terlihat menggenangi potongan Sungai Citarum tersebut.
Komandan Sektor 6 Citarum Harum Kolonel Infanteri Yudi Zanibar menyebutkan, kesadaran masyarakat di sepanjang aliran sungai sektornya telah menjadi lebih baik. Sektor ini berada di aliran Citarum yang melewati Kecamatan Bojongsoang dan Baleendah sepanjang 12 kilometer.
Meski kesadaran masyarakat membuang sampah mulai membaik, pengelolaannya masih menjadi permasalahan. Menurut Luhut, pengelolaan dengan menggunakan insinerator atau pembakaran sampah bukan solusi terbaik. Dia berharap ada solusi lain sehingga sampah bisa diolah tanpa mencemari udara.
Senada dengan Luhut, Yudi menyatakan akan menerima solusi alternatif dari warga dalam pengelolaan sampah. Dia menuturkan, pembakaran dilakukan untuk mengurangi tumpukan sampah yang tidak sempat diangkut petugas kebersihan.
”Kami sadar, pembakaran bukan jadi solusi terbaik, tetapi kami tidak punya pilihan lain. Kami menerima dengan baik jika ada pihak yang menawarkan alternatif demi kebaikan masyarakat,” tuturnya.
Pengelolaan sampah tersebut dapat berupa kerajinan sampah plastik hingga membentuk bank sampah.