Kebakaran Perbukitan di Danau Toba Sulit Dipadamkan
Kebakaran hutan dan lahan masih melanda perbukitan Danau Toba di Kabupaten Samosir, Sumatera Utara, Senin (19/8/2019).
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
SAMOSIR, KOMPAS — Kebakaran hutan dan lahan masih melanda perbukitan Danau Toba di Kabupaten Samosir, Sumatera Utara, Senin (19/8/2019). Api sulit dipadamkan karena sebagian membakar lahan di wilayah perbukitan terjal yang sulit dijangkau.
”Upaya pemadaman harus dilakukan agar kebakaran tidak semakin meluas. Kabut asap dari kebakaran hutan dan lahan sangat mengganggu aktivitas masyarakat dan pariwisata,” kata pegiat lingkungan Danau Toba, Wilmar Simanjorang, Senin (19/8).
Kabut asap tersebut pun terasa di Kecamatan Sianjur Mulamula, Harian, Sitiotio, dan sebagian Pangururan. Namun, menurut Wilmar, upaya pemadaman dari pemerintah belum maksimal. Dia menyarankan pemadaman menggunakan helikopter untuk menjangkau lahan terjal yang tak bisa diakses kendaraan.
Bekas kebakaran lahan di perbukitan pun sangat mengganggu estetika karena perbukitan yang sebelumnya hamparan hijau berubah menjadi hitam bekas terbakar.
Wilmar mengatakan, api masih terus melahap hutan pinus dan ilalang di perbukitan Danau Toba di Kecamatan Sianjur Mulamula, Samosir. Nyala api dan asap pun tampak jelas dari sejumlah destinasi wisata, seperti Pusat Informasi Geopark Kaldera Toba Sigulatti dan Batu Hobon.
Wilmar menuturkan, sebagian api sudah padam, tetapi ada yang menjalar ke lahan yang lain. Bekas kebakaran lahan di perbukitan pun sangat mengganggu estetika karena perbukitan yang sebelumnya hamparan hijau berubah menjadi hitam bekas terbakar.
Di perbukitan pun hanya tersisa beberapa batang pinus yang tidak habis terbakar. ”Api terus merembet melahap hutan di dinding Kaldera Toba,” kata Wilmar.
Dia pun berharap upaya pemadaman bisa dilakukan secara maksimal dengan mendatangkan helikopter. Hal itu agar api tidak meluas menghabisi hutan di perbukitan dan mengancam ekosistem Danau Toba. Tumbuhan dan satwa yang hidup endemik di hutan Toba, seperti anggrek hutan Toba dan trenggiling, pun kini terancam.
Wilmar mengatakan, kebakaran hutan dan lahan di perbukitan Danau Toba terjadi hampir setiap tahun. Namun, upaya pencegahan belum optimal. Menurut dia, di perbukitan itu seharusnya dibuat hidran yang bisa digunakan saat kebakaran terjadi. Pembuatan hidran dinilai tidak sulit karena banyaknya mata air, sungai, dan air terjun di sekitarnya.
Sementara itu, Kepala Bidang Perlindungan dan Pengamanan Hutan Dinas Kehutanan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara Yuliani Siregar mengatakan, petugas tidak bisa berbuat banyak memadamkan api di perbukitan Danau Toba karena berada di lahan yang sangat terjal dan tidak bisa diakses kendaraan. Untuk berjalan kaki pun sangat sulit. ”Kami hanya bisa menjangkau lahan yang ada di dekat jalan,” katanya.
Kebakaran hutan dan lahan akibat pembakaran di ladang atau kawasan hutan yang dimanfaatkan warga menjadi padang penggembalaan ternak.
Yuliani mengatakan, hasil pantauan mereka, kebakaran lahan di perbukitan Danau Toba mencapai luas 120 hektar. Api sudah sempat padam karena hujan deras turun pada Minggu (18/8). Namun, api muncul kembali di beberapa tempat.
Kebakaran hutan dan lahan itu, menurut Yuliani, akibat pembakaran di ladang atau kawasan hutan yang dimanfaatkan warga menjadi padang penggembalaan ternak. ”Kami tegaskan, pembakaran lahan ini sama sekali tidak bisa dibenarkan. Kami sudah meminta agar pelaku pembakaran diproses hukum,” katanya.
Menurut Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Samosir Mahler Tamba, kebakaran hutan dan lahan di Samosir belum menyebabkan pencemaran udara yang mengganggu aktivitas masyarakat. Mahler mengatakan, kebakaran itu kini ditangani Dinas Kehutanan Provinsi Sumut.