Para perajin sandal berbahan baku ban bekas atau sandal bandol, di Banaran, Desa Pasir Kidul, Kecamatan Purwokerto Barat, Banyumas didorong untuk terus berinovasi menciptakan desain sandal yang menarik dan berkualitas agar naik kelas.
Oleh
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
·3 menit baca
PURWOKERTO, KOMPAS — Para perajin sandal berbahan baku ban bekas atau sandal bandol di Banaran, Desa Pasir Kidul, Kecamatan Purwokerto Barat, Banyumas didorong terus berinovasi menciptakan desain sandal yang menarik dan berkualitas. Sandal bandol, yang merupakan singkatan ban bodol atau ban rusak, diharapkan dapat naik kelas dan diminati oleh banyak kalangan.
”Kami ingin sandal bandol ini bisa naik kelas dari yang tadinya banyak dipesan oleh kalangan menengah ke bawah, kini diharapkan bisa dipesan oleh kalangan menengah ke atas,” kata Ketua Paguyuban Perajin Alas Kaki Bandol Simba Imam Tahyudin, Jumat (16/8/2019), di sela-sela pameran dan lomba desain sandal bandol di Purwokerto.
Imam menyampaikan, para perajin didorong untuk kreatif menciptakan sandal bandol yang nyaman dan rapi dengan desain yang menarik. Paguyuban juga bekerja sama dengan perhotelan untuk membuat katalog atau daftar produk sandal bandol dan diletakkan di kamar-kamar hotel.
”Proses pembuatannya juga harus mudah dan cepat. Ada perajin yang membuat sandal dengan motif yang rumit sehingga perlu waktu sampai seminggu,” kata Imam.
Dorong berkelompok
Camat Purwokerto Barat Totot Subagyo mengatakan, pihaknya mendorong para perajin berkelompok dan saling bekerja sama untuk memenuhi standar kualitas dan kebutuhan pasar. ”Jika ada pemesanan dalam jumlah besar, kelompok bisa saling mengisi dan membantu,” tuturnya.
Menurut Totot, selain kendala pemasaran, produksi sandal bandol juga terkendala regenerasi perajin yang kini sebagian besar sudah tua. ”Di sini ada 32 perajin sandal bandol. Jumlahnya segitu saja dan orangnya itu-itu saja,” katanya.
Kami berharap wisatawan yang datang ke Purwokerto bisa pulang membawa kerajinan tangan sandal bandol ini. (Ibnu Irawan)
Dalam pameran ditampilkan 25 pasang sandal bandol dari para perajin. Model sandal, di antaranya sandal gunung, sandal perempuan, serta sandal dengan ujung depan runcing dan naik ke atas seperti sandal Aladin. Sepasang sandal dibanderol dengan harga Rp 50.000, Rp 75.000, Rp 100.000, hingga Rp 150.000.
Sejumlah sandal bandol atau sandal berbahan baku ban bodol atau rusak dilombakan di Purwokerto, Banyumas, Jawa Tengah, Jumat (16/8/2019). Para perajin didorong untuk berinovasi dan bekerja sama untuk meningkatkan kualitas sandal agar diminati banyak kalangan.
Mubaidin (53), salah satu perajin sandal bandol, mengatakan, dirinya dalam sehari bisa mengerjakan 4-5 pasang sandal. ”Dalam sebulan bisa memproduksi rata-rata 100 pasang sandal. Sandal bandol ini kuat minimal 3 tahun,” kata Mubaidin yang sudah menjual sandal bandol hingga Lombok.
Human Resources Manager Hotel Meotel Purwokerto Ibnu Irawan menyampaikan, pihak hotel mendukung peningkatan pariwisata serta usaha mikro kecil, dan menengah salah satunya dengan menyediakan tempat di lobi hotel untuk memajang produk sandal bandol. ”Kami berharap wisatawan yang datang ke Purwokerto bisa pulang membawa kerajinan tangan sandal bandol ini. Di Bandung ada sepatu dari Cibaduyut, di Bali ada Joger, nah, di Purwokerto ini ada sandal bandol,” kata Ibnu.
Kepala Seksi Fasilitasi Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Banyumas Amin Saefudin menyampaikan, pemerintah daerah berupaya mendorong pemasaran sandal bandol ini dengan mengikuti sejumlah pameran di luar Banyumas dan mengadakan pelatihan untuk meningkatkan kualitas produk sandal bandol ini.