Sebagai ekstrakurikuler wajib bagi pelajar di Surabaya, kegiatan pramuka diisi dengan aktivitas yang tidak membosankan. Selain mempelajari tali temali dan sandi, kegiatan pramuka juga diisi dengan aktivitas menjaga lingkungan.
Oleh
IQBAL BASYARI/ AGNES SWETTA PANDIA
·2 menit baca
SURABAYA, KOMPAS – Sebagai ekstrakurikuler wajib bagi pelajar di Surabaya, kegiatan pramuka diisi dengan aktivitas yang tidak membosankan. Selain mempelajari tali temali dan sandi, kegiatan pramuka juga diisi dengan aktivitas menjaga lingkungan.
Anggota Kwartir Daerah Gerakan Pramuka Jawa Timur Mochamad Zamroni, Rabu (14/8/2019) di Surabaya mengatakan, siswa pramuka diajarkan untuk berkontribusi terhadap lingkungan sekitar. Mereka tidak hanya dilatih tali temali dan sandi, namun ikut berkontribusi menjaga lingkungan, seperti melakukan aksi bersih-besih sampah dan pengurangan plastic sekali pakai.
“Kegiatan pramuka harus diisi dengan kegiatan-kegiatan yang menyenangkan, jangan sampai karena menjadi kegiatan wajib, pramuka menjadi membosankan,” ujarnya.
Setiap bulan, ratusan siswa pramuka diajak untuk membersihkan sampah di pesisir utara Surabaya. Kehadiran mereka dalam kegiatan ini mendapatkan apresiasi khusus karena aktivitas dilakukan di luar jadwal tetap pramuka, yakni setiap Jumat. Siswa yang hadir mendapatkan penghargaan yang akan diserahkan setiap tahun.
“Kami juga mendorong pembina pramuka tingkat kabupaten/kota di Jatim untuk melakukan kegiatan sosial meskipun tidak memiliki dana, sebab siswa-siswa pramuka selalu antusias mengikuti kegiatan yang berdampak sosial,” ucap Rony.
Kegiatan pramuka harus diisi dengan kegiatan-kegiatan yang menyenangkan, jangan sampai karena menjadi kegiatan wajib, pramuka menjadi membosankan
Kepala Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Surabaya Budi Hartono menuturkan, nilai-nilai kepanduan diajarkan dalam materi pembelajaran. Nilai-nilai tersebut disisipkan dalam beberapa pengajaran, seperti IPA, IPS, dan Matematika. “Kami mengasah kemandirian siswa dari belajar pramuka saat mempelajari kasus-kasus di mata pelajaran lain,” ucapnya.
Selama ini, sekitar 900 siswa yang mengikuti ekstrakurikuler pramuka secara bergantian mempelajari gerakan kepanduan di sekolah. Lahan yang tersedia di sekolah ini masih mencukupi, meskipun harus bergantian menggunakan lapangan sekolah.
Muhammad Farhan Maheswara (14), siswa kelas 3 SMPN 1 Surabaya, menilai, pramuka membuat mentalnya lebih kuat menghadapi persoalan, baik di sekolah maupun di luar. Kegiatan di pramuka selain mengasah mental juga lebih mengakrabkan hubungan serta kerjasama anggota tim. “Selama ikut pramuka sejak kelas VII, paling senang kegiatan pramuka ketika ada permainan atau lomba tercepat mendirikan tenda, atau memasang tali,” katanya.
Ikut Pramuka senang karena hubungan dengan teman lebih akrab, lebih mandiri dan kerjasama pun terus dipupuk. Cuma malasnya kegiatannya cenderung latihan fisik dan minim permainan. Jadi banyak teman termasuk saya agak kurang tertarik ikut Pramuka. Lha sudah dua tahun belum pernah berkemah di luar kota
Walaupun sebagai anggota pramuka sudah dijalani selama dua tahun, Farhan mengaku kegiatan pramuka saat ini terlalu monoton. Apalagi kegiatan hanya berlangsung di kompleks sekolah termasuk perkemahan Jumat-Sabtu sekali tiap tahun.
“Ikut Pramuka senang karena hubungan dengan teman lebih akrab, lebih mandiri dan kerjasama pun terus dipupuk. Cuma malasnya kegiatannya cenderung latihan fisik dan minim permainan. Jadi banyak teman termasuk saya agak kurang tertarik ikut Pramuka. Lha sudah dua tahun belum pernah berkemah di luar kota,” ujar Farhan yang gemar main sepak bola itu.