Film ”Bali: Beats of Paradise” Tingkatkan Daya Saing Wisata Pulau Dewata
Pemutaran film ”Bali: Beats of Paradise” di sejumlah negara diharapkan mengulang sukses film ”Eat, Pray, Love” produksi Hollywood pada 2010. Keduanya memiliki magnet mengangkat budaya serta pariwisata Pulau Bali.
Oleh
AYU SULISTYOWATI
·3 menit baca
BADUNG, KOMPAS — Pemutaran film Bali: Beats of Paradise di sejumlah negara diharapkan mengulang sukses film Eat, Pray, Love produksi Hollywood pada 2010. Keduanya memiliki magnet mengangkat budaya serta pariwisata Pulau Bali.
Munculnya tayangan film Bali: Beats of Paradise dianggap menjadi energi tambahan untuk semakin memantapkan posisi Bali sebagai tujuan wisata dunia favorit. Terlebih, di tengah kelesuan ekonomi beberapa tahun belakangan, film ini diharapkan dapat memperkuat promosi wisata Bali di mata internasional.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali Putu Astawa mengaku sangat bangga terhadap film Bali: Beats of Paradise karena mampu memperlihatkan kekayaan budaya Bali melalui gamelan dan tarian. ”Film ini semestinya mampu membuka wawasan banyak pihak agar mendukung pelestarian budaya dan menjadi daya tarik wisata,” katanya di Kota Denpasar, Minggu (11/8/2019).
Pulau Bali, lanjut Putu, bukan hanya dianugerahi alam indah, melainkan juga kaya ragam budaya. Salah satunya musik gamelan. Ia bahkan tak menyangka gamelan Bali dapat dikolaborasikan dengan gaya musik modern Amerika Serikat. Hal ini tak lepas dari peran maestro gamelan Bali, Nyoman Wenten, yang telah tinggal di Amerika Serikat sekitar 40 tahun dan juga mengajar di University of California (UCLA) Los Angeles.
Pada penayangan perdana di Denpasar, Bali, Sabtu (10/8) malam, sejumlah undangan mengaku terkesan dengan film tersebut. Mereka tak menyangka jika gamelan memang sudah mendunia dan menjadi referensi sejumlah musik dalam pembuatan film-film.
Livi Zheng, sutaradara yang juga produser film Bali: Beats of Paradise bangga bisa mempersembahkan film berbasis budaya lokal Indonesia ini. Ia juga bangga bisa membawa film ini ditayangkan ke sejumlah negara, seperti Amerika Serikat dan Korea Selatan. Bahkan, film ini sudah masuk daftar tontonan dalam penerbangan Singapura Airlines.
”Film ini jawaban keresahan saya. Ternyata, gamelan sejak lama sudah menjadi referensi pembuatan musik untuk film mancanegara kelas dunia. Contohnya Star Trek dan Avatar,” tutur Livi.
Ternyata, gamelan sejak lama sudah menjadi referensi pembuatan musik untuk film mancanegara kelas dunia. Contohnya Star Trek dan Avatar.
Selain itu, ia juga mengapresiasi dedikasi Nyoman Wenten yang berjuang mengajarkan dan memperkenalkan gamelan Bali ke mancanegara. Ia pun melihat sosok Wenten sebagai salah satu duta budaya Indonesia yang dihargai dan punya pengaruh di dunia, khususnya musik.
Film berdurasi sekitar 1 jam ini menceritakan keseharian pasangan suami-istri, Nyoman Wenten dan Nanik Wenten, yang menjadi pengajar gamelan dan tarian Bali di Amerika Serikat. Hidup puluhan tahun di luar negeri, keduanya tidak pernah melupakan kebudayaan Bali. Murid mereka, generasi muda AS, antusias belajar gamelan dan tarian Bali.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Trisno Nugroho mengapresiasi film dokumenter mengenai budaya Bali tersebut. ”Pengemasan nuansa Bali-nya sangat kental. Saya optimistis mampu membangkitkan selera calon wisatawan untuk tetap memilih Bali sebagai destinasi liburannya,” katanya.
Film ini, lanjut Trisno, sangat mungkin memengaruhi ekonomi masyarakat Bali maupun Indonesia. Tayangan ini dapat mempengaruhi semua kalangan tetap tertarik berwisata serta belajar mengenai kebudayaan Bali. Dampaknya diyakini positif terhadap perekonomian Bali.
Apalagi, persaingan industri pariwisata domestik, menurut Trisno, kian sengit. Berdasarkan data Kantor Perwakilan Bank Indonesia Bali, kinerja pariwisata Bali pada semester I tahun 2019 menunjukkan penurunan dibandingkan periode yang sama 2018. Jumlah wisatawan mancanegara ke Bali di semester I 2019 sebanyak 2,85 juta orang. Angka ini menurun sekitar 0,65 persen dibandingkan periode sama tahun lalu sebanyak 2,89 juta orang.
Menurut Trisno, Bali harus berinovasi untuk dapat bersaing dengan destinasi internasional lainnya. ”Ya, film ini dapat menjadi salah satu upaya membangkitkan lagi promosi pariwisata Bali dan Indonesia,” katanya.