Aparat Badan Narkotika Nasional Provinsi Jawa Timur menggagalkan pengiriman sabu yang dikirim dari Malaysia menuju Sampang, Madura.
Oleh
IQBAL BASYARI
·2 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Aparat Badan Narkotika Nasional Provinsi Jawa Timur menggagalkan pengiriman sabu yang dikirim dari Malaysia menuju Sampang, Madura. Untuk mengelabui petugas, sabu sebanyak 25,4 kilogram itu diselundupkan di lemari sepatu.
Selain menyita sabu, aparat juga menangkap empat pengedar. Mereka adalah FR (33), IW (22), HK (32), dan AS (42). Mereka ditangkap terpisah di Sidoarjo dan Sampang, Rabu (7/8/2019).
”Modusnya termasuk baru karena menggunakan furnitur yang didesain khusus untuk menyembunyikan sabu,” ujar Kepala Bidang Pemberantasan Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Jatim Ajun Komisaris Besar Wisnu Chandra, Jumat (9/8/2019), di Surabaya.
Wisnu menuturkan, sindikat tersebut mendesain furnitur berupa lemari sepatu yang khusus untuk menyelundupkan sabu. Di bagian dalam lemari, mereka membuat sekat untuk menyimpan sabu sehingga tidak dicurigai petugas.
Pengungkapan pengiriman sabu ini, lanjut dia, berawal dari temuan aparat BNNP Jatim di sebuah gudang penyimpanan furnitur di Surabaya. Furnitur tersebut diketahui berasal dari Malaysia.
”Ketika dikonfirmasikan kepada Bea dan Cukai, pengiriman furnitur tersebut tidak terdaftar melalui proses impor resmi sehingga tidak melalui pemeriksaan sinar X,” katanya.
Petugas kemudian mengembangkan dan menelusuri penerima paket furnitur tersebut. Namun, berdasarkan alamat yang tertera dalam paket, alamat dan nomor telepon seluler penerima ternyata palsu. Tim kemudian mendapatkan informasi pemilik furnitur tersebut tiba di Bandar Udara Internasional Juanda, Sidoarjo. Di sana, pelaku langsung ditangkap.
”Ketika hendak ditangkap, tersangka kabur sehingga kami menembak kaca mobil yang dikendarai tersangka,” ucap Wisnu.
Kepala BNNP Jatim Brigadir Jenderal (Pol) Bambang Priyambaha menyatakan masih menelusuri bandar besar yang mengatur pengiriman sabu ini. Sebab, pengiriman dalam jumlah besar ini diperkirakan melibatkan banyak pihak yang terorganisasi.
”Ada kemungkinan jaringan ini dibantu pihak lain yang tidak ikut dalam bisnis narkoba secara langsung,” ucapnya.