International Watercolor Society memamerkan 303 karya lukisan cat air dari 56 negara di Art Bali, Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali, mulai 1 Agustus hingga 7 Agustus. Pameran bertema @rtquarelle ini menampilkan para pemenang kompetisi perdana.
Oleh
AYU SULISTYOWATI
·3 menit baca
NUSA DUA, KOMPAS — International Watercolor Society memamerkan 303 karya lukisan cat air dari 56 negara di Art Bali, Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali, mulai 1 Agustus hingga 7 Agustus. Pameran ketiga ini mengangkat tema @rtquarelle dan menampilkan para pemenang kompetisi perdana.
Beberapa pelukis maestro, seperti Srihadi Sudarsono dan Liu Yi, juga menampilkan karya mereka dengan media kertas serta cat air. Pameran ini sekaligus diharapkan dapat membuat Indonesia diperhitungkan dalam kancah seni lukis cat air dunia.
Tentu kegiatan ini memberikan manfaat yang sangat besar bagi masyarakat Bali, khususnya bagi para seniman lukis.
Wakil Gubernur Bali Tjok Oka Ardhana Sukawati atau Cok Ace mengapresiasi digelarnya pameran serta kompetisi antarseniman car air dunia ini. Hal ini positif sebagai media penyampaian informasi serta memberikan kontribusi dalam menggerakkan cakrawala masa depan bagi masyarakat.
”Saya menyambut baik diselenggarakannya pameran ini. Tentu kegiatan ini memberikan manfaat yang sangat besar bagi masyarakat Bali, khususnya bagi para seniman lukis,” kata Cok Ace.
Ia menambahkan, perkembangan dunia seni lukis di Indonesia tetap harus selalu didorong untuk dapat bersaing dengan karya-karya di dunia. Indonesia, ucapnya, telah banyak melahirkan maestro di berbagai bidang seni yang telah diakui dunia. Oleh sebab itu, menjadi tanggung jawab kita semua untuk senantiasa mendukung upaya memajukan berbagai bentuk kesenian yang kita miliki, seperti seni lukis cat air.
”Seni lukis sebagai bagian dari kebudayaan nasional memiliki peran yang sangat penting dalam upaya pemajuan kebudayaan yang sedang gencar-gencarnya dilakukan oleh pemerintah dengan diterbitkannya Undang-Undang tentang Pemajuan Kebudayaan,” ungkapnya.
Pameran ini sejalan dengan visi pengembangan Bali, ”Nangun Sat Kerthi Loka Bali”.
Lebih lanjut, Cok Ace berharap pameran seni lukis internasional ini dijadikan momentum dalam upaya pemajuan kebudayaan. Menurut dia, pameran ini merupakan langkah yang sangat strategis dalam upaya menjalin kerja sama antarnegara melalui para seniman.
Ia juga menyinggung, pameran ini sejalan dengan visi pengembangan Bali, ”Nangun Sat Kerthi Loka Bali”. Artinya, pengembangan yang menitikberatkan pada tata kehidupan krama Bali yang bersentuhan dengan tiga unsur utama yang saling berhubungan: alam, krama, dan kebudayaan.
Sementara itu, Ketua International Watercolour Society (IWS) Indonesia Agus Budianto bangga dengan karya-karya Indonesia yang tak kalah hebat, baik teknik maupun ide, dari negara-negara lain. Ia juga menyampaikan, pameran ini menampilkan banyak ragam dan kecenderungan tema, gagasan, obyek garapan, motif, ataupun pencapaian teknik dalam seni lukis cat air.
”Dengan penyelenggaraan kompetisi cat air antarnegara ini, IWS membubuhkan Indonesia sebagai satu titik penting dalam percaturan seni budaya internasional dan semakin mengokohkan posturnya sebagai kawasan yang subur kreativitas ke dalam peta cat air dunia. Ini momen yang sangat penting, rintisan yang dengan berani diambil di tengah segala keterbatasan. Karena itu, mesti dijaga dan dirawat pertumbuhannya,” tutur Agus.
Kurator Efix Mulyadi juga bangga dengan ratusan karya tersebut. Cat air menjadi media yang semakin diperhitungkan dalam dunia seni lukis. Apalagi, seniman Indonesia juga tidak kalah menarik menampilkan teknik serta pengembangannya.
Hadir pada pembukaan Kamis malam, Direktur Pengembangan Pasar Luar Negeri Badan Ekonomi Kreatif Wahyu Pudjianto serta Kepala Subdirektorat Seni Rupa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Susiyanti.
Sebelum pembukaan, sejumlah pelukis dari beberapa negara berdemonstrasi melukis cat air. Pengunjung pun puas dengan pameran serta adanya demonstrasi tersebut dan mengenal senimannya.