”Si Serigala Besar” Bawa 1,5 Juta Buku ke Yogyakarta
Setelah digelar di sejumlah kota besar di Indonesia, bazar buku Big Bad Wolf hadir di Daerah Istimewa Yogyakarta. PT Jaya Ritel Indonesia, penyelenggara Big Bad Wolf, memboyong sekitar 1,5 juta buku dari berbagai genre selama penyelenggaraan pameran di Yogyakarta, 2-12 Agustus 2019.
Oleh
HARIS FIRDAUS
·3 menit baca
BANTUL, KOMPAS — Setelah digelar di sejumlah kota besar di Indonesia, bazar buku Big Bad Wolf hadir di Daerah Istimewa Yogyakarta. PT Jaya Ritel Indonesia, penyelenggara Big Bad Wolf, memboyong sekitar 1,5 juta buku dari berbagai genre selama penyelenggaraan pameran di Yogyakarta pada 2-12 Agustus 2019.
”Big Bad Wolf akan terus hadir mewujudkan misinya, meningkatkan minat baca dan literasi di Indonesia,” kata Presiden Direktur PT Jaya Ritel Indonesia Uli Silalahi dalam pembukaan Big Bad Wolf di Jogja Expo Center, Kabupaten Bantul, DIY, Kamis (1/8/2019).
Big Bad Wolf akan terus hadir mewujudkan misinya, meningkatkan minat baca dan literasi di Indonesia
Big Bad Wolf adalah bazar buku ternama di dunia. Acara itu pertama kali digelar di Kuala Lumpur, Malaysia, pada 2009. Sejak tahun 2016, Big Bad Wolf juga digelar di Indonesia. Hingga sekarang, bazar buku tersebut telah digelar di beberapa kota besar di Indonesia, antara lain Jakarta, Bandung, Surabaya, dan Medan.
Uli mengatakan, Big Bad Wolf memiliki misi utama menggalakkan budaya membaca sejak dini di kalangan masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, Big Bad Wolf terus berupaya menyediakan buku bacaan berkualitas dengan harga terjangkau. ”Big Bad Wolf ingin turut serta mencerdaskan bangsa,” ujarnya.
Uli menuturkan, minat baca masyarakat Indonesia masih perlu terus ditingkatkan. Sebab, sejumlah survei dan studi menunjukkan, minat baca masyarakat Indonesia relatif rendah. Salah satu contohnya, berdasarkan data Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) tahun 2012, indeks minat baca di Indonesia hanya 0,001. Artinya, dari setiap 1.000 orang, hanya ada satu orang yang memiliki minat membaca.
Selain itu, menurut survei Central Connecticut State University pada Maret 2016, Indonesia berada di peringkat ke-60 dari 61 negara yang disurvei terkait minat baca. ”Rendahnya minat baca Indonesia membuat bazar buku Big Bad Wolf terus bergerak memberikan bahan bacaan menarik,” ujar Uli.
Ia menyatakan, dalam penyelenggaraan di sejumlah kota di Indonesia, Big Bad Wolf mendapat sambutan besar dari masyarakat. Dari waktu ke waktu, sambutan masyarakat terhadap Big Bad Wolf juga cenderung meningkat.
”Saat pertama kali pameran di Jakarta tahun 2016, kita bisa mendatangkan 350.000 orang dari target sebelumnya hanya 100.000 orang. Tahun kedua di Jakarta, pengunjung sekitar 500.000-600.000 orang. Sementara tahun ketiga mencapai 750.000-800.000 orang. Tahun ini, jumlah pengunjung Big Bad Wolf di Jakarta tembus 1 juta orang,” tutur Uli.
Ia menjelaskan, berdasarkan sejumlah pertimbangan, PT Jaya Ritel Indonesia awalnya tidak berniat menyelenggarakan bazar buku Big Bad Wolf di Yogyakarta. Namun, rencana itu berubah setelah melihat banyaknya permintaan masyarakat di media sosial.
Menurut Uli, selama penyelenggaraan di Yogyakarta, Big Bad Wolf menghadirkan 1,5 juta buku. Dari jumlah itu, sekitar 85 persen merupakan buku terbitan penerbit internasional. Oleh karena itu, tak heran sebagian besar buku yang dijual dalam Big Bad Wolf merupakan buku berbahasa Inggris. Buku-buku yang dijual berasal dari berbagai genre, dari buku arsitektur, fotografi, seni rupa, sastra, buku memasak, hingga buku anak.
”Kami berharap, ada sekitar 200.000 pengunjung yang datang. Kami tidak memiliki target penjualan. Kami melihat jumlah pengunjung,” ujar Uli.
Penasihat PT Jaya Ritel Indonesia Rachmat Gobel mengatakan, penyelenggaraan Big Bad Wolf diharapkan bisa ikut meningkatkan kualitas sumber daya manusia di Indonesia. Peningkatan kualitas sumber daya manusia penting karena menjadi salah satu faktor yang menentukan keberhasilan pembangunan negara.
”Keberhasilan dalam membangun negara tidak lepas dari sumber daya manusia yang baik dan kuat. Oleh karena itu, untuk mencapai keberhasilan, sumber daya manusia harus dipersiapkan sejak kecil,” ucap Rachmat.
Kepala Dinas Perpustakaan dan Arsip DIY Monika Nur Lastiyani yakin, bazar buku Big Bad Wolf akan disambut antusias masyarakat. Apalagi, Yogyakarta memiliki banyak sekali pelajar dan mahasiswa yang membutuhkan buku bacaan. ”Acara seperti ini sangat ditunggu,” ujarnya.