JAYAPURA, KOMPAS Konflik bersenjata di Kabupaten Nduga, Papua, terus memakan korban. Selain menewaskan warga sipil, tentara, polisi, dan pekerja infrastruktur, sejumlah pengungsi yang keluar kabupaten dilaporkan juga meninggal akibat minimnya perhatian yang dikaitkan dengan kelaparan dan kekurangan gizi.
Akhir pekan lalu, sejumlah data beredar, yang menyebutkan angka 177, 139, 130, atau 50 pengungsi dari Nduga meninggal akibat kelaparan. Tidak ada data tunggal yang bisa menjadi pegangan.
Pastor John Jonga Pr, tokoh Gereja Katolik yang juga pembela hak asasi manusia di Papua, menyatakan, masalah di Nduga tidak hanya konflik aparat keamanan dengan kelompok kriminal bersenjata (KKB) pimpinan Egianus Kogoya. Masalah darurat, banyak warga Nduga mengungsi pasca-penembakan terhadap pekerja infrastruktur PT Istaka Karya pada 2 Desember 2018.

Warga mengungsi ke hutan, kota Wamena, Timika, Asmat, dan Lanny Jaya. ”Banyak informasi tentang jumlah pengungsi meninggal. Berbeda-beda,” tutur John. Ia berharap Presiden Joko Widodo membentuk tim investigasi yang dipimpin Kementerian Sosial dan sejumlah pihak terkait untuk mendata jumlah pengungsi dari Nduga.
”Masalah ini harus diselesaikan cepat, sangat mendesak. Dengan data valid, warga yang meninggalkan rumahnya ke sejumlah titik bisa segera mendapat pertolongan,” kata penerima Yap Thiam Hien Award 2009 itu.
Ia juga meminta ada gencatan senjata antara TNI-Polri dan kelompok Egianus. Pertimbangannya, pertikaian kedua pihak menyebabkan warga jadi trauma dan takut pulang. Sepanjang 2018 hingga Juli 2019, KKB terlibat dalam 37 kasus penembakan. Sebanyak 23 warga sipil dan 15 anggota TNI-Polri meninggal. Korban luka warga sipil 7 orang dan aparat keamanan 14 orang.
Juru bicara Organisasi Papua Merdeka (OPM), Sebby Sambon, dihubungi Sabtu lalu, mengatakan, OPM akan terus menyerang anggota TNI yang berada di Nduga agar menghentikan pembangunan jalan Trans- Papua. ”Kami tak membutuhkan jalan Trans-Papua, tetapi referendum. OPM tak akan menempuh jalur diplomasi,” tuturnya.
Korban lagi
Sabtu lalu, seorang anggota TNI tertembak kelompok Egianus di Kampung Yuguru. Prajurit Dua Usman Hambelo gugur akibat tertembak di pinggang.
Usman bersama 28 anggota TNI sedang beristirahat di kamp pekerja saat dihujani tembakan dari atas bukit, pukul 12.45 WIT. ”Pria asal Kabupaten Yahukimo ini gugur sebagai pahlawan pembangunan infrastruktur,” kata Kepala Penerangan Komando Daerah Militer XVII/Cenderawasih Kolonel (Inf) Muhammad Aidi.
Kelompok separatis itu berjarak 300 meter dari anggota TNI. Kontak senjata terhenti pukul 13.40 WIT. Para penyerang lari ke hutan. Usman bertugas mengamankan pembangunan jembatan di Sungai Yuguru. Sejak Mei 2019, 600 personel TNI AD diterjunkan untuk membangun 30 jembatan di jalur Trans-Papua yang menghubungkan Wamena-Mamugu sepanjang 284 kilometer.
TNI AD tetap akan melanjutkan pembangunan jembatan untuk menyambungkan jalan Trans-Papua. Jalan itu merupakan infrastruktur penting untuk membuka keterisolasian di daerah pegunungan. Diperlukan 35 jembatan untuk menyambungkan Wamena- Mamugu. Jalan ini melewati tiga kabupaten, yakni Jayawijaya, Nduga, dan Asmat.
Pembangunan terhenti lima bulan setelah penembakan terhadap 28 pekerja PT Istaka Karya di Bukit Kabo, Distrik Yigi, Nduga. Sebanyak 17 orang tewas, 7 orang selamat, dan 4 orang belum ditemukan. (FLO)