Kembalikan Kejayaan Perkebunan, Kementan Bagikan 500 Juta Bibit Gratis
Kementerian Pertanian resmi meluncurkan program Bun500 dalam kurun waktu lima tahun dari 2019 sampai 2024, di Kalimantan Tengah, Kamis (18/7/2019). Sebanyak 500 juta bibit komoditas perkebunan dibagikan gratis kepada masyarakat di Indonesia dan ditargetkan ditanam di lahan seluas 900.000 hektar.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·3 menit baca
PALANGKARAYA, KOMPAS — Kementerian Pertanian resmi meluncurkan program Bun500 dalam kurun waktu lima tahun, dari 2019 sampai 2024, di Kalimantan Tengah, Kamis (18/7/2019). Sebanyak 500 juta bibit unggul komoditas perkebunan dibagikan gratis kepada masyarakat di Indonesia dan ditargetkan ditanam di lahan seluas 900.000 hektar.
Program Bun500 merupakan program bagi-bagi benih perkebunan gratis kepada kelompok-kelompok tani di Indonesia dan dimulai dari Kalimantan Tengah dengan membagikan 1 juta bibit gratis kepada petani di 14 kabupaten/kota. Terdapat 10 komoditas prioritas yang diberikan kepada petani, yakni kopi, lada, cengkeh, pala, kakao, karet, kelapa dalam (Cocos nucifera), tebu, teh, dan jambu mete. Seluruh benih berasal dari Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan.
Di Kalteng, hanya lima komoditas yang dibagikan sesuai dengan kebutuhan petani dan kondisi topografi di Kalteng, yakni kelapa dalam, kakao, karet, pala, dan kopi jenis robusta.
”Mimpi besarnya adalah mengembalikan kejayaan rempah-rempah Indonesia yang kaya ratusan tahun lalu dan menyejahterakan petani,” ucap Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman di Palangkaraya, Kamis siang.
Menurut Amran, selama ini produktivitas perkebunan hortikultura belum optimal lantaran masih banyak petani menanam bibit di lahan dengan cara sembarangan. Oleh karena itu, bibit yang dibagikan dipastikan bibit unggul dan akan mampu meningkatkan produktivitas perkebunan.
Mimpi besarnya adalah mengembalikan kejayaan rempah-rempah Indonesia yang kaya ratusan tahun lalu dan menyejahterakan petani.
Untuk kopi, lanjutnya, sampai saat ini dengan menanam bibit biasa hanya mampu memproduksi 700 kilogram per hektar per tahun dan jumlah itu ia nilai belum cukup memenuhi kebutuhan ekspor. Dengan program ini, ia memprediksi kenaikan produktivitas mampu naik hingga 3,5 ton sampai 4 ton per hektar per tahun.
”Komoditas yang dipilih itu yang dibutuhkan dan dicari di dunia. Ini sudah dipastikan dan disesuaikan juga dengan kondisi topografi, kultur, dan iklim di wilayah Indonesia,” ujar Amran.
Ia mengungkapkan, pihaknya menargetkan akan mampu membagikan 100 juta bibit unggul tiap tahun hingga 2024. Catatan Kementerian Pertanian, pada tahun ini, sudah 30 juta bibit unggul perkebunan dibagikan gratis kepada petani.
Belum pernah
Paiman (65), salah satu petani dari Kelompok Tani Mandiri asal Desa Sidomulyo, Kelurahan Bukit Batu, Kota Palangkaraya, mengatakan belum pernah menanam bibit perkebunan. Alasannya, penghasilan yang didapat dari sektor perkebunan lebih lama dibandingkan sektor pertanian.
”Saya ini tanam cabai. Kalau diberi kakao atau kopi, saya harus bagi lahan saya untuk cabai dan kakao itu. Tapi, ya, namanya gratis, hanya belum tahu mau nanam di mana,” kata Paiman.
Gubernur Kalteng Sugianto Sabran menyebutkan, dari target 900.000 hektar di seluruh Indonesia, Kalteng mampu memberikan lahan setengah dari target tersebut. ”Kalau targetnya segitu kecil itu, kami ambil 50 persennya. Makanya saya minta izin ke menteri untuk minta 50 persennya di sini,” ujarnya.
Sebelumnya, pemerintah provinsi juga sudah menyiapkan 663.287 hektar kawasan hutan untuk diusulkan dilepas menjadi kawasan yang bisa dikelola ke Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Lahan tersebut digunakan untuk menyiapkan food estate.
”Nanti lahannya akan dibagi, kami sudah buat zonanya. Kami ingin Kalteng kembali ke budaya pertanian dan perikanan. Nah, zona-zona ini sudah cocok, lahannya juga sudah siap. Kalau ada masalah, saya juga sudah sampaikan ke menteri,” tutur Sugianto.
Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Kalteng Rawing Rambang mengatakan, bibit yang dibagikan sudah diverifikasi oleh pihaknya sebelum dibagikan kepada petani. Dalam melakukan verifikasi, juga dilibatkan banyak pihak, termasuk kementerian.
Dalam pantauan Kompas, pada bibit kopi dan lada, banyak daunnya sudah mulai berlubang karena dimakan ulat. Bahkan, Amran melihat beberapa bibit kekurangan nutrisium, dilihat dari warna daun yang menguning.
Menurut Rawing, sebelum bibit dibagikan, akan dibedakan yang rusak dan yang baik. Petani hanya akan mendapatkan yang terbaik. ”Bibit yang di sini ada yang sudah siap bagi, ada yang belum. Ini belum. Nanti kalau sudah agak besar, dia pasti baik,” ujarnya.