Bersama Menjaga Pesisir Kota Mataram dari Sampah Plastik
Upaya mendorong masyarakat agar lebih peduli terhadap lingkungan di Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, terus dilakukan. Tidak hanya orang dewasa, anak-anak juga turut diajak agar kepedulian itu mulai tumbuh sejak usia dini.
Upaya mendorong masyarakat agar lebih peduli terhadap lingkungan di Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, terus dilakukan. Tidak hanya orang dewasa, anak-anak juga turut diajak agar kepedulian itu tumbuh sejak usia dini.
Queenly Shefanya Setiawan (7) dan Divanny Annira Victory Madalen (7) terlihat bersemangat. Di bawah pengawasan Iswi Asriyana (38), gurunya, kedua pelajar kelas I Sekolah Dasar Kristen Tunas Daud itu mantap berjalan menyusuri Pantai Loang Baloq, Kota Mataram, Rabu (17/7/2019) sekitar pukul 08.00 Wita.
Setiap 1 meter, kedua pelajar yang pagi itu mengenakan pakaian olahraga dan topi kemudian berhenti. Tanpa ragu, mereka menunduk dan memungut setiap sampah plastik yang dilihat, baik sampah yang berada di permukaan atau terbenam sebagian di pasir hitam Pantai Loang Baloq, sekitar 3 kilometer barat pusat Kota Mataram.
Jadi, siswa diminta membawa botol air sendiri. Di sekolah, kami menyediakan air isi ulang untuk mereka.
Hanya berjalan beberapa meter, Queenly dan Divanny sudah mengumpulkan beraneka jenis sampah plastik, seperti kemasan makanan ringan, tas plastik, dan sedotan. Sampah itu yang kemudian dimasukkan ke dalam karung yang dibawa Iswi.
Saking semangat, terkadang mereka berlari begitu melihat sampah plastik. Iswi berkali-kali harus mengingatkan mereka agar pelan-pelan sehingga tidak ada sampah yang terlewatkan. Tanpa protes, Queenly dan Divanny mengikuti petunjuk gurunya.
Pagi itu, Queenly dan Divanny mengikuti kegiatan ”Tunas Daud Go Green” yang diselenggarakan Sekolah Kristen Tunas Daud Mataram. Kegiatan itu didukung oleh Ahyar Abduh (AA) Foundation dan sejumlah organisasi perangkat daerah Kota Mataram, antara lain Dinas Pariwisata, Dinas Pendidikan, Dinas Lingkungan Hidup, dan Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
Sampah plastik, jika terus dibiarkan, akan berpengaruh pada banyak hal. Tidak hanya di darat, tetapi juga di lautan. Pada akhirnya, itu akan ke generasi masa depan kita.
Tidak hanya pelajar mulai dari tingkat taman kanak-kanak hingga menengah atas di Sekolah Kristen Tunas Daud, kegiatan itu juga diikuti oleh sekolah-sekolah yang berada di dekat kawasan Pantai Loang Baloq, antara lain SDN 38 Mataram dan SMPN 17 Mataram. Termasuk juga guru dan orangtua atau wali siswa.
Kegiatan itu berlangsung selama hampir 1 jam. Seperti halnya Queenly dan Divanny, para peserta lain juga menyusuri dan memungut sampah yang memang cukup banyak dan mengotori kawasan Pantai Loang Baloq.
Para peserta terlihat antusias. Tanpa melihat asal-usul sekolah, mereka berbaur dan saling menyemangati satu sama lain. Sampah plastik yang berhasil dikumpulkan kemudian disatukan dan dipilah tim dari dinas lingkungan hidup ke dalam sampah organik dan nonorganik.
Sejak dini
Direktur Sekolah Kristen Tunas Daud Kristyanto S Boko mengatakan, program bersih pantai adalah penanda dimulainya kegiatan ”Tunas Daud Go Green”. Selain bersih pantai, mereka juga melaksanakan program lain, seperti pengurangan botol plastik. ”Jadi, siswa diminta untuk membawa botol air sendiri. Di sekolah, kami menyediakan air isi ulang untuk mereka,” kata Kristyanto.
Selain itu, mereka juga mulai mengundang instansi atau pihak terkait yang memiliki pengalaman mengelola sampah plastik. Misalnya belajar tentang ecobrick atau bahan bangunan ramah lingkungan dari botol plastik yang diisi dengan sampah-sampah plastik.
Menurut Kristyanto, program mereka berangkat dari semangat ”Save Earth, Save Generation”. Keberhasilan menyelamatkan bumi berarti juga berhasil menyelamatkan generasi penerus. ”Sampah plastik, jika terus dibiarkan, akan berpengaruh pada banyak hal. Tidak hanya di darat, tetapi juga di lautan. Pada akhirnya, itu akan ke generasi masa depan kita,” kata Kristyanto.
Oleh karena itu, menurut Kristyanto, semua pihak mereka rangkul untuk ambil bagian. Tidak hanya siswanya, tetapi juga orang tua. ”Tujuannya agar kepedulian itu tidak hanya di sekolah, tetapi juga terus sampai di rumah,” kata Kristyanto.
Semangat itu juga yang coba didorong sekolah lain, seperti SMPN 17 Mataram. Pembina OSIS SMPN 17 Mataram, Sri Astuti Andayani, mengatakan, kepedulian pada lingkungan menjadi bagian penting kegiatan belajar-mengajar mereka.
”Sejak masa pengenalan lingkungan sekolah, kepedulian itu sudah ditanamkan kepada siswa baru. Apalagi, di sekolah kami, sudah ada laskar go green beranggotakan siswa yang mendorong upaya-upaya kepedulian pada lingkungan,” kata Sri.
Semua itu kami lakukan untuk membangun kesadaran sejak usia dini. Pelan-pelan karena memang tidak mudah.
Menurut Sri, mereka rutin mengajak siswa untuk bersih kawasan pantai yang berada tepat di belakang SMPN 17 Mataram. Termasuk juga mendorong program tidak membuang sampah sembarangan dan memilah sampah organik dan nonorganik. Selain itu, secara pelan-pelan, mereka juga memulai program siswa membawa botol air minum sendiri.
”Semua itu kami lakukan untuk membangun kesadaran sejak usia dini. Pelan-pelan karena memang tidak mudah,” kata Sri.
Para siswa mengaku senang bisa ikut ambil bagian. Arifatul Alia (11) dan Jessica Daniela K (11) dari SDN 38 Mataram mengatakan, mereka sudah beberapa kali mengikuti kegiatan serupa. ”Sebelumnya pernah ikut di kawasan Pantai Senggigi. Intinya senang karena bisa membuat pantai bersih dari sampah,” kata Arifatul.
Orangtua siswa juga menyampaikan hal serupa. Yoly Setiawan (45) mengatakan, sekolah memang harus mengajarkan siswanya untuk peduli kepada lingkungan. ”Tentu orangtua juga harus melakukan hal serupa di rumah. Saya sendiri juga pelan-pelan melakukannya kepada anak. Misalnya, ketika habis makan permen atau es krim, selalu mengingatkan agar bungkusnya dibuang ke bak sampah,” tutur Yoly.
Penataan kawasan pariwisata
Kristyanto menambahkan, bersih pantai yang dibarengi dengan kegiatan penanaman pohon itu sekaligus untuk mendukung program penataan obyek wisata yang tengah dilakukan Pemerintah Kota Mataram. Kepala Dinas Pariwisata Kota Mataram I Made Swastika Negara yang hadir dalam kegiatan itu mengatakan, bersih pantai sangat positif.
”Manfaatnya memang banyak untuk kedua belah pihak. Ini penting untuk membentuk karakter peduli lingkungan pada siswa. Di sisi lain, pemerintah juga terbantu dalam menata obyek wisata di Kota Mataram,” kata Swastika.
Menurut Kristyanto, mereka saat ini memang tengah menata kawasan pantai di Kota Mataram. Setiap minggu, selain program bersih-bersih yang dilakukan sendiri, mereka juga menggandeng pihak lainnya.
Swastika mengatakan, obyek wisata yang bersih tentu akan menjadi daya tarik dan diharapkan bisa meningkatkan kunjungan. Apalagi, tahun ini, mereka menargetkan kunjungan wisatawan ke Mataram mencapai 700.000 orang. ”Akan ada efek domino jika itu terwujud. Terutama bagi masyarakat yang menggantungkan hidup dari kegiatan pariwisata,” kata Swastika.
Ketua Tim Penggerak Pembina Kesejahteraan Keluarga (PKK) Kota Mataram Suryani Ahyar Abduh yang turut hadir mengatakan, tidak hanya pada obyek wisata, Pemerintah Kota Mataram juga memberi perhatian serius pada persoalan sampah plastik.
”Saat ini, kami tengah mendorong pengelolaan sampah di Kota Mataram, baik organik maupun nonorganik, sehingga bermanfaat bagi masyarakat. Sampah organik misalnya dibuat menjadi pupuk, sedangkan nonorganik, seperti plastik, dijadikan kerajinan,” kata Suryani.