Pemerintah Kabupaten Blitar ingin ada industri yang bergerak di bidang usaha hilir telur ayam agar produksi telur ayam yang berlimpah terserap dan memberikan nilai tambah bagi peternak.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·3 menit baca
KOMPAS/ALIF ICHWAN
Ferry (25) pedagang telur ayam ras di Pasar Warung Buncit, Kemang, Jakarta, Minggu (7/7/2019) menyusun dan merapikan telur dagangannya. Harga telur ayam ras masih tinggi, sekitar Rp. 24 000 - Rp. 25 000 perkilogram. Kenaikan telur ayam ras per kilogram (kg) mulai naik sejak Senin 1 Juli 2019.Kompas/Alif Ichwan07-07-2019
SIDOARJO,KOMPAS-Pemerintah Kabupaten Blitar ingin ada industri yang bergerak di bidang usaha hilir telur ayam. Hal itu untuk menyerap produksi telur ayam yang berlimpah dan memberikan nilai tambah bagi peternak. Produk olahan itu diharapkan tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri melainkan mampu menembus pasar ekspor.
Asisten Bidang Ekonomi Pembangunan Pemerintah Kabupaten Blitar Tuti Komaryati mengatakan jumlah peternak di wilayahnya mencapai 5.000 orang dengan kemampuan produksi 500 ton telur ayam per hari. Blitar memasok kebutuhan konsumsi telur ayam di berbagai daerah di Indonesia.
“Produksi telur ayam ini kerap berlimpah. Pada saat seperti itu harga jual ditingkat peternak jatuh karena telur tidak bisa disimpan dalam waktu lama,” ujar Tuti di sela acara ekspor komoditas olahan pertanian di Sidoarjo, Selasa (16/7/2019).
Harga jual telur ayam pada saat stok berlimpah dibawah harga keekonomian Rp 18.000 per kg. Akibatnya peternak merugi. Dengan hadirnya industri pengolahan telur, produksi yang berlimpah bisa diserap sehingga harga stabil bahkan peternak memperoleh nilai tambah dari produk olahan.
Pengolahan berfungsi memperpanjang masa penggunaan telur salah satunya dengan cara membuat tepung telur. Harapannya produk tepung telur yang dihasilkan tidak hanya diminati oleh pasar dalam negeri melainkan bisa diekspor ke luar negeri. Hal itu sejalan dengan program pemerintah yang terus mendorong ekspor produk pertanian untuk memenuhi kebutuhan pangan dunia.
KOMPAS/RUNIK SRI ASTUTI
Kepala Badan Karantina Pertanian Kementan Ali Jamil menunjukkan biji kopi yang diekspor ke Georgia, Rabu (12/6/2019) di kantor Balai Besar Karantina Pertanian Surabaya
Ekspor produk olahan
Seperti pada Selasa, Badan Karantina Pertanian kembali melepas ekspor produk pertanian ke sejumlah negara. Produk dengan total nilai Rp 5,89 miliar itu dalam bentuk olahan bukan raw material (bahan mentah).
Komoditas yang diekspor antara lain sebanyak 23,52 ton singkong beku atau senilai Rp 320 juta yang dikirim ke Inggris, sebanyak 15,12 ton porang kering dalam bentuk keripik (chips) senilai Rp 365 juta yang dikirim ke Tiongkok dan sebanyak 5,17 ton kopi olahan senilai Rp 229 juta yang dikirim ke Saudi Arabia. Selain itu ada bakso sebanyak 200 kg yang dikirim ke Hongkong.
Kepala Badan Karantina Kementerian Pertanian Ali Jamil mengatakan pemerintah telah mengakselerasi ekspor dengan mencanangkan lima strategi. Meningkatkan volume ekspor, menambah ekspor baru, dan membuka akses pasar baru.
“Kementan juga berupaya menambah ragam komoditas yang diekspor dan mendorong ekspor produk olahan untuk meningkatkan nilai tambah,” kata Ali Jamil.
KOMPAS/LASTI KURNIA
Bawang merah yang telah dipanen diangin-anginkan sebelum dibersihkan di rumah salah satu petani holtikultura di daerah Kayu Jao, Solok, Sumatera Barat, Kamis (11/7/2019). Harga bawang merah menurut petani di daerah tersebut saat ini sedang bagus yaitu Rp 25.000, - per kilogram. Rata-rata harga bawang merah antara Rp 10.000, - hingga Rp 25.000, -.KOMPAS/LASTI KURNIA (LKS)11-07-2019
Balai Besar Karantina Pertanian Surabaya mencatat ekspor komoditas pertanian periode Januari - 15 Juli 2019 mencapai Rp 20,1 triliun yang terdiri dari komoditas hewan atau peternakan Rp 3,8 triliun dan komoditas tumbuhan Rp 16,3 triliun. Komoditas hewan atau peternakan berupa bulu dan produk olahannya, kulit jadi, anjing, kucing, sarang burung dan sebagainya.
Ekspor tahun ini lebih besar dibandingkan tahun lalu. Tercatat ekspor periode Januari - 15 Juli 2018 sebesar Rp 14,08 triliun dengan rincian komoditas hewan atau peternakan menyumbang Rp 3,28 triliun dan tumbuhan sebesar Rp 10,8 triliun.
Ekspor dan investasi harus didorong penuh agar pertumbuhan ekonomi semakin kuat dan masyarakat semakin sejahtera. (Suwandi)
Pada saat yang sama, ditempat terpisah Direktur Jenderal Hortikultura Suwandi melepas ekspor bawang merah ke Singapura, Malaysia, Fililina, dan Thailand sebanyak 1.000 ton. Dia juga melepas ekspor jahe gajah ke Bangladesh sebanyak 500 ton. Pelepasan ekspor dilakukan di Surabaya.“Ekspor dan investasi harus didorong penuh agar pertumbuhan ekonomi semakin kuat dan masyarakat semakin sejahtera,” ujar Suwandi.
Suwandi mengatakan berdasarkan data BPS, Indonesia menutup total keran impor bawang merah dan cabai segar 2016. Sebelumnya 2014 masih impor bawang merah sebanyak 74.903 ton dan turun menjadi 17.428 ton di 2015.
Pada 2017, Indonesia berhasil membalikkan keadaan dengan mulai mengekspor bawang merah ke beberapa negara sebanyak 7.750 ton. Produksi bawang merah nasional 2018 mencapai 1,5 juta ton atau naik 2,04 persen dari tahun sebelumnya 1,47 juta.