Fahrurizal (23), pendaki yang dikabarkan hilang di Gunung Ciremai, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, pada Minggu (7/7/2019), telah ditemukan, Senin (8/7/2019).
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·2 menit baca
KUNINGAN, KOMPAS — Fahrurizal (23), pendaki yang dikabarkan hilang di Gunung Ciremai, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, pada Minggu (7/7/2019) telah ditemukan, Senin (8/7/2019). Selain terpisah dari rombongan, warga Losarang, Kabupaten Indramayu, itu juga mendaki tanpa registrasi.
Fahrurizal bersama enam temannya mendaki Gunung Ciremai melalui jalur Palutungan, Sabtu (6/7/2019) pukul 03.00. Selain Palutungan, tiga jalur pendakian lainnya adalah jalur Linggarjati, Linggasana, dan jalur Apuy.
Pukul 13.00, rombongan tiba di Blok Pasanggrahan jalur Palutungan dan memasang tenda untuk beristirahat. Lalu, Minggu pukul 03.00, rombongan kembali melanjutkan pendakian hingga ke puncak Gunung Ciremai setinggi 3.078 meter di atas permukaan laut.
Setelah itu, rombongan menuruni gunung tertinggi di Jabar itu melalui jalur Linggarjati. Ketika tiba di Blok Pengasinan, Fahrurizal mendahului rombongan dan salah jalur ke arah saluran irigasi sehingga tersesat. Adapun keenam temannya sampai di pos Linggarjati hari Minggu pukul 20.00.
Hingga pukul 21.00, Fahrurizal belum juga sampai. Padahal, ia mendahului rombongan. Khawatir dengan kondisi Fahrurizal, rombongan melaporkan kejadian tersebut kepada petugas pos Linggarjati.
Dia tersesat karena mendaki tanpa melalui registrasi atau pendaftaran di pos.
Pada pukul 22.00, petugas pos pendakian Palutungan dan Balai Taman Nasional Gunung Ciremai melakukan pencarian. Pada Senin pukul 08.00, Fahrurizal ditemukan di Blok Lambosir Setianegara oleh petugas wisata Lambosir. Ia lalu diantar ke Pos Linggarjati yang jaraknya sekitar 5 kilometer dari Lambosir.
”Kondisi yang bersangkutan sehat. Dia tersesat karena mendaki tanpa melalui registrasi atau pendaftaran di pos,” ujar Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kuningan Agus Mauludin.
Padahal, menurut Agus, jika melakukan registrasi, rombongan akan diberi petunjuk jalur pendakian. Bahkan, untuk pemula, dapat memanfaatkan jasa pemandu. Dengan begitu, pendaki tidak akan tersesat.
Agus Yudantara dari Divisi Humas Balai Taman Nasional Gunung Ciremai membenarkan, seorang pendaki tersesat karena tidak melakukan registrasi. Pihaknya telah menyiapkan 15 orang untuk berpatroli di setiap jalur pendakian. Saat ramai, seperti Tahun Baru, pendaki di Ciremai dapat mencapai 2.000 orang.
Dwi Ayu, anggota Mapala Wira Buana Indramayu yang kerap mendaki Gunung Ciremai, mengatakan, selama ini, petunjuk jalan telah terpasang di beberapa titik. ”Namun, siapa pun yang mendaki seharusnya memasang tanda seperti tali atau kain pada pohon di setiap jalur yang bercabang. Ini upaya agar tidak tersesat,” ujarnya.