Minim Petunjuk, Operasi Pencarian Tidak Diperpanjang
Badan Pencarian dan Pertolongan Nasional atau Basarnas Pos Jember, Kamis (4/7/2019) menghentikan pencarian terhadap Thoriq Rizki, pedaki yang hilang di Puncak Piramida Gunung Ranggeno, Bondowoso, Jawa Timur. Operasi pencarian tidak diperpanjang dengan kesepakatan keluarga akibat minimnya petunjuk dan tanda.
Oleh
ANDREAS BENOE ANGGER PUTRANTO
·3 menit baca
BANYUWANGI, KOMPAS – Badan Pencarian dan Pertolongan Nasional atau Basarnas Pos Jember, Kamis (4/7/2019) menghentikan pencarian terhadap Thoriq Rizki, pedaki yang hilang di Puncak Piramida Gunung Ranggeno, Bondowoso, Jawa Timur. Operasi pencarian tidak diperpanjang dengan kesepakatan keluarga akibat minimnya petunjuk dan tanda.
Thoriq Rizki (15) pelajar yang baru saja lulus dari SMP Negeri 4 Bondowoso mendaki Gunung Ranggeno bersama tiga temannya. Kendati sudah menghentikan pencarian, Badan SAR Nasional Pos Jember masih melakukan pemantauan terkait hilangnya Thoriq di Gunung Ranggeno setinggi 1.582 meter di atas permukaan laut tersebut.
Dihubungi dari Banyuwangi, Kamis (4/7) Komandan Tim SAR Gabungan Bazarnas Jember Jefriansyah mengatakan, pencarian terhadap Thoriq dilakukan sejak Senin (1/7). “Penghentian pencarian sesuai presedur Basarnas. Operasi dilakukan selama 7 hari dan bisa diperpanjang bila diperlukan. Namun, karena minimnya informasi dan tanda-tanda, sesuai kesepakatan dengan keluarga dan berbagai pihak, kami tidak memperpanjang operasi pencarian,” ungkapnya.
Jefriansyah mengatakan, kendati operasi pencarian dihentikan, pihaknya masih melakukan pemantauan. Jika ada petunjuk atau tanda-tanda keberadaan Thoriq, pihaknya siap membuka kembali operasi pencarian.
Karena minimnya informasi dan tanda-tanda, sesuai kesepakatan dengan keluarga dan berbagai pihak, operasi pencarian tidak diperpanjang.
Namun hingga kini, hasil pemantauan juga belum memberikan informasi tambahan. Selama pencarian, Basarnas dibantu sejumlah elemen masyarakat, TNI dan Polri. Sebanyak 200 orang yang terbagi dalam 10 kelompok secara bergantian melakukan penyisiran di sekitar lokasi kejadian.
“Lokasi pencarian memang sulit. Medannya terjal dengan kemiringan 45 derajat hingga 70 derajat. Sementara jalan setepak lebarnya tak lebih dari 1 meter dengan jurang di kanan kiri yang dalamnya berkisar 300-450 meter,” ujar Jefriansyah.
Jalan setapak tersebut meliuk-liuk dan naik turun. Oleh warga sekitar, trek tersebut dikenal dengan nama "Punggung Naga". Diduga, Thoriq terjatuh ketika melintasi jalur tersebu saat hendak turun dari puncak.
Dari keterangan rekan-rekan Thoriq yang dihimpun Basarnas, empat sekawan tersebut mendaki sejak Senin (24/6) sekitar pukul 05.00 dari jalur pendakian Kecamatan Curahdami. Sesampai di kaki Gunung Ranggeno sore harinya, mereka tetap melanjutkan perjalanan ke puncak. Namun Syafril, salah satu pendaki memilih tidak melanjutkan perjalanan dan menunggu di jalur pendakian punggung naga.
Pada pukul 15.50, Thoriq dan kedua rekannya, Pungki dan Rizki berhasil mencapai puncak. Sekitar 10 menit di puncak, ketiganya memilih untuk turun karena merasa kasihan dengan Syafril yang menunggu di bawah.
Thoriq turun dengan sedikit berlari di jalan terjal, sedangkan kedua rekannya memilih berjalan mundur sembari merangkak agar tidak terjatuh. Jarak Thoriq dan kedua temannya berkisar 15 meter hingga 20 meter.
“Saat ketiganya menuruni bukit, Syafril masih sempat melihat Thoriq. Namun Syafril yang sibuk mengedit foto di telepon genggamnya, tiba-tiba kehilangan jejak Thoriq. Pungki dan Rizki yang ada di belakang baru mengetahui Thoriq hilang setelah tiba di tempat Syafril,” tutur Jefriansyah.
Saat kejadian, lanjut Jefriansyah, cuaca berkabut sehingga mengurangi jarak pandang. Pada saat itu, juga tidak ada kelompok pendaki lain yang sedang menyusuri jalur pendakian.
Jalan setapak tepat di pertemuan dua sisi punggung bukit. Lebarnya tidak lebih dari 1 meter. Mendaki di sana, memang harus butuh persiapan fisik, mental dan peralatan.
Kepala Pelaksana BPBD Bondowoso Kukuh Triatmoko mengatakan, pihaknya mendukung upaya Basarnas sebagai penanggung jawab proses pencarian orang hilang. BPBD Bondowoso mengkoordinasi aneka bantuan yang diberikan sejumlah Satuan Kerja Perangkat Daerah Bondowoso.
“Peristiwa ini bukan bencana, tetapi murni kecelakaan. Sehingga ini menjadi tugas Basarnas. Namun kami tetap membantu koordinasi bantuan dari beberapa kantor dinas, misalnya, Dinas Sosial yang membantu logistik bagi tim pencari dan Dinas Kesehatan yang membantu obat-obatan,” tutur dia.
Salah seorang pendaki gunung yang juga warga asli Bondowoso, Nety Reysiana Dewi mengaku, pernah beberapa kali mencoba mendaki Gunung Ranggeno. Dari pengalamannya, dia melihat jalur pendakian Gunung Renggeno termasuk ekstrem.
“Kendati tidak terlalu tinggi, jalur pendakiannya memang curam dan menanjak. Jalan setapak tepat di pertemuan dua sisi punggung bukit. Lebarnya tidak lebih dari 1 meter. Mendaki di sana, memang harus butuh persiapan fisik, mental dan peralatan,” ujarnya.