Kebakaran hutan dan lahan di Kalimantan Tengah mulai terjadi. Di Kota Palangka Raya, khususnya wilayah Petuk Katimpun, polisi menyelidiki kebakaran lahan milik warga sekitar yang diduga sengaja dibakar. Ini kejadian kebakaran ketiga dalam seminggu di wilayah Kota Palangka Raya.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·3 menit baca
PALANGKARAYA, KOMPAS — Kebakaran hutan dan lahan di Kalimantan Tengah mulai terjadi. Di Kota Palangkaraya, khususnya wilayah Petuk Katimpun, polisi menyelidiki kebakaran lahan milik warga sekitar yang diduga sengaja dibakar. Ini kejadian kebakaran ketiga dalam seminggu di wilayah Kota Palangkaraya.
Kebakaran lahan seluas 25 meter x 100 meter itu diketahui warga sekitar pukul 12.00. Pemilik lahan tidak tinggal di dekat tempat itu sehingga warga, aparat kepolisian, Manggala Agni, dan TNI bekerja sama memadamkan api yang meluas.
Api bisa dikendalikan sekitar pukul 15.00. Salah satu kendalanya, petugas kesulitan mendapatkan sumber air sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama untuk memadamkan api. Bahkan, beberapa petugas Manggala Agni memadamkan api dengan cara manual, mencegahnya meluas ke permukiman warga.
Dari pantauan Kompas di lapangan, kebun yang terbakar merupakan lahan tidur. Beberapa pohon sawit berumur lima tahun berada di pinggir-pinggir kebun. Kebun itu hanya berjarak sekitar 200 meter dari rumah warga.
”Sejak dibeli, tanah ini tidak pernah dikelola. Mungkin pemiliknya yang sekarang baru mau mengelolanya untuk berkebun,” ungkap Miskun (51), warga Kelurahan Petuk Katimpun.
Miskun menuturkan, pemilik kebun yang terbakar tidak tinggal di dekat kebun. Ia pun jarang melihat pemilik lahan menggarap kebunnya.
”Paling hanya ada pohon sawit itu. Selama ini dibiarkan begitu. Jadi lahan tidur saja. Mungkin mau dibuat kebun, makanya dibakar. Tetapi, disengaja atau tidak saya tidak tahu,” kata Miskun.
Pada Minggu sore, polisi memasang garis kuning untuk melakukan penyelidikan terhadap kebakaran itu. Polisi juga menemukan dua jeriken kosong dan satu botol kecil oli mesin. Botol kecil bekas tempat oli itu ditemukan dalam keadaan terbakar.
Salah seorang Bintara Pembinaan dan Keamanan, Ketertiban Masyarakat (Babinkamtibmas), Sersan Mayor Nurkholis, mengungkapkan, pihaknya menduga kebakaran terjadi karena sengaja dibakar. Menurut dia, lahan tidur yang selama ini tidak pernah digarap baru akan digarap untuk bercocok tanam.
”Kami bahkan menggunakan dahan dan ranting untuk mencegah api membesar. Selama seminggu ini titik api sudah mulai menyebar,” kata Nurkholis.
Nurkholis mengungkapkan, dengan banyaknya kejadian kebakaran, mulai Senin pihaknya mulai berpatroli wajib di Kota Palangkaraya.
Sebelumnya, pada Rabu (26/6/2019) kebakaran hutan dan lahan juga melanda wilayah Mahir Mahar di Kilometer 9 Jalan Tjilik Riwut. Badan Penanggulangan Bencana dan Pemadam Kebakaran bersama Manggala Agni memadamkan api dalam waktu tiga sampai empat jam di tanah seluas hampir 1 hektar.
Pelaksana Tugas Kepala Badan Penanggulangan Bencana dan Pemadam Kebakaran Mofit Saptono mengimbau masyarakat yang memiliki lahan untuk selalu mengawasi lahannya, khususnya lahan tidur yang tidak pernah digarap.
”Kejadian kebakaran banyak di lahan tidur. Jadi, masyarakat yang punya kebun itu harus cek terus kebunnya,” kata Mofit.
Dari data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Stasiun Meteorologi Iskandar Pangkalan Bun, Kotawaringin Barat, jumlah titik panas hari ini di Kalteng ada dua titik dengan tingkat kepercayaan mulai dari 60 persen hingga 80 persen.
Ditinjau dari analisis parameter cuaca, sekitar 80 persen wilayah Kalteng berpotensi terjadi kebakaran besar. Prakirawan BMKG di Palangkaraya, Lian Adriani, mengutarakan, prakiraan cuaca untuk beberapa hari ke depan, sebagian besar wilayah Kalteng masih dikategorikan cerah berawan. Fenomena El Nino atau panasnya suhu muka laut juga dipantau masih berkategori lemah.
”Titik panas yang terpantau berada di wilayah Cempaga Hulu, Kabupaten Kotawaringin Timur,” ungkap Lian.