Perayaan HUT ke-69 Kodam I Bukit Barisan sangat kental dengan nuansa persatuan. Ribuan prajurit yang mengenakan beragam pakaian adat Nusantara menyatu dalam tarian kolosal, di Markas Kodam I Bukit Barisan, Medan, Kamis (20/6/2019).
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
MEDAN, KOMPAS — Perayaan hari ulang tahun ke-69 Kodam I Bukit Barisan sangat kental dengan nuansa persatuan. Ribuan prajurit yang mengenakan beragam pakaian adat Nusantara menyatu dalam tarian kolosal di Markas Kodam I Bukit Barisan, Medan, Kamis (20/6/2019). Tentara Nasional Indonesia harus menjadi perekat bangsa.
”TNI harus menjadi perekat bangsa di tengah perbedaan pandangan politik pada Pemilihan Umum 2019. Mari, seluruh kelompok masyarakat bergandengan tangan membangun Indonesia,” kata Panglima Kodam I Bukit Barisan Mayor Jenderal Mohamad Sabrar Fadhilah.
Perayaan tersebut antara lain dilakukan dengan tarian kolosal berpakaian adat Nusantara, drama Pertempuran Medan Area, dan pameran alat utama sistem persenjataan TNI. Acara tersebut juga mengenang para prajurit TNI pendahulu yang telah berjasa dengan meresmikan Monumen Letnan Jenderal Jamin Ginting dan Pusat Fitnes Kolonel AW Kawilarang.
Tarian kolosal tersebut diikuti ribuan prajurit TNI yang mengenakan pakaian adat Nusantara. Fadhilah mengajak para tamu undangan untuk ikut dalam tarian itu, seperti Gubernur Sumut Edy Rahmayadi, Kepala Polda Sumut Inspektur Jenderal Agus Andrianto, dan Ketua DPRD Sumut Wagirin Arman.
Fadhilah mengatakan, masyarakat harus semakin dewasa dalam menghadapi perhelatan pemilu yang akan rutin dilaksanakan. Jangan sampai setiap perhelatan pemilu menjadi ancaman persatuan bangsa. Perbedaan pilihan politik adalah sebuah keniscayaan dalam demokrasi dan jangan menjadi sumber perpecahan.
”Saya mengajak masyarakat untuk menjaga persatuan bangsa yang merupakan modal utama dalam pembangunan,” kata Fadhilah.
Selain tarian kolosal, perayaan juga menampilkan drama Pertempuran Medan Area. Drama itu untuk mengenang pertempuran rakyat melawan Pemerintahan Sipil Hindia Belanda (NICA) dan tentara Sekutu dalam memperjuangkan Medan pada tahun 1945-1946.
Drama itu menceritakan NICA dan Sekutu yang menguasai Medan dan memasang batas kekuasaan dengan membuat papan bertuliskan ”Fixed Boundaries Medan Area” di berbagai sudut Kota Medan. Sejak saat itu, istilah Medan Area menjadi populer. Rakyat Sumut pun tidak tinggal diam.
Kolonel Achmad Tahir pada 20 Oktober 1945 memimpin perlawanan dengan melaksanakan pelatihan kemiliteran bagi rakyat di Sumut, khususnya pemuda. Pada medio 1946, Tentara Keamanan Rakyat (TKR) terdesak oleh NICA dan Sekutu sehingga memindahkan markas dari Medan ke Kota Pematangsiantar. Selanjutnya, diadakan pertemuan pasukan TKR di Kota Tebing Tinggi. Mereka berhasil memerangi NICA dan Sekutu dari Medan.
Pertempuran tersebut, lanjut Fadhilah, menjadi cikal bakal lahirnya Kodam I Bukit Barisan yang daerah militernya meliputi Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, dan Kepulauan Riau. ”Drama ini juga mengingatkan bahwa TNI merupakan bagian dari rakyat,” katanya.
Edy Rahmayadi menyebutkan, Kodam I Bukit Barisan merupakan organisasi besar yang ditempatkan sebagai penjaga Indonesia bagian barat. ”Ke depan, semoga dapat mengajak dan menyatukan seluruh rakyat,” ucapnya.
Edy yang pernah menjabat Panglima Kodam I Bukit Barisan pada 2015 juga menyatakan kerinduannya pada kehidupan prajurit TNI setelah setahun ini menjadi pejabat sipil.