BPS: Tingkat Hunian Hotel Berbintang di NTT Melonjak
BPS menyebutkan tingkat hunian hotel berbintang di Nusa Tenggara Timur pada April 2019 naik lebih dari dua kali lipat menjadi 32.711 orang dibandingkan Maret yang sebanyak 14.680 orang.
Oleh
KORNELIS KEWA AMA
·2 menit baca
KUPANG, KOMPAS — Badan Pusat Statistik menyebutkan, tingkat hunian hotel berbintang di Nusa Tenggara Timur pada April 2019 naik lebih dari dua kali lipat menjadi 32.711 orang dibandingkan dengan Maret yang sebanyak 14.680 orang. Kenaikan ini disebut memiliki dampak positif bagi pertumbuhan ekonomi di NTT. Namun, pihak Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia NTT meragukan data tersebut.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Nusa Tenggara Timur Maritje Waellapia, kepada pers di Kupang, Selasa (11/6/2019), mengatakan, penyebaran hotel berbintang di NTT hanya ada di delapan kota kabupaten/kota, dengan dominasi di Kota Kupang dan Labuan Bajo.
”Jumlah tamu menginap di hotel berbintang selama April sebanyak 32.711 orang, dengan rincian 28.949 tamu nusantara dan 3.762 tamu mancanegara. Sementara jumlah hunian hotel berbintang selama Maret sebanyak 14.680 orang. Ini suatu kebanggaan bagi perkembangan perhotelan di NTT,” tutur Maritje.
Jumlah kedatangan tamu dari Timor Leste, negara tetangga yang berbatasan langsung dengan NTT, melalui jalan darat selama April mencapai 9.648 orang, sementara pada Maret hanya 6.950 orang. Penumpang angkutan udara yang tiba di NTT selama April sebanyak 136.894, sedangkan penumpang berangkat melalui sejumlah bandara di NTT sebanyak 130.283 orang.
Mereka yang datang ke NTT sebagian besar adalah wisatawan, pengusaha, politisi, dan pejabat negara. Rata-rata lama tinggal di hotel untuk tamu nusantara sebanyak dua hari, sementara tamu mancanegara tiga hari.
Lonjakan hunian hotel ini, dijelaskan Maritje, pertanda baik bagi pertumbuhan ekonomi di NTT, terutama Kota Kupang, Labuan Bajo, dan Atambua. Makin banyak tamu masuk NTT, uang beredar pun bertambah. Selain menginap di hotel, mereka juga berbelanja oleh-oleh, kuliner, dan transportasi yang menggerakkan perekonomian lokal.
Secara terpisah, Wakil Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) NTT Leonardus Arakian meragukan data itu. Ia mengatakan, fakta di lapangan, jumlah tamu hotel melati saja menurun drastis, apalagi tamu hotel berbintang. Sejak harga tiket pesawat naik per Januari 2019, orang yang datang ke NTT sangat terbatas.
Kalau bulan April (tamu hotel) sampai 30.000 lebih, itu tidak mungkin.
”Wisatawan mancanegara saja enggan datang ke NTT khususnya dan Indonesia umumnya. Mereka mengeluhkan mahalnya harga tiket di Indonesia. Data yang dikeluarkan BPS NTT itu perlu dikoreksi lagi. Kita bicara sesuai situasi dan kondisi saat ini. Kalau bulan April (tamu hotel) sampai 30.000 lebih, itu tidak mungkin,” tutur Leo.
Ia mengungkapkan, pada periode Januari-Maret 2018, jumlah tamu hotel sebanyak 150.675 orang. Adapun pada periode yang sama tahun ini sekitar 25.000 orang. Itu pun didominasi acara-acara pemerintah.
Ketergantungan hotel-hotel di NTT pada acara-acara yang digelar pemerintah sangat tinggi. Jika tidak ada acara, hunian kamar hotel pun sepi.