Daya Dukung Lingkungan Rendah Picu Banjir Tiap Tahun
Banjir tahunan yang melanda Kalimantan Tengah disebabkan banyak faktor, salah satunya karena daya dukung lingkungan yang rendah.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·3 menit baca
KASONGAN, KOMPAS – Sembilan kecamatan di Kabupaten Katingan dan tiga kecamatan di Kabupaten Gunung Mas, Kalimantan Tengah, terendam banjir. Banjir tahunan yang melanda provinsi itu disebabkan banyak faktor, salah satunya karena daya dukung lingkungan yang rendah.
Banjir di Katingan sudah berlangsung sejak Selasa (4/6/2019) lalu hingga kini. Hampir seminggu banjir melanda kabupaten tersebut dan terus berpindah dari wilayah hulu ke hilir Sungai Katingan.
Di Kelurahan Kasongan Lama, tepatnya di RW 01, ratusan rumah masih terendam banjir. Meskipun demikian, dari pantauan, banjir mulai surut. Beberapa rumah kosong ditinggalkan pemiliknya mengungsi. Namun, beberapa keluarga bertahan meski bagian dalam rumahnya terendam air.
Sudah biasa banjir seperti ini. Dari dulu juga tidak pernah mengungsi karena airnya tidak lama surut lagi. Tapi, kalau hujan, ya naik lagi.
Di jalan-jalan gang, anak-anak terlihat berenang di luapan Sungai Katingan dengan ketinggian air mencapai 50 sentimeter. Wilayah Kelurahan Kasongan Lama terletak tidak jauh dari sungai.
Sri Wahyuni (38), warga Kasongan Lama, mengungkapkan, pada Minggu (9/6) malam, ketinggian air mencapai setengah tinggi rumahnya. Namun, ia dan keluarga memilih tidak mengungsi karena menjaga harta benda di rumah. "Sudah biasa banjir seperti ini. Dari dulu juga tidak pernah mengungsi karena airnya tidak lama surut lagi. Tapi, kalau hujan, ya naik lagi," katanya.
Pelaksana Tugas Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Katingan Robama mengungkapkan, banjir berasal dari hulu sungai menuju ke wilayah hilir. Di wilayah hilir, sembilan kecamatan masih terendam banjir.
“Banjir tahunan ini cukup besar. Banjir seperti ini siklusnya lima tahunan. Untuk wilayah yang cukup parah, sebagian besar warga mengungsi ke rumah keluarga, beberapa bertahan,” ungkap Robama.
Mengenai jumlah warga yang mengungsi, kata Robama, masih dalam proses pendataan. Warga yang mengungsi keluar dari wilayah Katingan membuat petugas kesulitan mendata.
Robama menambahkan, di beberapa wilayah, ketinggian maksimal air mencapai satu meter. Meskipun demikian, sebagian besar ketinggian air hanya 40-50 sentimeter saja.
Pelaksana Tugas Kepala Badan Penanggulangan Bencana dan Pemadam Kebakaran (BPBPK) Mofit Saptono mengungkapkan, saat ini pihaknya masih terus melakukan pengawasan dan memantau tinggi muka air di wilayah terdampak.
Tingginya intensitas hujan dan daya dukung lingkungan menjadi penyebab banjir terjadi setiap tahun. “Daya dukung untuk menahan air itu rendah. Selain itu, ada pula faktor pasang air laut ditambah intensitas hujan yang tinggi dan lama,” kata Mofit.
Mofit menambahkan, sampai saat ini, pihak provinsi belum mengirim petugas maupun bantuan apa pun ke daerah. Kejadian banjir kali ini dinilai masih bisa diatasi oleh petugas di kabupaten. “Kami ini sifatnya kan koordinasi, jadi kalau ada laporan untuk minta supporting personel, baru kami kirim orang,” ujarnya.
Di Kabupaten Gunung Mas, banjir sudah melanda selama lebih kurang empat hari. Tiga kecamatan terendam banjir, yakni Kecamatan Damang Batu, Tewah, dan Kurun. Banjir dengan ketinggian satu meter itu memaksa warga menggunakan perahu kayu bermesin atau yang sering disebut kelotok untuk mobilitas sehari-hari.
“Banyak wilayah hutan sudah dibabat, diganti perkebunan. Banyak sungai di sini juga jadi ladang tambang emas ilegal. Itu makanya banjir datang. Padahal, tahun lalu tidak separah ini,” ungkap Novia Adventy, warga Kurun, Gunung Mas.