Banjir Bandang di Kabupaten Landak, Satu Orang Meninggal
Kecamatan Mandor, Kabupaten Landak, Kalimantan Barat, dilanda banjir bandang, Sabtu (8/6/2019). Tidak ada korban jiwa maupun kerusakan bangunan dalam peristiwa itu. Namun, setidaknya 280 kepala keluarga yang rumahnya terendam banjir.
Oleh
EMANUEL EDI SAPUTRA
·3 menit baca
PONTIANAK, KOMPAS — Kecamatan Mandor, Kabupaten Landak, Kalimantan Barat, dilanda banjir bandang, Sabtu (8/6/2019). Satu orang meninggal terseret arus banjir. Rumah penduduk tidak ada yang rusak. Namun, rumah milik 280 kepala keluarga terendam banjir.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Ladak Banda Kolaga, Sabtu (8/6/2019), mengatakan, korban jiwa dalam peristiwa itu bernama Heru Gunawan (19). Ia terseret arus banjir yang deras di dekat rumahnya.
Tim BPBD Landak dan masyarakat sempat berupaya memberikan pertolongan kepada korban dengan membawa korban ke puskesmas terdekat. Namun, yang bersangkutan sudah tidak tertolong lagi.
Banda menuturkan, banjir bandang itu diakibatkan hujan deras yang mengguyur Mandor pada Jumat (7/6/2019) sore dan malam. Hal itu membuat Sungai Mandor meluap.
”Berdasarkan laporan dari tim BPBD yang di lokasi kejadian, bangunan tidak ada yang rusak. Namun, rumah milik 280 kepala keluarga terendam banjir berkisar 20 cm-1 meter,” kata Banda.
Lokasi banjir yang berjarak sekitar 90 km dari Pontianak itu merupakan jalur yang menghubungkan Pontianak dan Kabupaten Mempawah dengan kota Ngabang, ibu kota Kabupaten Landak. Meskipun jalur itu digenangi air, tidak sampai mengakibatkan jalur tersebut lumpuh. Kendaraan masih bisa melintasi jalur itu.
Berdasarkan laporan dari tim BPBD yang di lokasi kejadian, bangunan tidak ada yang rusak. Namun, rumah milik 280 kepala keluarga terendam banjir berkisar 20 cm-1 meter.
”Tim BPBD hingga Sabtu siang masih di lokasi banjir membawa bantuan makanan untuk masyarakat terdampak banjir. Selain itu, tim juga menyiapkan lokasi pengungsian. Meskipun sampai sejauh ini tidak ada masyarakat yang mengungsi, kami siapkan saja lokasinya di rumah-rumah ibadah dan balai desa,” paparnya.
Banda menuturkan, banjir bandang di Mandor kerap terjadi. Selain faktor cuaca, banjir juga diakibatkan kondisi lingkungan setempat yang sudah tidak mendukung. Hutan banyak yang gundul. Sungai-sungai mendangkal sehingga mudah meluap.
Selain faktor cuaca, banjir juga diakibatkan kondisi lingkungan setempat yang sudah tidak mendukung. Hutan banyak yang gundul. Sungai-sungai mendangkal sehingga mudah meluap.
Bahkan, berdasarkan pantauan Kompas dalam beberapa kesempatan, Mandor merupakan lokasi pertambangan emas ilegal sejak lama. Pertambangan itu bahkan mencemari Sungai Mandor sehingga warna Sungai Mandor menjadi keruh. Lumpur dari pertambangan membuat Sungai Mandor dangkal.
Pertambangan ilegal
Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Kalbar Anton Widjaya mengatakan, Mandor memiliki sejarah panjang soal pertambangan ilegal. Aktivitas pertambangan ilegal itu tidak terkontrol.
Wilayah pertambangan dibuka hingga ke wilayah tangkapan air. Hal itu membuat daya dukung lingkungan semakin menurun. Bahkan, bisa dikatakan daya dukung lingkungan dimatikan.
”Banjir bandang di daerah itu sudah sering terjadi. Wilayah yang rawan bencana seperti itu hendaknya perlu segera diproteksi. Sebab, ancaman semakin di depan mata. Jangan sampai bencana alam yang lebih besar lagi datang,” kata Anton.
Perlu ada komitmen dari pemerintah untuk memperbaiki kondisi seperti itu. Pola pengelolaan sumber daya alam perlu diperbaiki. Pertambangan perlu ditata kembali. Bahkan, pada titik tertentu perlu ada penegakan hukum. Apalagi, yang menikmati pertambangan itu hanya oknum tertentu. Pertambangan banyak ditunggangi pihak tertentu.
Komitmen pemerintah untuk perbaikan lingkungan mendesak untuk dilakukan. Apalagi, secara umum di Kalbar, ada wilayah yang sebelumnya tidak pernah dilanda banjir, tetapi beberapa tahun terakhir justru terkena banjir. Ada penurunan daya dukung lingkungan secara umum di Kalbar.