Pariwisata Bali yang Tak Terkendali Ancam Spesies Mamalia Laut
Wisatawan yang datang ke Pulau Bali setiap tahun bertambah. Wisatawan mancanegara yang datang melalui Bandara Internasional Ngurah Rai, Kabupaten Badung, pada periode Januari-April 2019 sebanyak 1.860.857 orang, naik 3 persen dari periode yang sama tahun 2018.
Oleh
AYU SULISTYOWATI
·3 menit baca
DENPASAR, KOMPAS — Jumlah wisatawan yang datang ke Pulau Bali setiap tahun bertambah. Wisatawan mancanegara yang datang melalui Bandar Udara Internasional Ngurah Rai, Kabupaten Badung, tercatat pada periode Januari-April 2019 sebanyak 1.860.857 orang, naik 3 persen dari periode yang sama tahun 2018.
Jumlah kamar hotel berbintang juga bertambah dalam empat tahun dari 21.704 kamar tahun 2013 menjadi 32.736 kamar tahun 2017. Angka kamar ini umumnya berada di Bali wilayah selatan. Begitu pula destinasi pantai atau bahari yang diminati wisatawan yang juga berada di wilayah selatan Bali.
Oleh karena itu, Bali wilayah selatan menjadi semakin ramai dan bising, khususnya terkait wisata bahari. Hal ini dikhawatirkan mengancam habitat dan ekosistem laut terutama mamalia laut serta megafauna lain.
”Mamalia laut dan megafauna banyak terdapat di wilayah selatan Bali, khususnya di sekitar perairan Semenanjung Bali. Ramainya pariwisata memicu terganggunya keseimbangan habitat dan ekosistem laut. Jika tidak segera ditangani dengan program konservasi perairan, kekayaan fauna laut Bali terancam habis,” tutur Manajer Conservation International (CI) Indonesia untuk Bali Iwan Dewantama, Jumat (7/6/2019).
Ramainya pariwisata memicu terganggunya keseimbangan habitat dan ekosistem laut. Jika tidak segera ditangani dengan program konservasi perairan, kekayaan fauna laut Bali terancam habis.
Ia menambahkan, hasil survei tersebut hingga saat ini menunggu tindak lanjut pemerintah setempat. Pada Pasal 14 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, disebutkan bahwa penyelenggaraan urusan pemerintahan bidang kehutanan, kelautan, serta energi dan sumber daya mineral dibagi antara pemerintah pusat dan provinsi. Karena itu, hal ini termasuk kawasan perairan dari 0 mil-12 mil pantai menjadi urusan provinsi.
Segera benahi pesisir
”Harapannya, ada tidak lanjut dari provinsi untuk segera membenahi pesisir Bali. Jika tidak segera, pariwisata bisa merenggut segalanya tanpa keseimbangan lingkungan,” ucap Iwan.
ARSIP PRIBADI
Manajer CI Indonesia untuk Bali Iwan Dewantama
Sebanyak delapan mamalia laut ditemukan berdasarkan survei bersama CI Indonesia, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Pemerintah Kabupaten Badung, dan Universitas Udayana pada tahun 2016.
Kedelapan spesies mamalia laut itu adalah lumba-lumba spinner (Stenella longirostris), lumba-lumba jenis spotted dolphins (Stenella attenuata), lumba-lumba fraser (Lagenodelphis hosei), lumba-lumba risso (Grampus griseus), lumba-lumba hidung botol (Tursiops sp), paus sei (Balaenoptera borealis), paus bryde (Balaenoptera edeni), dan paus jenis sperm whale (Physeter macrocephalus).
REPRO BUKU LAP SURVEI MAMALIA LAUT
Paus Bryde
Sementara megafauna laut lain yang diobservasi mencakup penyu, seperti penyu lekang (Lepidochelys olivacea) dan penyu hijau (Chelonia mydas), mola-mola, pari manta (Manta birostris), hiu paus (Rhincodon typus), hiu karang, serta ular.
Sementara spesies burung seperti burung cikalang christmas (Fregata andrewsi), cikalang kecil (Fregata ariel), burung dara laut berjambul (Sterna bergii), burung dara laut kecil (Sterna albifrons), burung pecuk belang kecil (Phalacrocorax melanoleucos), burung kaki rumba kecil (Phalaropus lobatus), dan burung petrel badai coklat (Oceanites oceanicus).
Sekretaris Dinas Pariwisata Kabupaten Badung AA Yuyun Hanura Eny menyebutkan, pantai masih menjadi favorit pariwisata di Bali. Karena itu, tahun ini dinasnya memaksimalkan promosi bahari melalui gelar Festival Bahari. Akan tetapi, ia juga tengah mengemas dengan pesan-pesan lingkungan agar pariwisata bahari tidak melupakan keseimbangan lingkungan.
Pemerintah Kabupaten Badung melalui dinas pariwisata menggelar Festival Bahari di sepanjang pantai di Badung. Festival ini dijadwalkan mulai Juli hingga Oktober 2019.