Baru Tiga Maskapai Ajukan Penerbangan Tambahan di Padang
Sepuluh hari menjelang Idul Fitri, baru 3 dari 8 maskapai yang mengajukan penerbangan tambahan di Bandara Internasional Minangkabau, Padang Pariaman, Sumatera Barat.
Oleh
YOLA SASTRA
·3 menit baca
PADANG, KOMPAS — Sepuluh hari menjelang Idul Fitri, baru 3 dari 8 maskapai yang mengajukan penerbangan tambahan di Bandara Internasional Minangkabau, Padang Pariaman, Sumatera Barat. Kondisi itu diduga akibat mahalnya harga tiket pesawat sejak awal tahun sehingga menurunkan minat warga menggunakan transportasi udara.
Executive General Manager PT Angkasa Pura II Cabang Bandara Internasional Minangkabau (BIM) Dwi Ananda Wicaksana melalui General Affairs Fendrick Sondra, Minggu (26/5/2019), mengatakan, tiga maskapai tersebut adalah Batik Air, Sriwijaya Air, dan Xpress Air.
Batik Air menambah dua penerbangan untuk 24 hari (26 Mei-18 Juni 2019), Sriwijaya Air satu penerbangan untuk 22 hari (29 Mei-19 Juni 2019), dan Xpress Air menambah masing-masing satu penerbangan untuk tanggal 1, 2, 9, dan 15 Juni 2019.
”Masih sedikit (jumlah penerbangan tambahan). Penerbangan normal saja belum terpenuhi. Sampai sekarang jumlah penerbangan dibatalkan masih banyak,” kata Fendrick.
Berdasarkan catatan BIM, jumlah penerbangan pada 25 Mei 2019 (H-11 Lebaran) hanya 62 penerbangan dengan total penumpang 6.234 orang. Padahal, pada tanggal itu tadinya dijadwalkan sebanyak 91 penerbangan. Sisanya dibatalkan karena jumlah penumpang minim.
Menurut Fendrick, biasanya pada H-10 Lebaran, maskapai sudah banyak mengajukan penerbangan ekstra. Namun, karena kenaikan harga tiket sejak Januari 2019, jumlah penumpang turun sekitar 20 persen. Dia menduga penumpang beralih ke moda transportasi lain, seperti bus.
”Pada periode mudik tahun-tahun sebelumnya, jumlah penerbangan, termasuk penerbangan ekstra, lebih dari 100 penerbangan per hari dengan penumpang sekitar 17.000 orang. Kalau sekarang belum bisa dipastikan. Kami menunggu hingga 29 Mei 2019 (H-7) saat orang mulai cuti,” ujar Fendrick.
Jalur darat
Media Rahmi, perantau Minang di Jakarta, mengaku, kenaikan harga tiket pesawat membuatnya beralih ke moda bus untuk mudik Lebaran tahun ini meskipun waktu tempuhnya lebih panjang. Waktu tempuh pesawat Jakarta-Padang sekitar 2 jam, sedangkan dengan bus sekitar tiga hari dua malam.
”Harga tiket pesawat sangat mahal. Meskipun ada yang sedikit lebih murah, harus bayar bagasi. Akhirnya, saya beralih naik bus,” kata Media ketika dihubungi dari Padang.
Menurut Media, harga tiket pesawat Jakarta-Padang pada periode mudik sekarang paling murah Rp 1,6 juta. Sementara itu, tahun lalu, harga tiket Jakarta-Padang paling mahal justru Rp 1,6 juta. Adapun harga tiket bus Jakarta-Padang hanya Rp 650.000. Media pun berharap harga tiket pesawat segera turun.
Kepala Dinas Perhubungan Sumbar Heri Nofiardi mengatakan, mahalnya harga tiket berpotensi meningkatkan jumlah pemudik angkutan darat. Dishub Sumbar memperkirakan jumlah pemudik angkutan darat naik sekitar 6,6 persen dibandingkan dengan periode mudik tahun lalu.
Menurut Heri, pemudik tidak hanya menggunakan angkutan umum, tetapi juga kendaraan pribadi yang tergabung dalam program pulang basamo (bersama) perantau Minang. Setidaknya ada 15 komunitas perantau Minang yang melaporkan akan mudik bersama dari beberapa daerah rantau, seperti Jakarta, Bandung, Palembang, dan Pekanbaru. Komunitas perantau Sulit Air Sepakat, misalnya, berencana mudik dengan 1.000 mobil pribadi tahun ini.
Meskipun sudah diantisipasi, kata Heri, peningkatan jumlah pemudik angkutan darat akan menimbulkan kepadatan lalu lintas dan berpotensi memicu kemacetan. Oleh sebab itu, Heri mengimbau para pemudik melakukan perencanaan mudik dengan baik agar tidak terjebak kemacetan.
”Selain itu, kalau ada yang konvoi, jangan sampai iring-iringannya terlalu panjang,” ujarnya.