Jalan Penghubung Empat Kecamatan di Sigi Putus Lagi
Jalan penghubung antara Kota Palu dengan empat kecamatan di Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, hingga Senin (20/5/2019) siang masih putus karena tergerus aliran sungai. Jalur itu hanya bisa dilalui dengan sepeda motor. Warga dirugikan dengan kondisi tersebut.
Oleh
VIDELIS JEMALI
·2 menit baca
SIGI, KOMPAS - Jalan penghubung antara Kota Palu dengan empat kecamatan di Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, hingga Senin (20/5/2019) siang masih putus karena tergerus aliran sungai. Jalur itu hanya bisa dilalui dengan sepeda motor. Warga dirugikan dengan kondisi tersebut.
Putusnya jalur tersebut mulai pelan-pelan terjadi pada Jumat (17/5/2019), tetapi kendaraan roda dua dan empat yang agak tinggi masih bisa melintas. Namun, sejak Minggu (19/5/2019), kendaraan roda empat tak bisa lagi melintas karena pinggiran jalan terus tergerus.
Warga Tuva dan Salua membantu pengendara sepeda motor yang melintasi jalur di jalur itu terus siaga untuk menggali material yang longsor dari tebing. Mereka juga membantu sejumlah pengendara sepeda motor yang ragu-tagu melintas dengan sejumlah bayaran.
Sepeda motor selain mengangkut orang juga mengangkut berbagai jenis batang dari Palu ke kempat kecamatan dan sebaliknya. Jasa ojek untuk logistik Rp 150.000 hingga ke empat kecamatan itu.
Jelas kami menanggung biaya lebih besar dari kondisi ini. Kami minta harus ada penanganan permanen agar jalur ini aman
Adrianus Mbesa (52), guru negeri di Kecamatan Lindu, menyatakan dirinya kesulitan bermobilitas ke Palu dan Sigi, ibu kota Kabupaten Sigi dengan kondisi itu. "Saya sebenarnya hari Minggu sudah berada di Palu karena urusan saya Senin. Tetapi karena kondisi jalan ini, saya baru bisa berangkat hari ini," kata Adrianus.
Dengan pengangkutan barang melalui sepeda motor, biaya yang dikeluarkan pedagang lebih besar. Agusetiawan (23), pedagang dari Kecamatan Lindu, harus mengangkut kakao dan barang-barang konsumsi dengan biaya dua kali lipat.
Satu jasa tukang ojek dibayar Rp Rp 150.000 dengan mengangkut dua karung kakao masing-masing 70 kilogram. Padahal, biasanya dia hanya keluarkan Rp 75.000 untuk jasa ojek dari Lindu ke Sadaunta, Kecamatan Kulawi, sebelum kakao diangkut dengan mobil.
"Jelas kami menanggung biaya lebih besar dari kondisi ini. Kami minta harus ada penanganan permanen agar jalur ini aman," katanya.
Jalur ke kempat kecamatan tersebut pada akhir April lalu putus karena luapan Sungai Miu di Desa Tuva. Otoritas terkait butuh dua hari untuk membersihkan material berupa lumpur dan kayu gelondongan yang terbawa aliran sungai.