Surabaya Terus Memfasilitasi Penciptaan Lapangan Kerja
Pemerintah Kota Surabaya berkomitmen memberikan kemudahan kepada pihak-pihak yang ingin menciptakan lapangan kerja. Kebijakan yang dibuat tidak hanya ramah kepada investor besar, namun juga pelaku usaha rintisan yang ingin mengembangkan usahanya.
Oleh
IQBAL BASYARI/AGNES SWETTA PANDIA
·4 menit baca
KOMPAS/AGNES SWETTA PANDIA
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini memberikan motivasi kepada 220 pencari kerja diGedung Siola, Jalan Tunjungan, Surabaya, Sabtu (18/5/2019).
SURABAYA, KOMPAS — Pemerintah Kota Surabaya berkomitmen memberikan kemudahan kepada pihak-pihak yang ingin menciptakan lapangan kerja. Kebijakan yang dibuat tidak hanya ramah kepada investor besar, tetapi juga pelaku usaha rintisan yang ingin mengembangkan usahanya.
Sebagai pusat ekonomi di Jatim, Surabaya menjadi magnet bagi pelaku usaha ataupun pencari lapangan kerja. Oleh sebab itu, iklim dan infrastruktur penciptaan lapangan kerja menjadi hal yang harus diperhatikan.
Namun, lapangan kerja yang ada di ”Kota Pahlawan” cukup terbatas sehingga tidak bisa memberikan tempat bagi seluruh pencari kerja. ”Jangan hanya terpaku pada pekerjaan-pekerjaan umum. Cobalah untuk menciptakan pekerjaan sendiri,” kata Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, Minggu (19/5/2019), di Surabaya.
KOMPAS/AGNES SWETTA PANDIA
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini memberikan motivasi kepada 220 pencari kerja diGedung Siola, Jalan Tunjungan Surabaya, Sabtu (18/5/2019). Saat itu juga dihadirkan pelaku UMKM Surabaya yang tergabung dalam Pahlawan Ekonomi, Pejuang Muda dan Start Up yang diberi ruang kerja bersama ”Koridor”.
Menurut dia, iklim usaha di Surabaya cukup baik untuk penciptaan lapangan kerja baru. Bagi investor besar, pengurusan izin dipermudah melalui sistem dalam jaringan. Jika semua syarat administrasi terpenuhi, kurang dari 12 hari izin bisa diterbitkan. Mereka bisa langsung beroperasi dan menyerap tenaga kerja.
Jangan hanya terpaku pada pekerjaan-pekerjaan umum. Cobalah menciptakan pekerjaan sendiri.
Kemudahan dan gratis
Namun, perusahaan-perusahaan besar tidak selalu membuka lapangan kerja baru. Oleh sebab itu, menurut Risma, para pencari kerja, terutama anak muda, harus berani membuka lapangan kerja sendiri. ”Pemkot Surabaya memberikan kemudahan dan fasilitas bagi pencipta lapangan kerja,” katanya.
Beberapa kebijakan yang dibuat untuk mendorong penciptaan lapangan kerja baru, antara lain melalui program Pahlawan Ekonomi dan Pejuang Muda. Selain itu, ada fasilitas co-working space Koridor di Gedung Siola, Jalan Tunjungan, yang bisa digunakan anak-anak muda pembuat usaha rintisan berbasis digital mengembangkan usahanya.
”Produk-produk pengusaha muda diberikan kemudahan dalam mengurus hak kekayaan intelektual agar idenya tidak dicuri pihak lain, bahkan kami memberikan 150 kepengurusan gratis setiap tahun,” ucap Risma.
KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA
Warga memanfaatkan co working space Koridor di Gedung Siola, Surabaya, beberapa waktu lalu. Tempat yang dibangun Pemerintah Kota Surabaya itu memberikan ruang bagi kaum muda kreatif mengembangkan dan merealisasikan ide-idenya.
Kemudahan-kemudahan tersebut tidak lain untuk mendorong perekonomian di Surabaya. Risma berharap semua warga Surabaya bisa menikmati ”kue ekonomi” yang dalam sehari perputaran uangnya mencapai Rp 2 triliun. ”Jangan sampai warga Surabaya hanya menjadi penonton di kota sendiri,” ucapnya.
Produk-produk pengusaha muda diberikan kemudahan dalam mengurus hak kekayaan intelektual agar idenya tidak dicuri pihak lain, bahkan kami memberikan 150 kepengurusan gratis setiap tahun.
Pemilik usaha Diah Cookies, Diah Arfianti, mengatakan, program Pahlawan Ekonomi yang diikuti memberikan banyak manfaat dalam mengembangkan usaha kue kering. Kini, usahanya bisa memberikan lapangan kerja kepada lima orang, bahkan bisa mencapai lebih dari 10 orang saat pesanan ramai, seperti ketika Lebaran.
”Belasan pengemudi ojek daring juga mendapatkan manfaat dari pembeli yang menggunakan jasa mereka membeli kue kering,” ucap Diah.
KOMPAS/IQBAL BASYARI
Diah Arfianti (38), pemilik usaha Diah Cookies, menunjukkan beberapa kemasan untuk produk kue kering, beberapa waktu lalu, di Surabaya, Jawa Timur. Setelah merek didaftarkan, dia mengemas produk usaha mikro, kecil, dan menengah dalam bentuk menarik agar pembeli berminat membelinya.
Sufiyanto Arief, pemilik usaha Segosoge, menambahkan, Pemkot Surabaya memfasilitasi para pelaku usaha agar dapat menikmati keuntungan yang lebih tinggi. Seperti ketika diajak mengikuti program Mlaku-mlaku nang Tunjungan yang dapat meningkatkan omzetnya hingga 10 kali lipat ketika berjualan selama sehari.
Tak bernyali
Menurut Agus Wahyudi dari Humas Pahlawan Ekonomi dan Pejuang Muda, sampai sekarang paling tidak sudah ada belasan ribu pelaku UMKM di Kota Surabaya yang sudah mandiri. Mereka awalnya tak ada nyali sedikit pun terjun ke dunia usaha secara mandiri.
Berkat pelatihan dan pendampingan yang terus-menerus, bahkan Pemkot Surabaya, kata Agus Wahyudi, juga memberikan kemudahan, bahkan gratis, mengurus berbagai izin, termasuk merek produk, pelaku UMKM itu justru banyak yang cepat naik kelas. Dari mikro ke kecil dan pelaku usaha kecil ke menengah.
Setiap pelatihan Sabtu dan Minggu yang digelar Pemkot Surabaya bagi calon pelaku usaha yang selalu didengungkan adalah ”Jadilah Bos, Bukan Anak Kos”. Hal ini penting karena belakangan pelaku usaha merintis usaha dari nol setelah memilih keluar dari pekerjaan atau dari zona nyaman.
Dalam setiap kesempatan, testimoni dari pelaku usaha, baik Pahlawan Ekonomi maupun Pejuang Muda, menurut Agus, cukup memotivasi mereka yang ingin terjun menjadi wirausaha baru.
Pemkot Surabaya tak hanya melatih keterampilan sesuai selera calon pelaku usaha, tetapi juga didampingi, disediakan tempat promosi dari berbagai kegiatan, termasuk pameran. Bahkan, sekarang pemkot sudah membuka enam Surabaya Square, pusat oleh-oleh di beberapa titik yang seluruh barang, baik makanan, minuman, kerajinan, maupun produk lain, adalah karya pelaku UMKM Kota Surabaya.
Modal utama
Menurut Chairperson Enciety Business Consult Kresnayana Yahya, menghadapi kompetisi dunia kerja, ada 4 hal yang harus diketahui anak muda zaman sekarang yakni communication, collaboration, critical thinking, dan creativity, menjadi modal yang harus dikuasai.
Realitanya hingga kini banyak siswa dan mahasiswa masih malu untuk bertanya. Padahal, ada peribahasa "malu bertanya sesat di jalan". Namun kata bijak itu masih belum dilakukan sebagian besar siswa dan mahasiswa.
Ke depan pekerjaan tidak dapat dilakukan sendiri. Dibutuhkan kolaborasi supaya pekerjaan dapat cepat diselesaikan. Pelaku usaha kini dituntut bisa melakukan berpikir secara kritis.
Pelaku usaha juga dianjurkan bisa menemukan cara-cara baru yang kreatif untuk medobrak kebiasaan lama dalam meraih kesuksesan. “Introspeksi diri itu penting sehingga bisa berkembang sesuai dengan perkembangan
zaman," papar Kresnayana
Editor:
agnespandia
Bagikan
Kantor Redaksi
Gedung Kompas Gramedia, Jalan Palmerah Selatan 26-28, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
Tlp.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.