Petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara di Kota Surabaya, Jawa Timur, yang meninggal akibat kelelahan seusai bertugas bertambah. Ketua KPPS di TPS 40 Kelurahan Gundih, Syaiful Arif, meninggal, Rabu (15/5/2019). Meninggalnya Syaiful menambah jumlah petugas pemilu di Surabaya yang meninggal menjadi 15 orang.
Oleh
IQBAL BASYARI
·2 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara atau KPPS di Kota Surabaya, Jawa Timur, yang meninggal akibat kelelahan seusai bertugas bertambah. Ketua KPPS di TPS 40 Kelurahan Gundih, Syaiful Arif, meninggal, Rabu (15/5/2019). Meninggalnya Syaiful menambah jumlah petugas pemilu di Surabaya yang meninggal menjadi 15 orang.
Sebelumnya, sejak pemilu yang digelar pada 17 April lalu, sejumlah petugas KPPS dan Linmas meninggal seusai menjalankan tugas. Beberapa di antaranya mengeluh sakit dan dirawat seusai bertugas, tetapi nyawanya tidak tertolong.
Komisioner Komisi Pemilihan Umum Kota Surabaya Wahyu Kuncoro, Kamis (16/5/2019) di Surabaya, mengatakan, petugas KPPS yang meninggal kebanyakan memiliki rekam medis penyakit, seperti stroke dan sesak napas. Kondisi yang kelelahan saat bertugas memicu kembali penyakit-penyakit tersebut.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengatakan, Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya akan memberikan bantuan kepada semua keluarga petugas pemilu yang meninggal.
”Jangan sampai anak-anak menjadi putus sekolah setelah ditinggalkan ayah mereka. Kami akan membantu segala keperluan keluarga yang ditinggalkan almarhum,” kata Risma seusai takziah di rumah duka almarhum Agus Riyadi, anggota KPPS di TPS 10 Kelurahan Tambakrejo.
Risma, sejak pemilu usai, mengunjungi semua rumah duka anggota KPPS yang meninggal. Dia melihat kondisi keluarga yang ditinggalkan kepala keluarga seusai bertugas menjadi petugas pemilu. Risma memberikan solusi tempat tinggal, pekerjaan, dan sekolah yang lebih baik kepada keluarga yang ditinggalkan.
Jangan sampai anak-anak menjadi putus sekolah setelah ditinggalkan ayah mereka. Kami akan membantu segala keperluan keluarga yang ditinggalkan almarhum.
Kepada keluarga Agus, misalnya, Risma memberikan pekerjaan kepada istri, Mukaromah, dan anak pertama Agus, Erlan Dwi Firmansyah, agar lebih dekat dengan keluarganya. Sementara anak kedua, Pamela, yang duduk di bangku SMA akan dibiayai gratis hingga lulus.
Erlan pun mengucapkan terima kasih kepada Risma yang dinilai peduli terhadap keluarganya. Ia mengaku sangat bersyukur diajak bekerja di Linmas, lebih dekat dari pekerjaannya sekarang di SPBU yang ada di Sidoarjo.
”Saya sangat bersyukur nanti bisa kerja di Linmas sehingga nanti tidak perlu perjalanan Surabaya-Sidoarjo lagi. Mungkin ini rezeki orang tua juga meskipun sudah meninggal,” ujarnya.