Panas terik di Terminal Leuwipanjang, Kota Bandung, Jawa Barat, Selasa (7/5/2019), tidak menyurutkan niat Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi keluar masuk kolong salah satu bus jurusan Bandung-Merak. Ia mengecek sistem pengereman hingga kendali bus.
Puji (39), pengemudi bus berkelir kuning itu, berdiri menunggu di dekatnya. Seusai memeriksa kolong bus, Budi meminta Puji memperlihatkan SIM, STNK, dan izin trayek. ”Bapak sudah berapa lama jadi sopir bus ini? Surat-suratnya lengkap, Pak?” tanya Budi.
”Sudah tiga tahun, Pak. Semua surat lengkap. SIM saya juga masih aktif,” kata Puji. ”Fisik saya juga fit,” imbuhnya.
Jawaban itu disambut senyum Budi Karya. Seakan memberi jaminan, ramp check yang dilakukan di Bandung sejauh ini tanpa kendala. Dia berharap semuanya tetap baik-baik saja, khususnya saat arus mudik-balik Lebaran tahun ini.
Puji tidak cemas saat busnya diperiksa. Sebelum membawa penumpang, ia terbiasa disiplin ikut mengawasi mekanik yang memeriksa kelaikan kendaraan. Rem dan ban merupakan komponen penting yang dicek secara berkala karena menentukan keselamatan bus saat dikendarai.
”Kalau saya melihat ada yang tidak beres, saya langsung lapor ke mekanik dan meminta untuk ganti bus. Saya tidak mau ambil risiko menggunakan bus yang tidak laik pakai. Sejauh ini perusahaan bersedia mengganti jika memang tidak laik jalan,” ujarnya.
Budi Karya mengatakan, untuk mengurangi risiko kelalaian sopir, pengecekan kendaraan di terminal akan diiringi dengan memonitor kesehatan sopir. Menyambut mudik Lebaran 2019, pemerintah melakukan uji kelaikan kendaraan dan kondisi sopir. Hal ini untuk menjamin keamanan penumpang bus selama mudik tahun ini.
”Kami akan melakukan penataran kepada perusahaan bus agar mereka menaati peraturan dan mau melaksanakan pemeriksaan rutin. Para sopir pun diberi pengarahan sehingga mereka bisa bekerja profesional dan mementingkan keselamatan penumpang,” ujar Budi Karya.
Masih diminati
Berdasarkan data Kemenhub, bus masih menjadi pilihan bagi pemudik. Penumpangnya diperkirakan mencapai 4,68 juta orang atau 20,5 persen dari seluruh moda angkutan umum. Prediksi ini naik dari tahun lalu sebanyak 4,51 juta penumpang. Keberadaan tol Trans-Jawa yang telah terhubung membuat moda transportasi ini kian diminati warga.
Akan tetapi, kenaikan itu patut disambut dengan kewaspadaan. Ketelitian sebelum kendaraan menggilas jalanan menjadi pangkal keselamatan. Perusahaan angkutan dan pengemudi harus fokus pada keselamatan penumpang.
Jika setiap perjalanan tidak dimaknai dengan baik, akibatnya bisa fatal. Kecelakaan lalu lintas bisa kapan saja terjadi. Pemicunya beragam, mulai dari kondisi infrastruktur jalan, kendaraan, hingga kelalaian pengemudi.
Berdasarkan data Kepolisian Daerah Jabar, jumlah kecelakaan dalam mudik 2018 menurun dibandingkan dengan setahun sebelumnya. Jika tahun 2017 kecelakaan lalu lintas mencapai 124 kejadian dan menewaskan 73 orang, setahun kemudian ada 46 meninggal dari 80 kejadian.
Direktur Lalu Lintas Polda Jabar Komisaris Besar Mochamad Aris mengatakan, ada 16 titik rawan kecelakaan di wilayah utara, 9 di tengah, dan 9 di selatan. Daerah ini tersebar dari Karawang, Purwakarta, hingga Ciamis di selatan dan Cirebon di utara. ”Kewaspadaan dan kesiapan pemudik harus selalu jadi yang utama,” katanya.
Siang di Terminal Leuwipanjang semakin terik saat Puji siap menginjak pedal gas busnya. Berkas-berkas penting sudah disimpan di tempatnya. Indikator rem angin hingga panel elektronik menyala.
”Menjadi sopir yang baik itu amanah. Penumpang ingin pulang dengan selamat dan berkumpul bersama keluarga. Saya juga sama,” ujar Puji.
Tak ada yang tahu ujung dari satu perjalanan. Hanya persiapan matang yang bisa membantu semua sesuai dengan keinginan kita. (Machradin Wahyudi Ritonga)