Memasuki bulan Ramadhan, sejumlah pelaku usaha, mikro, kecil dan menengah (UMKM) di Jawa Tengah dan Jawa Timur, bersiap menggenjot volume produksi. Upaya ini dilakukan, agar nanti mereka bisa memenuhi permintaan konsumen, yang cenderung meningkat di musim libur Lebaran.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·3 menit baca
MAGELANG, KOMPAS - Memasuki bulan Ramadhan, sejumlah pelaku usaha, mikro, kecil dan menengah (UMKM) di Jawa Tengah dan Jawa Timur, bersiap menggenjot volume produksi. Upaya ini dilakukan, agar nanti mereka bisa memenuhi permintaan konsumen, yang cenderung meningkat di musim libur Lebaran.
Amin Supono, pemilik usaha eggroll Defira di Kota Salatiga, Jawa Tengah, mengatakan, saat ini, dirinya sudah mulai bersiap membeli bahan-bahan baku yang dibutuhkan terutama tepung mocaf, tepung berbahan ketela pohon.
“Kami harus bersiap karena permintaan eggroll menjelang Lebaran pasti meningkat. Jika biasanya dalam satu minggu hanya membutuhkan 10 kg (kilogram) mocaf, maka bulan puasa ini, kami harus menyiapkan bahan baku tepung mocaf setidaknya 30-35 kg per minggu,” ujarnya, Senin (6/5/2019).
Dengan menambah bahan baku mocaf tersebut, maka volume produksi eggroll pun secara otomatis akan meningkat. Jika biasanya dia hanya memproduksi dua lusin kaleng eggroll, maka selama bulan Ramadhan ini, dia berupaya untuk menggenjot volume produksi setidaknya menjadi tiga lusin kaleng eggroll. Satu lusin berisi 12 kaleng eggroll, di mana per kaleng berisi 450 gram eggroll.
Peningkatan permintaan biasanya akan terjadi pada H-7 Lebaran, dan akan terus berlanjut hingga H-1 Lebaran. Amin mengatakan, dia sebenarnya berencana untuk menghentikan produksi pada H-1 Lebaran. Namun, keinginan tersebut belum tentu terwujud setiap tahun.
“Biasanya, setelah Lebaran pun, kami tetap menerima banyak pesanan. Agar tidak mengecewakan konsumen, maka akhirnya kami pun biasanya akan terus menjalankan aktivitas produksi hingga H+7 Lebaran,” ujarnya. Permintaan tersebut berdatangan dari Kota Salatiga dan Semarang.
Dua kali lipat
Wiwin, pengrajin bros dari Kelurahan Balearjosari, Kecamantan Blimbing, Kota Malang, Jawa Timur, juga optimis dirinya akan menerima lebih banyak permintaan dibanding biasanya.
“Bulan Ramadhan ini, biasanya permintaan per bulan akan meningkat sekitar dua kali lipat dibanding biasanya,” ujarnya.
Ramadhan tahun lalu, permintaan meningkat 50 persen, sehingga dia bisa menjual sekitar 100 bros, berbagai bentuk dan ukuran.
Bulan Ramadhan ini, biasanya permintaan per bulan akan meningkat sekitar dua kali lipat dibanding biasanya
Bros yang diproduksi Wiwin adalah bros untuk jilbab dan bros yang dipasang pada parcel makanan. Namun, setiap Ramadhan, permintaan terbanyak adalah bros untuk jilbab dengan hiasan rangkaian bunga-bunga mungil yang terbuat dari pita.
“Bros bunga untuk jilbab biasanya banyak dicari karena banyak orang biasanya ingin terlihat tampil beda di hari Lebaran,” ujarnya. Bros tersebut dijualnya dengan harga Rp 15.000-Rp 20.000 per bros.
Mukidi, seorang petani dan produsen kopi bubuk di Desa Gandurejo, Kecamatan Bulu, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, mengatakan, bulan Ramadhan juga bukan merupakan kesempatan untuk bersantai. Sebaliknya, setiap hari dia harus memproduksi kopi bubuk agar dapat memenuhi permintaan pada selama musim libur Lebaran, mulai hari pertama Lebaran hingga H+7 Lebaran.
“Kami harus meningkatkan produksi sejak awal puasa, karena selama musim libur Lebaran, kami harus menyediakan 50-100 bungkus kopi, atau 200 kilogram kopi bubuk per hari,” ujarnya.
Kopi bubuk tersebut akan dikemas dalam kemasan seberat 100 gram, yang kemudia disebar di tiga kafe milik Mukidi. Kebanyakan konsumen biasanya menyukai kemasan kecil karena mereka membeli kopi sekedar untuk oleh-oleh yang nantinya akan dibagikan kepada teman-teman dan kerabat.