Sejak awal tahun, 208 bencana alam melanda Provinsi Aceh dengan nilai kerugian Rp 48 miliar. Kerugian itu dihitung dari kerusakan harta benda warga dan infrastruktur publik.
Oleh
ZULKARNAINI
·3 menit baca
BANDA ACEH, KOMPAS — Sejak awal tahun, 208 bencana alam melanda Provinsi Aceh dengan nilai kerugian Rp 48 miliar. Kerugian itu dihitung dari kerusakan harta benda warga dan infrastruktur publik. Sebagian besar dialami langsung oleh warga.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) Teuku Ahmad Dadek, Rabu (1/5/2019), mengatakan, bencana yang paling sering terjadi adalah kebakaran permukiman, banjir genangan, kebakaran lahan, dan puting beliung.
Menurut Dadek, dampak bencana, sebanyak dua warga meninggal, 11 orang terluka, 370 warga mengungsi, dan 3.361 rumah terdampak. ”Total kerugian Rp 48 miliar. Kerugian itu sebagian besar dialami warga,” katanya.
Total kerugian Rp 48 miliar. Kerugian itu sebagian besar dialami warga.
Bencana yang paling sering terjadi adalah kebakaran permukiman atau rumah warga sebanyak 89 kali. Pada 2018, kebakaran permukiman 143 kali. Dampak bencana ini langsung dirasakan warga. Korban kehilangan tempat tinggal dan harta benda.
”Dari 89 kali terjadi kebakaran, nilai kerugian Rp 20,4 miliar, mencapai separuh dari total kerugian semua bencana,” ujar Dadek.
Sementara bencana dengan dampak besar adalah banjir bandang di Aceh Tenggara. Dua orang meninggal dan puluhan rumah rusak. Nilai kerugian Rp 20,5 miliar. Kemudian disusul bencana angin puting beliung sebanyak 27 kali yang merusak puluhan rumah warga. Nilai kerugian ditaksir Rp 3 miliar. Kebakaran hutan dan lahan juga relatif tinggi, yakni 35 kali peristiwa dengan luas lahan terbakar 76 hektar dan kerugian Rp 744 juta.
Dadek mengatakan, bencana kebakaran sebenarnya dapat dihindarkan. Namun, budaya siaga bencana masih lemah sehingga warga kerap abai terhadap potensi-potensi bencana. ”Pendidikan mitigasi harus lebih banyak diberikan untuk warga,” kata Dadek.
Ketua Forum Pengurangan Risiko Bencana Aceh Nasir Nurdin mengatakan, warga merupakan pihak pertama yang terdampak bencana. Terkadang, bencana melenyapkan tempat tinggal dan sumber pendapatan. Sumber ekonomi seperti lahan pertanian dan tambak juga hancur saat diterjang banjir.
Nasir berpendapat, mitigasi bencana bagi warga harus diperkuat agar warga mandiri menghadapi bencana. ”Kami telah mengadakan simulasi bencana gempa dan tsunami serta letusan gunung api, tujuannya melatih kesiagaan warga,” kata Nasir.
Pemerintah juga harus serius menahan laju kerusakan hutan dan membangun infrastruktur untuk mencegah bencana berulang.
Namun, di lain sisi, kata Nurdin, pemerintah juga harus serius menahan laju kerusakan hutan dan membangun infrastruktur untuk mencegah bencana berulang. Dalam kasus bencana banjir luapan dan banjir bandang, salah satu pemicu adalah kerusakan daerah aliran sungai dan penebangan pohon serampangan.
Pada 2018, menurut data BPBA, nilai kerugian dari bencana yang melanda Aceh Rp 848,2 miliar. Sementara pada 2017, hitungan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia Aceh, nilai kerugian dari bencana di Aceh Rp 1,7 triliun.