PURWAKARTA, KOMPAS — Jumlah eceng gondok yang melimpah di kawasan Waduk Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, belum dimanfaatkan warga. Gulma air itu hanya dibuang, ditumpuk, dan dibiarkan membusuk. Warga berharap mendapat pembekalan terkait pemanfaatan eceng gondok dari pemerintah.
Tiga bulan terakhir, rumpun eceng gondok memenuhi sejumlah kawasan Waduk Jatiluhur. Menurut Oyon (50), pengelola keramba ikan jaring apung (KJA) di zona I Waduk Jatiluhur, jumlah eceng gondok bertambah hingga dua kali lipat daripada biasanya. Kian banyaknya gulma air itu menyulitkan lalu lintas transportasi air petani ikan menuju kolamnya.
Untuk memudahkan lalu lintas air, setiap dua minggu sekali para petani ikan melakukan kerja bakti membersihkan waduk dan mengangkat eceng gondok. Setidaknya 30 mobil pikap bermuatan 800 kilogram terisi penuh gulma air itu. Kemudian hasil angkatan itu dibuang di lahan kosong. Tidak ada perlakuan khusus, eceng gondok dibiarkan membusuk secara alami menjadi kompos bagi tanaman di sekitar tanah.
Sabtu (27/4/2019) siang, di tepi Jalan Waduk Jatiluhur, Ubrug, Cibinong, Jatiluhur, terdapat sepanjang lebih kurang 300 meter limbah eceng gondok yang menumpuk. Tumpukan eceng gondok itu hasil pengangkatan para petani ikan. Eceng yang membusuk ditandai dengan perubahan warna menjadi coklat kehitaman. Ada pula yang masih hijau segar, pertanda belum lama diangkat dari waduk.
Oyon mengaku kewalahan dengan jumlah eceng gondok yang terus bertambah. Karena tidak tahu lagi hendak dimanfaatkan seperti apa, eceng gondok itu hanya dibuang dan ditumpuk begitu saja.
Penanganan serupa juga terjadi di Desa Tarumasari, Jatimekar, Jatiluhur, Eceng gondok belum dikelola oleh warga sekitar. Ketua Kelompok Petani Ikan Anserta Jatiluhur Taofik Hidayat mengatakan, hal itu terjadi karena masyarakat belum mengetahui manfaat eceng gondok sebagai bahan potensial.
Merebaknya eceng gondok juga terjadi di hulu Jatiluhur, Galumpit, Kecamatan Tegalwaru, Jatiluhur. Untuk mencegah suburnya gulma itu, Ketua Himpunan Nelayan Perairan Umum Jatiluhur Acon Wiguna bersama para nelayan lainnya mencacah eceng gondok menggunakan golok. Hal itu bertujuan untuk mematikan akar eceng gondok agar tidak tumbuh. Lalu hasil cacahan itu disebarkan sebagai pakan ikan liar.
Berharap dibina
Berkaca pada kepadatan eceng gondok di Danau Rawapening, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, masyarakat setempat mengubah limbah gulma air itu menjadi bernilai ekonomis. Pemanfaatan eceng gondok antara lain dijadikan bahan kerajinan tas, kursi, telapak meja, dan sandal.
Menurut tokoh masyarakat Rawapening, Wibowo, selama ini eceng gondok dimanfaatkan oleh masyarakat nelayan setempat sebagai usaha alternatif di saat pendapatan menangkap ikan sedang surut. Mereka menjual eceng gondok kepada perajin dengan kondisi dan harga yang bervariatif. Eceng gondok yang digunakan sebagai bahan kerajinan minimal berukuran 40 sentimeter.
Baik Oyon, Taofik, maupun Acon, ketiganya berharap agar ke depan stigma eceng gondok sebagai limbah dan musibah dapat berubah menjadi berkah. Mereka berharap ada sinergi dari pemerintah dan pengelola waduk dengan masyarakat untuk mencari jalan keluar pemanfaatan eceng gondok tersebut.