NTT Segera Memiliki Pabrik Sabun Berbahan Baku Kelor
Provinsi Nusa Tenggara Timur segera memiliki pabrik sabun berbahan baku daun kelor atau Moringa oleifera. Pemprov mencanangkan penanaman 1 juta hektar kelor di sejumlah wilayah di NTT. Kelor dari NTT khususnya Pulau Timor memiliki kualitas terbaik kedua di dunia setelah Spanyol.
Oleh
KORNELIS KEWA AMA
·3 menit baca
KUPANG, KOMPAS - Provinsi Nusa Tenggara Timur segera memiliki pabrik sabun berbahan baku daun kelor atau Moringa oleifera. Pemprov mencanangkan penanaman 1 juta hektar kelor di sejumlah wilayah di NTT.
Kelor dari NTT khususnya Pulau Timor memiliki kualitas terbaik kedua di dunia setelah Spanyol. Jenis tanaman ini bermanfaat untuk kesehatan karena kandungan nutrisi yang luar biasa. Namun banyak orang belum memanfaatkan keunggulan kelor ini.
Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) Viktor Bungtilu Laiskodat ketika melakukan peletakan batu pertama pembangunan gereja “Lahairoi Tubu” di Desa Tesbatan Kecamatan Amarasi Kabupaten Kupang, Senin (22/4/2019) mengatakan, kelor merupakan tanaman yang tumbuh secara alamiah sejak dulu kala di seluruh wilayah NTT. Jenis tanaman ini sangat cocok dengan karakter cuaca NTT, mudah tumbuh di semua tempat, dan gampang dibudidayakan.
Kelor di NTT, dalam rentang waktu enam bulan sudah mengeluarkan buah dan biji, sementara di daerah lain seperti Jawa dan Sumatera, dalam rentang waktu itu, tanaman kelor belum berbuah. Sejak tahun 2010, banyak pengusaha kelor berminat mendatangkan kelor dari NTT dalam jumlah besar, tetapi tidak tercapai.
“Saya ajak masyarakat menanam kelor sebanyak mungkin. Program Pemprov membudidayakan 1 juta hektar kelor di sejumlah wilayah di NTT. Jangan khawatir akan pemasaran daun dan buah marungga. Pemrov akan bekerjasama dengan pengusaha membangun pabrik sabun mandi dengan bahan dasar daun kelor," katanya sembari menambahkan marungga dapat diolah menjadi beberapa jenis kue, bahkan minuman.
Pemprov juga mendorong masyarakat untuk menanam pinang. Masyarakat NTT termasuk paling banyak mengkonsumsi pinang tetapi selama ini didatangkan dari Sumatera Barat. Padahal, pinang bisa ditanam di halaman rumah, dan di pinggir ladang sebagai pagar pelindung tanaman.
Saya ajak masyarakat menanam kelor sebanyak mungkin. Program Pemprov membudidayakan 1 juta hektar kelor di sejumlah wilayah di NTT. Jangan khawatir akan pemasaran daun dan buah marungga. Pemprov akan bekerjasama dengan pengusaha membangun pabrik sabun mandi dengan bahan dasar daun kelor
Cocok untuk kesehatan
Ahli Gizi Puskesmas Oesapa Kupang Yenny Haning mengatakan, kelor sangat cocok untuk kesehatan. Semestinya, kasus-kasus kemanusiaan seperti gizi buruk dan rawan pangan tidak terjadi kalau masyarakat pandai mengelola, meramu, dan merakit sumber daya alam yang ada, termasuk kelor untuk kebutuhan pangan.
Ia menyebutkan, pengakuan sejumlah pengusaha kelor menyebutkan, kelor Timor merupakan terbaik kedua di dunia setelah spanyol. Karena itu, sejumlah pengusaha terus memburu kelor asal Timor.
Kelor mengandung vitamin A,C,B, kalsium, kalium, besi, protein dalam jumlah sangat tinggi, yang mudah dicerna dan diasimilasi oleh tubuh. Bahkan jumlahnya berlipat-lipat dari sumber makanan, yang selama ini digunakan sebagai sumber nutrisi untuk perbaikan gizi.
Tanaman yang sering disebut marungga ini mengandung 40 antioksidan dan 90 jenis nutrisi berupa vitamin essensial , mineral, asam amino, anti penuaan, anti inflamasi. Kelor mengandung 539 senyawa yang dikenal dalam pengobatan tradisional di India dan Afrika, serta telah digunakan dalam pengobatan tradisonal untuk mencegah lebih dari 300 penyakit.
Tanaman kelor mulai daun, biji, bunga, akar, kulit, kayu, dan polong dewasa memiliki kegunaan masing-masing, antara lain untuk stimulan jantung, peredaran darah, tumor, epilepsi, hipertensi, menurunkan kolesterol, anti oksidan, anti bakteri, anti jamur, dan kegiatan hepatoprotektif.
Dengan kandungan nutrisi yang luar biasa ini komplit ini, kelor dapat diprioritaskan untuk mengatasi masalah kekurangan gizi pada balita, ibu hamil, dan ibu menyusui. Kelor ada di NTT untuk mengatasi masalah ini, tetapi warga NTT sendiri belum menjadikan kelor sebagai makanan (sayuran) utama.
“Petugas kesehatan sudah melakukan sosialisasi kepada para ibu rumah tangga tetapi tidak diperhatikan. Banyak ibu rumah tangga tidak mau repot mengolah daun, biji, buah, dan kulit kelor menjadi makanan bernutrisi bagi anak. Mereka lebih suka memilih mie instan atau gorengan di jalan untuk anak-anak,”kata Haning.
Ia mengatakan, program Pemprov membudidayakan kelor sebanyak mungkin, diikuti dengan kewajiban semua ibu rumah tangga menyediakan kelor sebagai menu utama bagi anak-anak. Kelor tidak hanya diperdagangkan tetapi lebih dari itu, yakni meningkatkan gizi anak dan menghindari stunting (manusia pendek).