Warga Banten Selatan Berharap Pelatihan Hadapi Gempa
Warga pesisir selatan Provinsi Banten minim pelatihan mitigasi bencana alam. Pelatihan dibutuhkan seiring semakin seringnya gempa bumi mengguncang wilayah Banten selatan seperti Kabupaten Pandeglang.
Oleh
DWI BAYU RADIUS
·2 menit baca
PANDEGLANG, KOMPAS – Warga pesisir selatan Provinsi Banten minim pelatihan mitigasi bencana alam. Pelatihan dibutuhkan seiring semakin seringnya gempa bumi mengguncang wilayah Banten selatan seperti Kabupaten Pandeglang.
Prakirawan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Serang, Trian Asmarahadi mengatakan, Kamis (11/4/2019), gempa kembali terjadi dengan pusat berjarak 41 kilometer (km) dari Kecamatan Sumur, Kabupaten Pandeglang, Banten, sekitar pukul 00.54. Gempa itu berkekuatan Magnitudo 3,2.
Pusat gempa berada di sebelah barat daya Kecamatan Sumur dengan kedalaman 14 km. Sebelumnya, gempa berkekuatan M 3,9 terjadi dengan pusat berada di sebelah barat daya Kabupaten Lebak, Banten, Sabtu (30/3/2019). Pusat gempa itu berjarak 97 km dari Kabupaten Lebak dengan kedalaman 30 km.
Mamat Basuni (63), warga Desa Kutakarang, Kecamatan Cibitung, Kabupaten Pandeglang, mengaku tidak merasakan gempa pada Kamis ini. “Saat itu, dini hari. Saya sedang tidur sehingga tidak merasakan gempa tetapi aktivitas masyarakat Desa Kutakarang tetap normal,” katanya.
Desa Kutakarang yang berada di Banten bagian selatan itu berjarak sekitar 40 km dari Kecamatan Sumur. Mamat mengatakan, banyak warga Desa Kutakarang belum mengetahui langkah-langkah yang harus dilakukan jika terjadi gempa. Gempa yang dapat dirasakan warga desa itu terjadi awal Januari 2018.
“Gempa yang bisa dirasakan memang jarang terjadi, tapi warga perlu diberikan pelatihan untuk menghadapi gempa,” katanya. Pemerintah Kabupaten Pandeglang, Badan SAR Nasional, dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Pandeglang belum pernah mengadakan pelatihan itu di Desa Kutakarang.
Warga Desa Sawarna, Kecamatan Bayah, Kabupaten Lebak, Suhanda (48), mengatakan, pelatihan menghadapi gempa belum pernah diadakan di desanya. “Harapan saya, pelatihan itu diselenggarakan agar warga Desa Sawarna lebih memahami upaya untuk mengurangi kemungkinan timbulnya korban,” ujarnya.