Dampak Bencana, Tiga Bulan Aceh Alami Kerugian Rp 35 Miliar
Oleh
ZULKARNAINI
·2 menit baca
BANDA ACEH, KOMPAS - Selama Januari – Maret 2019, Provinsi Aceh mengalami bencana sebanyak 146 kejadian. Total nilai kerugian dampak dari bencana itu mencapai Rp 35 miliar. Adapun nilai kerugian dampak dari bencana pada 2018 sebesar Rp 828,2 miliar.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) Teuku Ahmad Dadek, kepada wartawan di Banda Aceh, Senin (1/4/2019) mengatakan, jenis bencana yang melanda Aceh dalam tiga bulan terakhir adalah kebakaran permukiman, banjir genangan, longsor, puting beliung, dan kebakaran lahan.
“Kebakaran permukiman masih mendominasi yakni sebanyak 69 kali, disusul kebakaran lahan 23 kali, dan puting beliung 22 kali,” kata Dadek.
Kebakaran paling parah terjadi di Simeulue, sebanyak 25 rumah toko musnah terbakar. Nilai kerugian kebakaran itu Rp 15 miliar. Tidak ada korban jiwa, namun sebanyak 21 keluarga kehilangan tempat tinggal.
Banjir genangan dan longsor di Aceh Tenggara, Gayo Lues, dan Aceh Selatan yang terjadi pada Januari juga tergolong parah. Sebanyak 2.171 rumah terendam banjir. Selain rumah, lahan pertanian warga juga terendam. Kerugian akibat bencana ini mencapai Rp 13,5 miliar.
Sementara itu, kebakaran lahan gambut terjadi di kawasan Aceh Barat dan Aceh Jaya ditaksir kerugian mencapai Rp 360 juta. Sedangkan puting beliung mengakibatkan kerugian sebesar Rp 2,1 miliar.
Cara mencegah dengan cara mengganti kabel listrik secara berkala. Kebakaran membuat korban jatuh miskin seketika
Dadek mengatakan, kebakaran permukiman warga seharusnya bisa dicegah dengan meningkatkan kewaspadaan. Kata Dadek, kebanyakan kebakaran rumah karena arus pendek listrik. “Cara mencegah dengan cara mengganti kabel listrik secara berkala. Kebakaran membuat korban jatuh miskin seketika,” kata Dadek.
Dadek menambahkan, terkait pencegahan kebakaran lahan dan hutan, pihaknya melakukan sosialisasi kepada warga agar tidak membuka lahan dengan cara membakar. Pada 2019, akan diadakan tiga kali lokakarya pengendalian kebakaran lahan.
"Pencegahan kebakaran lahan penting, ini telah menjadi isu nasional dan internasional, sebab asap yang ditimbulkan berdampak buruk bagi masyarakat dunia,” kata Dadek.
Direktur Wahana Lingkungan Hidup Indonesia Aceh Muhammad Nur mengatakan, bencana ekologi seperti banjir bandang, longsor, dan banjir genangan akan terus menghantui warga Aceh. Sebab, kata Nur, kerusakan alam sangat masif. Pembalakan liar dan perambahan hutan membuat daya dukung lingkungan menurun.
Selain itu, galian C dan tambang ilegal membuat daerah aliran sungai hancur. Akibatnya, saat hujan terjadi dalam intensitas tinggi sungai tidak mampu menampung air sehingga meluap ke permukiman warga.