Kisah Pangeran Diponegoro Berpotensi Jadi Aset Wisata Sejarah
Oleh
REGINA RUKMORINI
·2 menit baca
MAGELANG, KOMPAS — Kisah hidup Pangeran Diponegoro, terutama penangkapannya oleh Belanda, bisa menjadi ikon atau aset wisata sejarah di Kota Magelang, Jawa Tengah. Sosok Pangeran Diponegoro sangat kuat dan telah menarik perhatian dunia.
”Dengan rekonstruksi menarik, kisah kepahlawanan Pangeran Diponegoro pasti akan diminati masyarakat luas, dalam dan luar negeri,” kata Direktur Sejarah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Triana Wulandari dalam acara pembukaan Gerakan Melek Sejarah (Gemes) di Museum BPK, Kota Magelang, Jawa Tengah, Jumat (29/3/2019).
Pangeran Diponegoro diundang bertemu Jenderal De Kock di Gedung Residen Belanda pada 28 Maret 1830. Berdalih akan diajak berunding, di tempat itulah Pangeran Diponegoro justru ditangkap. Gedung itu kini menjadi Kantor Badan Koordinasi Lintas Wilayah II.
Triana mengatakan, kisah Pangeran Diponegoro ini akan menarik perhatian. Sebelumnya, lukisan yang menggambarkan penangkapan figur pahlawan ini juga telah menjadi bahan perbincangan dan diskusi di luar negeri. Lukisan yang menjadi bahan diskusi tersebut adalah lukisan karya Raden Saleh dan seniman Belanda, Nicolas Pieneman.
Selain kisah Pangeran Diponegoro, Triana mengatakan, Kota Magelang juga memiliki banyak obyek lain yang bisa dikemas untuk menjadi obyek wisata sejarah. Beberapa di antaranya adalah kawasan Gunung Tidar, bangunan-bangunan kolonial, serta jejak perjalanan Jenderal Sudirman.
Triana mengatakan, paket wisata sejarah hendaknya dibangkitkan dan dibuat oleh daerah-daerah di seluruh Indonesia. Alasannya, paket wisata itu sekaligus menjadi upaya menanamkan nilai-nilai luhur kepahlawanan kepada generasi muda.
”Dengan mengenal lebih dalam tentang sejarah dan nilai-nilai positif dari kepahlawanan pada masa lalu, generasi muda diharapkan dapat lebih mencintai Tanah Air. Berangkat dari rasa mencintai inilah mereka pun akan berkarya dan melakukan hal-hal positif demi bangsa dan negara,” ujarnya.
Sejauh ini, Triana mengatakan, pihaknya sudah mencoba berinovasi memberikan materi tentang sejarah kepada generasi muda. Beberapa cara yang dilakukan antara lain membuat buku-buku grafis tentang sejarah serta cerita-cerita sejarah dan kepahlawanan berbentuk komik.
Wakil Wali Kota Magelang Windarti Agustina mengatakan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mau bekerja sama membantu menggali sejarah. Hal itu, kata Windarti, berpotensi diintegrasikan dengan paket wisata.
”Kami berharap pelaku wisata mau menggarap paket wisata sejarah ini. Wisata jenis ini sama sekali belum digarap,” ujarnya.
Selain untuk wisata, obyek wisata sejarah ini juga penting digarap sebagai bentuk edukasi bagi masyarakat, terutama kalangan pelajar. Paket wisata dirancang semakin menarik jika diberi sentuhan kreatif, seperti balon digital, e-book, dan pertunjukan teatrikal.