Senin Ini, ”Nuovo Cinema Paradiso” Diputar di Bentara Budaya Bali
Oleh
AYU SULISTYOWATI
·3 menit baca
GANYAR, KOMPAS — Senin (25/3/2019) malam ini, Bentara Budaya Bali menayangkan film Nuovo Cinema Paradiso dari Italia. Film yang dibuat tahun 1988 dengan durasi 124 menit ini bercerita tentang refleksi perjalanan hidup sang sutradara Italia, Giuseppe Toratore.
Penayangan film kerja sama Konsulat Kehormatan Italia di Denpasar, Bali, bersama Bentara Budaya Bali ini merupakan bagian dari kegiatan Sinema Bentara #Khusus Misbar, yang mengambil tema ”Kisah Sutradara Film dan Film Antikorupsi” yang digelar Minggu-Senin (24-25/3/2019). Kerja sama merupakan upaya untuk mendukung peringatan Hari Film Indonesia pada 30 Maret 2019 mendatang.
Nuovo Cinema Paradiso berkisah tentang masa kecil Salvatore, seorang sutradara, yang mendapat kabar dari ibunya bahwa teman masa kecilnya telah meninggal. Anak yang sudah 30 tahun tidak pernah kembali ke Sisilia dan tidak berhubungan dengan keluarga (ibu dan adik perempuannya) seketika terdiam mendengar kabar kematian Alfredo. Alfredo adalah seorang proyeksionis di bioskop Cinema Paradiso yang mewarnai kehidupan sang sutradara pada masa kecilnya.
Film tersebut memenangi Academy Award. Kategori yang dimenangi adalah film Berbahasa Asing Terbaik di Academy Awards ke-62.
Pada Minggu (24/3/2019) kemarin, Bentara Budaya Bali juga telah memutar sejumlah film terpilih. Film sebagian besar tertaut pada memoar atau kisah seseorang yang tumbuh menjadi sutradara.
Film-film itu merupakan buah cipta dari para pelopor sinema di Indonesia, antara lain Asrul Sani melalui film Pagar Kawat Berduri (1961) dan Teguh Karya lewat Di Balik Kelambu (1983).
”Film-film yang dipilih sebagian besar tertaut pada memoar atau kisah seseorang yang tumbuh menjadi sutradara, termasuk juga film-film yang merupakan buah cipta dari para pelopor sinema di Indonesia,” kata Koordinator Bentara Budaya Bali yang juga budayawan Warih Wisatsana, di Gianyar, Senin (25/3/2019).
Acara ini, lanjut Warih, memang khusus diselenggarakan di Bentara Budaya Bali untuk memperingati Hari Film Indonesia serta mendukung gerakan antikorupsi. Karena itu, beberapa film yang diputar juga berkaitan dengan cerita antikorupsi. Selain pemutaran film, juga diselenggarakan diskusi.
Sebelum pemutaran Nuovo Cinema Paradiso terlebih dulu ditayangkan Sekeping Tanggung Jawab (Indonesia, 2018) dengan sutradara Fitto E Arunfieldo, dan Jimpitan (Indonesia, 2018) yang disutradarai Wiwid Septiyardi. Kedua film ini tercipta sebagai hasil kerja sama dengan KPK RI.
Warih mengatakan, film-film bertema antikorupsi sudah menjadi gagasan dan perhatian para founding father perfilman Indonesia sejak lama. Ia mencontohkan dua film, yakni film Si Mamad (Sumandjaja, 1973) dan Lewat Djam Malam (Usmar Ismail, 1954). Keduanya telah ditayangkan pada program Sinema Bentara sebelumnya, juga film Daerah Hilang (Bachtiar Siagian, 1956) dan Tahu Sama Tahu (1953).
Pemutaran film di Bentara Budaya Bali diberi nama Sinema Misbar. Pemutarannya mengedepankan suasana nonton film bersama yang guyub, hangat, dan akrab dengan layar lebar di halaman terbuka.
Pada Senin malam ini, Sinema Misbar juga menggelar diskusi bersama narasumber Made Adnyana (sutradara & pengamat film) pukul 19.30 sebelum pemutaran film Nuovo Cinema Paradiso. Acara juga didukung oleh Pusat Perfilman Sinematek Indonesia dan KPK RI.
Mahendra, mahasiswa Kajian Budaya Universitas Udayana, mengapresiasi agenda-agenda di Bentara Budaya Bali. Pemutaran sinema selama ini, menurut dia, menarik karena dikemas tematik serta dirangkai dengan diskusi.