Gerakan Tanah di Tulungagung Paksa Sebagian Warga Mengungsi
Hujan deras dalam sepekan terakhir memicu pergerakan tanah di perbukitan Desa Tanen, Kecamatan Rejotangan, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur. Kejadian itu mengakibatkan 15 rumah rusak sehingga memaksa sebagian penghuninya mengungsi.
Oleh
AMBROSIUS HARTO
·2 menit baca
SURABAYA, KOMPAS–Hujan deras dalam sepekan terakhir memicu pergerakan tanah di perbukitan Desa Tanen, Kecamatan Rejotangan, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur. Kejadian itu mengakibatkan 15 rumah rusak sehingga memaksa sebagian penghuninya mengungsi.
Data Pusat Pengendalian Operasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tulungagung menyebutkan, kerusakan di 15 rumah itu bervariasi. Rumah rusak berat sebanyak 5 unit, rusak sedang (5 unit), dan rusak ringan (5 unit).
“Warga yang rumahnya rusak parah mengungsi ke luar desa. Mereka tinggal di rumah kerabatnya,” ujar Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Tulungagung Soeroto, saat dihubungi dari Surabaya, Selasa (12/3/2019).
Fenomena gerakan tanah ini bukan peristiwa baru. Dusun Purwodadi, Desa Tanen, berkali-kali dihajar gerakan tanah setidaknya sejak setahun terakhir. Peristiwa ini selalu terjadi saat musim hujan ketika intensitas guyuran air tinggi atau deras. Struktur tanah Desa Tanen juga diduga labil. Di desa ini terdapat sumber air besar di Wana Wisata Grojogan Sewu Alam Kandung.
Gerakan Tanah yang terjadi Januari dan Februari tahun ini, misalnya. Kejadiannya selalu diawali dengan turunnya hujan deras, setidaknya dua hari. Setelahnya, muncul retakan halus di dinding rumah warga. Hanya dalam sehari, retakan itu melebar. Lantai rumah juga merekah.
Tahun lalu, warga Desa Tanen ditawari pindah lewat program transmigrasi. Namun, warga menolak. Mereka tidak yakin dengan masa depan kehidupan di tanah seberang.
Sementara itu, Kepala Pelaksana BPBD Jatim Subhan Wahyudiono kembali memperingatkan warga terkait ancaman bencana hidrometeorologi. Sepekan lalu, sebanyak 17 daerah dari 38 kabupaten/kota dilanda banjir dan tanah longsor. Kerugian material akibat bencana ditaksir menembus Rp 60 miliar. Hal itu terdiri dari kerusakan prasarana, sarana, dan potensi hilangnya panen tanaman budidaya masyarakat.
"Hari ini, Tuban, Lamongan, dan Gresik masih kebanjiran," ujar Subhan.