Yusar (8), ditemukan tak bernyawa setelah hanyut di parit sekitar SDN Cigugur Blok Citamba, Kelurahan Cigugur, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Senin (11/3/2019) siang. Dia diduga terpeleset ke parit saat bermain di sana saat turun hujan deras.
Oleh
Abdullah Fikri Ashri
·2 menit baca
KUNINGAN, KOMPAS - Yusar (8), ditemukan tak bernyawa setelah hanyut di parit sekitar SDN Cigugur Blok Citamba, Kelurahan Cigugur, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Senin (11/3/2019) siang. Dia diduga terpeleset ke parit saat bermain di sana ketika turun hujan deras.
Berdasarkan laporan Pusat Pengendalian dan Operasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kuningan, kejadian itu bermula saat korban pulang sekolah. Warga Dusun Karanganyar, Kelurahan Cigugur itu, diduga terpeleset di parit berdebit air deras. Saat itu hujan deras mengguyur Kuningan.
"Korban hanyut terseret air pukul 11.15. Setengah jam kemudian, korban ditemukan 200 meter dari lokasi kejadian dalam kondisi meninggal dunia," ujar Kepala Pelaksana BPBD Kuningan Agus Mauludin.
Mengetahui kabar duka tersebut, Euis, guru korban, syok di sekolah sehingga harus dibawa ke Rumah Sakit Sekarmulyan. Ironisnya, Euis menghembuskan nafas terakhir di rumah sakit itu tak lama kemudian.
"Info yang kami terima, ibu guru itu memiliki riwayat penyakit jantung. Jadi, dia meninggal dunia bukan karena menolong korban," lanjutnya. Yusar dan Euis pun disemayamkan di rumah duka di Cigugur.
Agus meminta masyarakat waspada dan menghindari sungai atau parit dengan debit air deras. Apalagi, kurang dari sebulan, sudah terjadi tiga kasus tenggelamnya anak di Kuningan.
Pada Selasa (26/2), Rizki Maulana (15), warga Desa Rajadanu, Kecamatan Japara, ditemukan meninggal dunia di Embung Dukuh Dalem. Petaka itu terjadi saat korban tengah bermain di sana.
Empat hari sebelumnya, pada Jumat (22/2), Farhan (11) ditemukan tidak bernyawa setelah hanyut di Sungai Cisande, Desa Pajawan Lor, Kecamatan Ciawigebang. Korban diduga terpeleset lalu tenggelam saat sebelumnya mengejar sandal yang hanyut ke sungai.
Menurut Agus, dari 32 kecamatan di Kuningan, sebanyak 14 kecamatan rawan bencana banjir, tanah longsor, dan pergerakan tanah. Kecamatan itu adalah Kadugede, Nusaherang, Darma, Selajambe, Subang, Cilebak, dan Ciwaru. Selain itu ada juga Karangkancana, Maleber, Hantara, Cibeureum, Ciniru, Cimahi, dan Cibingbin.
"Kami sudah sering mengimbau masyarakat agar berhati-hati. Imbauan itu baik secara langsung maupun melalui grup WhatsApp," lanjutnya.
Agus juga mengingatkan agar masyarakat memeriksa saluran air, kondisi rumah, dan instalasi listrik. Bagi warga yang berada di perbukitan dan daerah aliran sungai diminta lebih berhati-hati dan waspada. Warga dapat menghubungi kontak BPBD Kuningan di nomor 082214981515 dan 0232873303.
Prakirawan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Jatiwangi Ahmad Faa Iziyn mengimbau masyarakat untuk berhati-hati. Berdasarkan pengamatan cuaca, puncak musim hujan yang diprediksi pada Februari berlanjut hingga akhir Maret. Potensi cuaca ekstrem lainnya adalah puting beliung dan gelombang tinggi di pantai utara Cirebon dan Indramayu.