Telkomsel Dorong Pelaku Usaha Semakin Melek Digital
Oleh
AGNES SWETTA PANDIA
·3 menit baca
BLITAR, KOMPAS - Mengawali 2019, Telkomsel melanjutkan program pemberdayaan masyarakat bertajuk “Baktiku Negeriku” yang telah berlangsung sejak dua tahun lalu. Program tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR) ini menitikberatkan pada peningkatan kualitas kehidupan masyarakat di berbagai daerah pelosok di Indonesia melalui teknologi.
Masyarakat terutama pelaku usaha terus didorong agar smakin melek tentang teknologi digital. Untuk walah tahun ini “Baktiku Negeriku” menjangkau Desa Ponggok, Kabupaten Blitar, Jawa Timur.
Vice President Business Support Area Jawa Bali, Frangky Pandensolang ketika melakukan pemberdayaan terhapa pelaku usaha di Blitar, Kamis (28/2/2019) mengatakan, sebagai perusahaan yang beroperasi sangat dekat dengan masyarakat, Telkomsel ingin memberikan manfaat yang lebih kepada lingkungannya.
Perusahaan ini berharap hubungan yang erat dengan masyarakat sekitar tidak sebatas dalam pemanfaatan layanan telekomunikasi. Namun juga dengan membangun kepercayaan dan kepedulian yang kuat untuk mengembangkan potensi desa dan masyarakat di wilayah tersebut.
Selama program “Baktiku Negeriku” berlangsung selama dua hari dari 28 Feberuari sampai 1 Maret 2019, Telkomsel menggelar berbagai aktivitas antara lain kerja sukarela karyawan, artinya aryawan Telkomsel terpilih melakukan pelatihan kewirausahaan, terkait pemasaran seperti tehnik dasar fotografi dan editing, strategi pemasaran modern secara digital dan pelatihan e-logistic proses dalam pemasaran.
Setelah mendapatkan pelatihan, mereka warga yang ikut pelatihan kata Frangky diharapkan dapat menjadi agen perubahan di lingkungannya dan tampil memimpin komunitas lokal menuju kehidupan yang lebih baik dengan pemanfaatan teknologi.
Program yang menyasar pertumbuhan berkelanjutan ini menurut Frangky meliputi pelatihan penggunaan aplikasi Baktiku Negeriku, Digital Payment T-Cash dan Peresmian Digital Center.
Pada pusat digital tersebut warga bisa belajar lebih banyak mengenai pemanfaatan teknologi digital dengan didampingi oleh agen perubahan setempat yang telah mendapatkan pelatihan dari Telkomsel. Hal ini diharapkan mampu menginspirasi anak muda untuk kembali membangun desanya dengan segenap potensi dan kearifan lokal yang dimilikinya.
“Program ini sekaligus memberikan kesempatan kepada karyawan Telkomsel untuk mengasah diri dan meningkatkan kemampuan untuk bisa turun tangan memberikan kontribusi yang positif secara langsung kepada masyarakat. Kami pun berharap program ini dapat mempererat komunikasi yang terjalin antara karyawan Telkomsel dengan masyarakat setempat,” ujar Frangky
Persiapan “Baktiku Negeriku” diawali dengan survei serta pemetaan pemilihan lokasi sesuai tujuan program. Lokasi terpilih merupakan daerah-daerah dengan taraf kehidupan masyarakat yang relatif rendah namun memiliki potensi sumber daya alam dan kearifan lokal yang unik.
Program "Baktiku Negeriku" sudah berlangsung dua fase yakni 2017 dan 2018. Pada 2017 sampai 2018 telah program yang lebih meningkatkan teknologi digitalisasi pada warga dilaksanakan di delapan desa di seluruh Indonesia. Fase kedua dilanjutkan pada 2019, dengan kegiatan awal dari Ciwidey, Purwakarta (Jawa Barat), Desa Simanindo dan Desa Kinali Pasaman Barat (Sumatera Barat) dan Desa Ponggok Blitar (Jawa Timur).
Menurut Kepala Desa Ponggok, Sungkono program pemberdayaan masyarakat terkait digitalisasi sangat diminati kalangan anak muda dan ibu rumah tangga. Bahkan pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM) sangat antuasias terkait digitalisasi terutama untuk pemasaran produk mereka.
Apalagi kata Sungokono, desa itu memiliki ikon wisata Gunung Pegat. Sekarang di kawasan tersebut sedang dibangun menjadi spot paralayang untuk wilayah Blitar, sehingga pelajar latihan di tempat itu dan bahkan beberapa di antaranya sudah berhasil meraih prestasi di tingkat daerah dan nasional.
Keunggulan lain Desa Ponggoh juga memiliki petani yang menemukan varietas alpukat terbesar di Indonesia. "Jadi pelatihan terkait teknologi digital sangat bermanfaat bagi warga di desa ini. Jika ibu-ibu dan anak muda bisa memanfaatkan teknologi, potensi desa bisa lebih cepat dikenal di seluruh dunia," kata Sungkono.