Lulusan Perguruan Tinggi Mesti Tepat Manfaatkan Teknologi Digital
Oleh
Kornelis Kewa Ama
·3 menit baca
KUPANG, KOMPAS - Gubernur Nusa Tenggara Timur Viktor Laiskodat mengajak wisudawan Universitas Nusa Cendana Kupang memanfaatkan teknologi digital secara tepat dan bermanfaat bagi kepentingan NTT ke depan. Para wisudawan juga diharapkan mempromosikan sumber daya alam termasuk warisan budaya tenun ikat yang ditinggalkan leluhur.
Hal itu disampaikan Laiskodat pada rapat senat luar biasa wisuda program sarjana, magister, dan doktor Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang di Kupang, Kamis (28/2/2019). Menurut dia, menempuh pendidikan di perguruan tinggi, tidak sekadar mengejar ijazah untuk bisa diwisuda.
“Ijazah harus disertai semangat juang, optimisme, dan berpikir cerdas guna memanfaatkan semua sumber daya alam di NTT untuk dikembangkan dan dimanfaatkan. Demi kesejahteraan masyarakat, terutama untuk diri dan keluarga,” kata Laiskodat.
Saat ini teknologi informasi semakin menguasai dunia dengan hadirnya revolusi industri 4.0. Kemajuan teknologi jangan dimanfaatkan untuk sekadar memajang foto pribadi atau keluarga, tetapi dimanfaatkan untuk mempromosikan jati diri dan budaya NTT.
Pesatnya teknologi saat ini, tidak membuat orang harus meninggalkan nilai-nilai budaya. Menurut Laiskodat, teknologi justru harus didayagunakan secara tepat, untuk mempromosikan semua jenis sumber daya alam, nilai-nilai budaya, dan kekhasan budaya yang diwariskan para leluhur.
Kreasi dan produk budaya warisan nenek moyang dalam bentuk tenun ikat saat ini, memperlihatkan bahwa nenek moyang orang NTT memiliki daya kreasi dan imajinasi yang luar biasa pada waktu itu. Padahal, saat itu mereka belum mengenal teknologi informasi seperti sekarang ini.
Laiskodat melanjutkan, teknologi selalu punya dua sisi, positif dan negatif. Sisi positif harus diambil untuk mempercepat pembangunan dan kesejahteraan. Namun dampak negatifnya juga harus diantisipasi. Teknologi tidak boleh merusak nilai-nilai luhur dan identitas yang telah dibangun.
“Contoh sarung yang kita pakai saat ini, adalah hasil imajinasi nenek moyang yang luar biasa. Mereka bukan sarjana, juga tidak pernah membaca buku. Tetapi mereka menciptakan karya yang membuat anak cucu mereka bangga sampai hari ini," katanya.
"Tugas kita, memperkenalkan kekayaan ini kepada dunia luar melalui teknologi yang ada,” tambah Laiskodat.
Kandidat Doktor Studi Pembangunan Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga ini menantang para wisudawan dan wisudawati untuk terlibat aktif dalam sejarah kebangkitan NTT dari kantong kemiskinan. Kemiskinan saat ini akibat kelemahan manusia NTT mengelola sumber daya secara maksimal.
Manusia NTT, menurut Laiskodat, tidak hanya kesulitan pada kecerdasan kognitif, tetapi juga kurang semangat juang. Banyak orang NTT cerdas tetapi tidak militan untuk berjuang dan menembus tantangan.
Rektor Undana Prof Ir Fredrik Benu mengatakan, revolusi industri 4.0 dengan kecerdasan buatan telah banyak mengambil alih pekerjaan fisik yang sebelumnya dijalankan manusia. Hal ini membuat banyak orang kehilangan pekerjaan.
“Ini tantangan besar bagi para wisudawan. Tentu tidak cukup mengandalkan pengetahuan selama bangku kuliah. Saudara-saudara butuh kecerdasan tambahan di bidang teknologi digital dengan segala tuntutannya. Inilah bentuk adaptasi terhadap disrupsi yang dihadapi kaum milenial saat ini,” kata Benu.
Dosen Jurusan Bahasa Inggris FKIP Undana, Santri Jahimo mengatakan, Pergub NTT Nomor 56/2018 tentang hari berbahasa Inggris, setiap hari Rabu, tidak mengancam bahasa Indonesia atau bahasa daerah. Bukan pula pengkhianatan terhadap butir ketiga sumpah pemuda dan pasal 36 UUD 1945.
Menurut dia, bahasa lokal adalah bahasa ibu dan bahasa Indonesia merupakan bahasa negara, budaya, dan tradisi. Oleh karena sebagai identitas, hal itu tidak akan pernah luntur.
Jumlah wisudawan ke-115 dalam sejarah berdirinya Undana sebanyak 716 orang. Wisuda dilaksanakan dalam dua sesi, masing-masing 358 orang. Mereka terdiri dari 2 orang doktor, 17 wisudawan magister, 4 orang profesi dokter, dan 693 orang sarjana.