Generasi Milenial Diajak Berwirausaha Secara Daring
Oleh
ISMAIL ZAKARIA
·3 menit baca
PADANG, KOMPAS – Kementerian Perdagangan mengajak generasi milenial untuk berwirausaha dengan memanfaatkan layanan jual beli daring atau e-commerce. Keterlibatan mereka sejak dini dinilai penting agar ke depan Indonesia tidak hanya sebagai pasar, tetapi juga produsen.
Staf Ahli Bidang Iklim Usaha dan Hubungan Antar Lembaga Kementerian Perdagangan Suhanto menyampaikan hal itu usai Sosialisasi Kebijakan Perdagangan di Universitas Negeri Padang (UNP), Rabu (27/2/2019).
Berdasarkan laporan TechCrunh, situs berita yang fokus pada perusahaan-perusahaan teknologi informasi, kata Suhanto, Asia Tenggara siap menjadi pasar e-commerce terbesar ketiga di dunia dengan pertumbuhan dua digit per tahun.
Sementara itu, lembaga riset digital marketing E-Marketer memprediksi penjualan melalui e-commerce di Asia Pasifik diperkirakan menembus 2,72 triliun dollar Amerika pada 2020. “Jumlah itu naik dari pencapaian 2018 sebesar 1 triliun dollar Amerika,” kata Suhanto.
Selain itu, pada era revolusi industri 4.0, hingga tahun 2022, Indonesia akan menciptakan 26 juta lapangan pekerjaan. “Itu semua adalah peluang. Kalau kita tidak siapkan dari generasi muda, maka kita akan ketinggalan dari negara lain,” kata Suhanto.
Menurut Suhanto, pemerintah dalam hal ini Kementerian Perdagangan melihat pesatnya perkembangan industri digital, khususnya di bidang e-commerce. Sosialisasi ke universitas merupakan upaya pemerintah untuk mendorong para mahasiswa terjun ke dunia e-commerce.
Sosialisasi dengan tema “Membangkitkan Semangat Generasi Milenial melalui Pemanfaatan E-Commerce di Era Digital 4.0” itu juga dihadiri Rektor UNP Ganefri, Direktur Bina Usaha dan Pelaku Distribusi Kementerian Perdagangan I Gusti Ketut Astawa, Konsultan Marketing Daring Dinar Sudianto, dan Associate Vice President of Public Policy and Government Relations Bukalapak Bima Laga. Sosialisasi dihadiri sekitar 1.000 mahasiswa UNP.
Tahun 2019 ini, Kementrian Perdagangan akan melakukan sosialisasi ke 47 universitas di Indonesia. UNP merupakan universitas pertama ajang sosialisasi ini.
“Mahasiswa merupakan calon wirausahawan yang potensial serta handal. Oleh karena itu, sedini mungkin harus kami persiapkan. Apalagi, seperti yang kita ketahui, semakin ke depan semakin sulit menjadi Pegawai Negeri Sipil. Aparatur Sipil Negera (ASN) sangat terbatas. Jadi saya ingin agar mahasiswa bukan bangga menjadi ASN, tetapi bangga menjadi wirausahawan,” lanjut Suhanto.
Selain mahasiswa, Usaha Kecil Menengah (UKM) juga turut dipersiapkan. Apalagi menurut Suhanto, masih banyak UKM di Indonesia yang belum melihat pentingnya pemasaran dengan teknologi digital saat ini. “Oleh karena itu, dalam sosialisasi kami membawa serta praktisi-praktisi dari pelaku pasar daring,” kata Suhanto.
Sejalan dengan itu, lanjut Suhanto, pemerintah juga menyiapkan kebijakan yang menjadi payung hukum untuk melindungi produsen maupun konsumen. Salah satunya adalah Peraturan Presiden Nomor 4 tahun 2017 tentang Peta Jalan Sistem Perdagangan Berbasis Elektronik.
“Sesuai peraturan itu, dalam menghadapi perkembangan era digital, Kementerian Perdagangan tidak sendiri. Ada 21 kementerian dan lembaga yang sama-sama mengurusi hal ini,” kata Suhanto.
Rektor UNP Ganefri menambahkan, kemajuan teknologi sudah mengubah perilaku warga. Tidak hanya bisnis, tetapi institusi pendidikan. “Di UNP, kami juga melakukan reformasi kebijakan untuk mengantisipasi inovasi yang muncul saat ini. Mulai tahun 2018, kami sudah mengizinkan dosen-dosen untuk memberikan perkuliahan dengan 50 persen sistem belajar elektronik (e-learning) dan 50 persen tatap muka,” kata Ganefri.
Terkait e-commerce, menurut Ganefri, UNP memiliki program wirausaha mahasiswa yang diluncurkan setiap tahun. Hanya, masih banyak yang memasarkan produknya secara konvensional dan belum memanfaatkan pasar daring yang ada.
“Kehadiran praktisi dalam sosialisasi hari ini harapannya membuka wawasan tidak hany dari sisi pemasaran, tetapi inovasi untuk mengembangkan produk unggulan,” kata Ganefri.
Acara sosialisasi berjalan meriah. Para peserta terlihat antusias mengikuti pemaparan para narasumber.
I Gusti Ketut Astawa lebih banyak memaparkan tentang arah kebijakan pemerintah dalam pengembangan e-commerce. Sementara Dinar, mempresentasikan bagaimana mahasiswa berwirausaha di era digital antara lain dengan memanfaatkan fasilitas-fasilitas di internet untuk memasimalkan penjualan produk mereka. Adapun Bima, fokus pada bagaimana perjalanan Bukalapak sebagai pasar daring sejak didirikan pada 2010 lalu.