15.000 Rumah di Tarakan Terdampak Krisis Air Bersih
Oleh
Lukas Adi Prasetya
·2 menit baca
TARAKAN, KOMPAS - Krisis air bersih kembali mengancam sebagian wilayah Kota Tarakan, Kalimantan Utara. Enam pekan terakhir, hujan tidak cukup mengisi embung-embung tadah hujan yang diandalkan sebagai sumber air baku PDAM. Sekitar 60 persen pelanggan atau lebih dari 15.000 rumah terdampak.
Dari 26.125 pelanggan PDAM Tirta Alam Tarakan, sekitar 60 persen atau 15.675 pelanggan rumah tangga, kini mengalami gangguan pasokan air bersih. Daerah-daerah di kawasan perbukitan tinggi, tidak lagi mendapat air. Adapun daerah yang tidak terlalu tinggi, masih mendapat sedikit aliran. Air hanya mengalir normal di kawasan datar.
“Ada hujan, tapi hanya gerimis. Itu pun jatuhnya di kawasan perkotaan yang datar. Embung perlu hujan yang lebat dan berdurasi lama. Semoga kondisi ini tidak separah seperti sebelumnya,” kata Said Usman Assegaf, Direktur PDAM Tirta Alam Tarakan, Rabu (27/2/2019).
Kondisi sama pernah terjadi September 2018. Saat itu, waduk-waduk sumber air baku PDAM tidak terguyur hujan selama 1,5 bulan. Hujan memang ada, bahkan sempat deras, namun tidak jatuh di kawasan embung, melainkan perkotaan dan laut.
“Tidak ada air yang bisa diambil dari embung. Kami terpaksa menyedot air sungai yang mengarah ke embung. Kapasitas produksi kami kini hanya 30 liter per detik, padahal normalnya 180 liter per detik,” ujar Usman.
Kota Tarakan memiliki dua embung utama yakni Binalatung dan Persemaian, yang masing-masing berkapasitas 400.000 meter kubik dan 115.000 meter kubik. Satu embung lain, yaitu Bengawan yang merupakan embung cadangan berkapasitas 145.000 meter kubik.
Tidak ada air yang bisa diambil dari embung. Kapasitas produksi hanya 30 liter per detik, padahal normalnya 180 liter per detik
Pada Senin (25/2), PDAM Tirta Alam Tarakan mengeluarkan pemberitahuan terkait krisis air bersih ini. Beberapa kawasan yang disebut mengalami gangguan, di antaranya Mamburungan, Kampung Satu, Kampung Empat, Kampung Enam, Pamusian, Ladang Dalam, Karang Balik, dan Kampung Baru.
Dengan kondisi sekarang, lanjut Usman, air PDAM hanya bisa mengalir hingga tiga hari ke depan. “Jika ada hujan kecil, sungai bisa bertahan, bisa diambil airnya. Tapi waduk tidak. Kecuali jika segera turun hujan. Ini persis kondisi September lalu. Saat itu untung hujan deras mengguyur. Semoga kali ini juga begitu,” katanya.
Kepala Sub Bagian Humas Pemkot Tarakan Anugrah Yega mengakui, persoalan krisis air bersih Tarakan cukup pelik. “Embung tergantung hujan. Tarakan sebenarnya ada hujan, tapi tidak selalu turun ke kawasan embung. Jadi, kita hanya bisa berharap hujan segera turun di atas embung,” ujarnya.
Sofyan, warga Tarakan, memaklumi jika air PDAM tidak mengalir secara rutin 24 jam sehari. Namun, dia mengakui hal ini sangat merepotkan. “Kalau masih begini dalam seminggu ke depan, saya bingung juga,” kata karyawan swasta ini.