PELAIHARI, KOMPAS — Integrasi tanaman kelapa sawit dan jagung mulai dikembangkan di Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan. Pertanian terintegrasi itu bisa meningkatkan kesejahteraan petani.
Integrasi sawit dan jagung dikembangkan sebagian petani di Desa Tajau Pecah, Kecamatan Batu Ampar, Tanah Laut. Petani bisa menikmati hasil panen jagung sebelum kelapa sawit berbuah dan siap dipanen.
”Integrasi sawit dan jagung dikembangkan di sini sejak tiga tahun lalu,” kata Bupati Tanah Laut H Sukamta saat panen raya jagung bersama Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman, Panglima Kodam VI/Mulawarman Mayor Jenderal Subiyanto, dan Gubernur Kalsel Sahbirin Noor di Tajau Pecah, Senin (25/2/2019).
Selain di Batu Ampar, pertanian terintegrasi semacam itu juga dikembangkan di Kecamatan Panyipatan dan Bajuin. ”Tidak hanya sawit dan jagung, ada juga model lain, misalnya sawit dan ternak sapi. Model pertanian terintegrasi seperti itu bisa menambah pendapatan petani,” kata Sukamta.
Alfiansyah dari Kelompok Tani Padat Karya Desa Damar Lima, Batu Ampar, menyampaikan, produktivitas jagung di lahan sawit mencapai 6-7 ton per hektar. Namun, ia menyayangkan harga jagung jatuh saat panen raya, yakni Rp 2.500 per kilogram. ”Keuntungan petani jadi tipis,” katanya.
Menurut Amran, model pertanian terintegrasi sawit dan jagung terbukti menguntungkan petani. Sebelum dikembangkan di Kalimantan, integrasi sawit dan jagung dikembangkan di Sumatera. ”Targetnya, pertanian terintegrasi itu bisa dikembangkan di 1 juta-2 juta hektar lahan di seluruh Indonesia,” ujarnya. (JUM)