Jumlah warga yang mengungsi dan rumah rusak di Desa Sudamanik, Kecamatan Cimarga, Kabupaten Lebak, Banten, terus meningkat. Hujan deras yang terjadi hampir setiap hari memicu pergerakan tanah sehingga rumah-rumah itu rusak.
Oleh
DWI BAYU RADIUS
·2 menit baca
LEBAK, KOMPAS – Jumlah warga yang mengungsi dan rumah rusak di Desa Sudamanik, Kecamatan Cimarga, Kabupaten Lebak, Banten, terus meningkat. Hujan deras yang terjadi hampir setiap hari memicu pergerakan tanah sehingga rumah-rumah itu rusak.
Menurut Ketua RT 01 RW 09 Desa Sudamanik, Ubay (51), Senin (25/2/2019), jumlah warga yang mengungsi hampir 20 orang karena rumah mereka rusak berat, bahkan roboh. Pergerakan tanah di Desa Sudamanik terjadi di dua RT, yaitu 01 dan 02 di RW 09, Kampung Jampangcikuning, sejak akhir Januari 2019.
Jumlah warga yang mengungsi meningkat dibandingkan dua pekan lalu atau empat orang. Warga yang mengungsi kini menumpang di rumah anak, kakak, atau orangtua mereka. “Paling jauh, jarak rumah yang menjadi tujuan mengungsi sekitar 1 kilometer (km),” ujar Ubay.
Berdasarkan pengamatan, beberapa rumah sudah roboh. Puing-puing yang terdiri dari batu bata, genteng, kayu, dan anyaman bambu terlihat disusun di sejumlah halaman rumah. Banyak rumah yang dindingnya retak dengan celah selebar 2 sentimeter (cm).
Di rumah yang roboh, potongan tembok berserakan di lantai. Atap rumah itu tidak utuh sehingga rangkanya terlihat tanpa genteng. Sebagian dinding samping rumah itu juga sudah roboh. Selain itu, jalan setapak di Kampung Jampangcikuning, retak.
Data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lebak menunjukkan, rumah rusak karena pergerakan tanah saat ini berjumlah 115 unit. Jumlah itu juga meningkat dibandingkan saat BPBD Kabupaten Lebak melakukan asesmen pada 25 Januari 2019 atau 95 rumah.
Saepudin (42), warga Desa Sudamanik, mengatakan, tembok rumahnya retak karena pergerakan tanah sehingga menimbulkan celah selebar 2 cm. “Celah itu ditutup kantong plastik. Kalau tidak, ular masuk. Ular welang pernah melewati celah itu, dua pekan lalu. Saya pukul ular itu sampai mati,” katanya.
Hujan lebat biasanya terjadi selama dua jam hingga pukul 18.00. Hujan lalu turun lagi selama tiga jam hingga pukul 06.00. “Saat hujan, rumah berderak-derak. Sambungan kayu menjadi renggang dari sikunya. Atap rumah saya sudah disangga bambu. Kalau tidak, rumah saya bisa roboh,” kata Saepudin.
Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Lebak Kaprawi mengatakan, pihaknya sudah memberikan bantuan untuk warga Desa Sudamanik yang terdampak pergerakan tanah. “Kuantitas bantuan bermacam-macam tetapi warga yang rumahnya rusak berat mendapatkan 20 kilogram (kg) beras dan 40 bungkus mi instan,” ujarnya.
Kaprawi belum dapat memastikan hingga kapan pergerakan tanah berlangsung. Jika musim hujan selesai, pergerakan tanah diharapkan berhenti. “Kami mengimbau warga untuk waspada. Kalau kerusakan rumah semakin berat, mereka diminta mengungsi,” katanya.