Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memasang radar tsunami di Desa Cikoneng, Kecamatan Anyer, Kabupaten Serang, Banten. Alat yang juga disebut radar pantai itu dioperasikan untuk memonitor gelombang laut, termasuk tsunami.
Oleh
DWI BAYU RADIUS/ANITA YOSSIHARA
·2 menit baca
PANDEGLANG, KOMPAS – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika memasang radar tsunami di Desa Cikoneng, Kecamatan Anyer, Kabupaten Serang, Banten. Alat yang juga disebut radar pantai itu dioperasikan untuk memonitor gelombang laut, termasuk tsunami.
Kepala Stasiun Geofisika Tangerang di Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Teguh Rahayu di sela Kampung Siaga Bencana dan Tagana Masuk Sekolah di Desa Panimbang, Kecamatan Panimbang, Kabupaten Pandeglang, Banten, Senin (18/2/2019), mengatakan, jangkauan alat tersebut mencapai 70 kilometer (km) ke arah laut.
Radar frekuensi tinggi itu juga berfungsi untuk melengkapi sistem peringatan dini yang sudah dipasang, yaitu Indonesia Tsunami Early Warning System (InaTEWS). Rahayu mengatakan, InaTEWS mengirimkan sinyal sehingga penerimanya dapat membedakan gelombang biasa dengan tsunami.
“Jika kita asumsikan kecepatan tsunami mencapai 500-600 km per jam maka tersedia golden time (waktu terbaik) selama 9-10 menit untuk evakuasi di pesisir,” ujarnya. Karena itu, radar tsunami memiliki fungsi ganda, yaitu memonitor tsunami sekaligus mengeluarkan peringatan dini.
Peringatan tersebut berbasis kecerdasan artifisial (artificial intelligence) dan informasi dari Indian Ocean Tsunami Information Centre (IOTIC). “Dalam sistem IOTIC, peringatan dini disampaikan dalam waktu 3-5 menit setelah gempa terjadi,” ucapnya.
Gubernur Banten Wahidin Halim mengatakan, setelah tsunami melanda Banten, pihaknya berencana menata ulang bangunan-bangunan di pesisir. Karena itu, Pemerintah Provinsi Banten telah menyusun Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) Tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan tahun 2018-2025.
“Tsunami yang terjadi di Selat Sunda menyebabkan banyak warga Banten yang kehilangan pekerjaan dan ketidakpastian pariwisata,” ujarnya. Bangunan-bangunan di pesisir terkena dampak tsunami yang parah. Raperda tersebut kemudian disusun agar potensi pariwisata di Banten dapat dioptimalkan.