Terkena Demam Berdarah, Kakak-Adik Masuk Rumah Sakit
Dua kakak beradik tergolek di lorong Ruang Delima khusus untuk perawatan anak di Rumah Sakit Umum Daerah Dr Harjono Ponorogo, Jawa Timur, Kamis (31/1/2019). Sang kakak, Diana Risyani (13), ditunggui budenya, Sriyani, sedangkan adiknya, Fatin Salsabila (4), ditunggui neneknya, Soemin; tantenya, Jematin; dan ibunya, Ika.
Diana terbaring lemas, ia masih diinfus, sementara Fatin beberapa kali menangis. Ia memegangi boneka Hello Kitty. Saat merasa badannya tak nyaman, boneka itu pun dilepaskan. ”Sakit,” ia merengek, kakinya pun mengenai boneka hingga terjatuh dari tempat tidur.
Dia demam pada Sabtu Minggu lalu, di rumah sakit sudah empat hari sejak Senin lalu.
Soemin berusaha menenangkan cucunya. Warga Lembahngijo, Kecamatan Babatan, itu tidak habis pikir kenapa satu rumah dua orang terkena demam berdarah. Fatin sudah dirawat tiga hari, sedangkan Diana dua hari terbaring di lorong Ruang Delima.
Bukan hanya Fatin yang rewel, Bintang Langit Ramadhan (3) juga merepotkan ayah dan ibunya. Dia terus menangis, ayah dan ibunya menggendongnya bergantian. ”Ya rewel, Mas, dia ngajak jalan-jalan terus,” kata Zainuddin, ayahnya.
Sementara di dalam salah satu ruangan yang seharusnya diisi empat tempat tidur akhirnya diisi delapan tempat tidur. Asyraf Maulan (3) juga merengek. Anak Didik Nyipto Budi, warga Nglewan, Kecamatan Sambit, itu meminta pulang.
Bocah itu menolak meneruskan makan yang disuapkan ibunya. Ia juga sempat menolak diganti bajunya. Akhirnya, Didik menggendongnya, istrinya membawakan cairan infus. ”Dia demam pada Sabtu dan Minggu lalu, di rumah sakit sudah empat hari sejak Senin (28/1/2019),” kata Didik.
Adiknya belum sepekan pulang dari rumah sakit, ganti kakaknya kena demam berdarah.
Di sisi lain, lonjakan pasien sempat membuat pasien harus menunggu sampai 2 jam lebih untuk bisa menjalani rawat inap. Mereka menunggu di ruang perawatan intensif atau instalasi gawat darurat sampai ada tempat. ”Kemarin itu kami menunggu 3 jam. Ini sudah tiga hari di sini,” kata Sri Wahyuni, ibu dari Rofianisa Elsa Agustin (12) yang dirawat di lorong.
Sri menyebutkan, di lingkungannya di Desa Kunti, Kecamatan Sampung, ada empat warga yang terkena demam berdarah. Mereka yang terkena demam berdarah tidak hanya anak-anak, tetapi juga orang dewasa. ”Kalau anak saya di rumah saja empat hari demam, ketika dibawa ke sini demam berdarah. Sebelumnya, adiknya, Clara Astika, rawat inap kena flu singapura. Adiknya pulang, ganti kakaknya kena demam berdarah,” ujarnya.
Merebaknya demam berdarah di Ponorogo hingga ditetapkan menjadi kejadian luar biasa pada 30 Januari lalu tidak hanya menyusahkan pasien dan merepotkan keluarganya, tetapi juga membuat paramedis bekerja ekstra keras. Jika perubahan suhu badan pasien masih belum stabil, paramedis pun lebih intens mengeceknya.
Adelita, salah seorang perawat, rutin mengecek badan Diana yang demamnya meningkat. Panas badan pasien itu tidak menurun. ”Niki mangke diparingi obat turun panas nggih, Mbah (Ini nanti diberi obat penurun panas, ya, Nek),” kata perawat itu kepada Soemin yang menengok kakak Fatin.
Merebaknya demam berdarah di Ponorogo hingga ditetapkan menjadi kejadian luar biasa pada 30 Januari lalu tidak hanya menyusahkan pasien dan merepotkan keluarganya, tetapi juga membuat paramedis bekerja ekstra keras.
Selama terjadi lonjakan pasien, petugas rumah sakit tidak hanya menyiapkan dan menata ruangan yang bisa digunakan untuk merawat pasien, mereka juga harus menyulap lorong-lorong menjadi ruang perawatan. Ruang perawatan anak sudah tidak mencukupi lagi.
Semua ruangan yang memungkinkan untuk bisa menampung pasien pun dimanfaatkan sebagai ruangan perawatan. Ruang unit gawat darurat, ruang perawatan intensif, dan ruang bedah yang tidak begitu banyak pasien pun digunakan.
”Pokoknya ruangan yang ada dimaksimalkan agar pasien terlayani. Ini terutama untuk menampung anak-anak yang terkena demam berdarah. Apalagi, Bupati Ponorogo sudah menetapkan kondisi luar biasa,” ujar Siti Nur Faida, Kepala Bidang Pelayanan Medis Rumah Sakit Umum Daerah Dr Harjono Ponorogo.
Siti menyebutkan, rumah sakit tersebut tidak hanya melayani pasien dari warga masyarakat Ponorogo, tetapi juga pasien dari kabupaten tetangga terdekat, seperti Dolopo dan Kebonsari, Kabupaten Madiun; Parang, Kabupaten Magetan, dan Purwantoro, Wonogiri, Jawa Tengah. ”Tetapi, sejak KLB, pasien yang digratiskan dan biayanya ditanggung Pemerintah Kabupaten Ponorogo hanya yang beridentitas dan masuk kartu keluarga Kabupaten Ponorogo,” kata Siti.
Membeludaknya pasien demam berdarah di Ponorogo dan adanya rujukan limpahan pasien dari daerah sekitarnya tentu saja menambah beban kerja tenaga medis. Oleh karena itu, pihak rumah sakit juga menambah asupan gizi bagi petugas medis agar tetap bugar dan fit melayani pasien.
Jangan sampai tenaga terkuras dan malah sakit sendiri.
Pihaknya telah berkirim surat kepada sejumlah perguruan tinggi kesehatan untuk meminta mahasiswa yang tinggal tugas akhir menjadi relawan. ”Tujuannya membantu mengatasi keterbatasan personel dan menjaga agar paramedis tidak kelelahan karena bertambahnya beban kerja. Jangan sampai tenaga terkuras dan malah sakit sendiri,” ujar Siti.
Siti menyebutkan, hingga 31 Januari tercatat ada 109 pasien demam berdarah yang masih menjalani rawat inap. Pihak rumah sakit menyiapkan ruang bedah dan ruang paramedis untuk menampung lonjakan pasien. ”Ini upaya agar tetap bisa melayani pasien, termasuk memanfaatkan lorong di ruang perawatan anak,” kata Siti.
Ia menambahkan, selama 2018, tercatat 565 kasus demam berdarah, yakni 290 kasus demam berdarah parah (dengue hemorrhagic fever) dan 175 kasus demam berdarah dengue, dengan empat orang meninggal. Selama Januari 2019, tercatat 347 kasus demam berdarah, dengan tiga orang meninggal. Saat ini, di RSUD Dr Harjono juga ada delapan pasien yang masih dirawat di ruangan perawatan intensif (ICU).
Ini upaya agar tetap bisa melayani pasien, termasuk memanfaatkan lorong.
Sementara itu, Pemerintah Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, menetapkan kejadian luar biasa demam berdarah per 30 Januari 2019. Sampai saat ini, sudah empat orang meninggal. Pada periode 1-31 Januari, ada 791 pasien yang mengalami gejala demam berdarah tersebar di RSUD Dr Harjono 347 pasien, RS Islam Aisyiah 260, RSU Muhammadiyah 116, dan RS Darmayu 68 orang.
Kepala Seksi Pelayanan Kesehatan Rujukan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur Lilis Herlina meninjau langsung penanganan pasien di Ponorogo. Ponorogo masuk lima besar kasus DBD saat ini, selain Kediri, Tulungagung, Bojonegoro, dan Blitar.
Pemerintah Provinsi Jawa Timur akan memfasilitasi kabupaten/kota yang menetapkan kondisi luar biasa DBD dan mendorong perilaku hidup sehat warga. Ponorogo menetapkan KLB dengan lonjakan pasien yang signifikan dan kapasitas ruang perawatan yang tidak mencukupi. Penanganan pasien dinilai masih memenuhi standar.