Susilo Bambang Yudhoyono berbicara dalam Forum Silaturahmi Ulama Aceh di Banda Aceh, Minggu (27/1/2019).
BANDA ACEH, KOMPAS — Presiden keenam Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono mengingatkan semua pihak, terutama warga Aceh, agar menjaga dan merawat perdamaian di ”Bumi Serambi Mekkah” itu. Perdamaian yang telah diraih dengan sudah payah harus diisi dengan pembangunan agar rakyat sejahtera.
Susilo Bambang Yudhoyon,o atau kerap disapa SBY, menyampaikan itu di hadapan para ulama Aceh dalam acara silaturahmi bersama ulama di Banda Aceh, Minggu (27/1/2019). Acara itu bagian dari rangkaian Tour de Toba-Seulawah yang dilakukan sejak 21 Januari sampai 28 Januari 2019. SBY mengunjungi 24 kabupaten dan kota di Sumatera Utara dan Aceh.
SBY menuturkan, dirinya memiliki ikatan kuat dengan Aceh. Aceh pernah diamuk konflik berkepanjangan. Saat konflik Aceh memanas, dirinya menjabat sebagai Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan sehingga terlibat penuh dalam proses mengakhiri konflik di Aceh.
Saat SBY menjadi Presiden, Aceh dapat mencapai kedamaian yang sesungguhnya yang ditandai dengan penandatanganan perjanjian damai di Helsinki, Finlandia, pada 15 Agustus 2005, antara Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dan Pemerintah RI. Senjata milik GAM dimusnahkan dan Aceh diberikan dana otonomi khusus untuk mempercepat pembangunan. Terlebih saat itu, Aceh baru saja dilanda bencana besar gempa dan tsunami pada 26 Desember 2004.
KOMPAS/ZULKARNAINI
Susilo Bambang Yudhoyono berbicara dalam Forum Silaturahmi Ulama Aceh di Banda Aceh, Minggu (27/1/2019).
”Aceh pernah dapat cobaan hebat, tetapi atas kesabaran, keteguhan, dan kebersamaan, kita dapat melaluinya. Saya menjadi bagian menghadapi ujian dan proses perdamaian itu,” kata SBY.
SBY menuturkan, perdamaian adalah anugerah besar dari Tuhan yang harus disyukuri. Sebab, perdamaian diraih dengan susah payah.
SBY meyakini, hati warga Aceh sangat menginginkan perdamaian. Sebab, dalam keadaan perang mustahil pembangunan bisa dilakukan. Oleh sebab itu, kata SBY, saat ini warga Aceh harus bahu-membahu membangun daerah. Sejarah kelam tidak boleh terulang, kini saatnya menatap masa depan.
”Saya salah satu yang ikut berjuang, tetapi saudara saya di Aceh adalah yang paling kuat dalam berjuang. Mari kita jaga, kita rawat, dan perkuat damai ini. Isilah dengan pembangunan,” kata SBY.
SBY menjabat Presiden Indonesia selama sepuluh tahun sejak Oktober 2004 hingga Oktober 2014. Sebelumnya, sejak 2000 hingga 2004, di dalam pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid dan Megawati Soekarnoputri, SBY menjabat Menko Polhukam. Pada periode SBY menjadi Menko Polhukam itu, konflik Aceh sedang mendidih. Status darurat militer dan darurat sipil diberlakukan. Sebagai Menko Polhukam, SBY ditunjuk sebagai Ketua Badan Pelaksana Harian Penguasa Darurat Sipil Pusat.
”Empat tahun lamanya (proses damai) mengalami pasang surut, berulang kali saya bertemu dengan ulama Aceh. Tidak mudah, tetapi kita tidak menyerah hingga akhirnya perdamaian terwujud,” kata SBY.
Kini usia perdamaian Aceh 14 tahun, sebuah pencapaian yang baik. Namun, kata SBY, substansi dari perdamaian adalah pembangunan yang berkeadilan dan menghadirkan kesejahteraan bagi warga. SBY mengingatkan Pemprov Aceh untuk fokus membangun kualitas sumber daya manusia. SBY juga meminta ulama untuk menasihati presiden, gubernur, bupati, dan pemerintah secara umum agar tetap berada pada jalan yang benar.
SBY mengingatkan Pelaksana Tugas Gubernur Aceh Nova Iriansyah yang juga Ketua DPD Demokrat Aceh untuk bekerja keras membangun provinsi itu. ”Para ulama harus berani dan selalu memperkuat kebenaran, bukan membenarkan yang kuat,” ujar SBY.
KOMPAS/ZULKARNAINI
Wakil Presiden Jusuf Kalla didampingi (dari kiri) Ketua Aceh Monitoring Mission Peter Feith, Wali Nanggroe Malik Mahmud, Gubernur Aceh Zaini Abdullah, dan Wakil Gubernur Aceh Muzakkir Manaf pada puncak perayaan 10 Tahun Perdamaian Aceh, Minggu (15/11/2015), di Taman Ratu Safiatuddin, Banda Aceh.
Persoalan kemiskinan kini menjadi persoalan serius bagi Pemprov Aceh. Data terbaru dari Badan Pusat Statistik Aceh, hingga September 2018, jumlah penduduk miskin di Aceh sebesar 15,68 persen atau sekitar 831.000 orang. Aceh menjadi provinsi termiskin di Sumatera.
Ketua Himpunan Ulama Dayah Aceh Muhammad Yusuf mengatakan, perdamaian adalah rahmat dan warga Aceh sangat mensyukuri. Pascadamai, Aceh mulai berbenah diri mengejar pembangunan agar tidak tertinggal dari daerah lain.
”Perdamaian di Aceh tidak terlepas dari (kerja) SBY. Dulu malam tidak berani keluar, sekarang sudah sangat aman. Ini modal bagi Aceh membangun. Apa yang telah diperbaiki jangan dirusak kembali,” kata Yusuf.