PADANG, KOMPAS –Nan Jombang Dance Company bersama Komunitas Galombang Minangkabau kembali menyelenggarakan Festival Nan Jombang Tanggal 3 yang akan berlangsung pada Minggu, (3/2/2019) mendatang. Kehadiran festival ini dinilai penting sebagai jawaban akan masih minimnya panggung bagi seniman tradisi di Sumatera Barat untuk berekspresi.
Direktur Festival Angga Djamar mengatakan, seperti namanya, Festival Nan Jombang Tanggal 3 (FNJT3) selalu diselenggarakan setiap tanggal 3 setiap bulan. Pada setiap penyelenggaraannya, pertunjukan yang ditampilkan pada festival yang didukung Bakti Budaya Djarum Foundation dan Taman Budaya Provinsi Sumatera Barat itu, selalu berbeda.
“Tidak hanya menampilkan pertunjukan kesenian tradisi dari setiap daerah di Sumbar, melainkan juga akan menghadirkan pertunjukan dari sanggar, grup, atau komunitas yang tergabung dalam Asosiasi Sanggar Seni Pertunjukan Sumatera Barat,” kata Angga di Padang, Senin (28/1/2019).
FNJT3 pada 3 Februari akan digelar di Ladang Tari Nan Jombang, belakang perumahan Kepolisian Daerah Sumatera Barat, Balai Baru, Padang. Ini merupakan penyelenggaraan kedua pada 2019.
Saat dibuka secara resmi pada 3 Januari lalu, FNJT3 menampilkan Salawaik Dulang dari Kabupaten Tanah Datar. Sawalaik Dulang merupakan salah satu sastra lisan Minangkabau bertema Islam. Pada pertunjukan di FNJT3 3 Januari lalu, Salawaik dulang ditampilkan oleh tiga kelompok sekaligus.
“Pada FNJT3 di Februari, akan hadir Indang Tagak yang merupakan kesenian tradisi dari Jorong Sampu, Kanagarian Lubuak Gadang Utara, Kecamatan Sangir, Kabupaten Solok Selatan. Kesenian Indang Tagak ini akan dimainkan oleh grup Minang Saiyo dan diusung oleh Komunitas Takasiboe yang merupakan fasilitator kesenian tradisi di Kabupaten Solok Selatan,” kata Angga.
Pemimpinan Komunitas Takasiboe Bambang Ismanto menjelaskan, Indang tagak merupakan kesenian tradisi yang berasal dari Solok Selatan. Kesenian dibawa oleh ulama dari Aceh yang ketika itu mengembangkan Islam di Minangkabau. Menurut Bambang, di daerah asalnya di Jorong Sampu, kesenian ini dikembangkan oleh Syekh Arif Sampu, salah satu ulama besar di sana
Indang tagak merupakan kesenian tradisi yang berasal dari Solok Selatan. Kesenian dibawa oleh ulama dari Aceh yang mengembangkan Islam di Minangkabau.
“Grup yang akan tampil nanti juga grup yang sudah lama memainkan yakni sejak 1972,” kata Bambang.
Angga menambahkan, selain Indang Tagak, FNJT3 juga akan dimeriahkan oleh penampilan dari Sanggar Satampang Baniah (STB). Sanggar yang dipimpin oleh Sulastri Andras ini telah malang melintang di dunia kesenian Sumbar.
“Sanggar ini sudah berdiri sejak tahun 1985 dan selalu konsisten mementaskan seni tradisi Minangkabau. Tidak hanya di Sumbar, sanggar ini juga sudah beberapa kali pentas diluar negeri mewakili Sumatera Barat dalam ajang yang berbeda. Pada tahun 2018 lalu mereka mengikuti Indonesia-Australia Business Summit dan Festival Minangkabau di Malbourne, Australia,” ujar Angga.
Kurator FNJT3 Hadi Gustian menambahkan, untuk menentukan seni tradisi yang tampil di festival tersebut, pihaknya melihat sejumlah kriteria seperti proses kelompok yang akan tampil selama ini dan kelangkaan seni tradisi itu. Adapun sanggar yang ditunjuk diserahkan ke Asosiasi Sanggar Seni Pertunjukan Sumbar
Angga berharap, melalui FNJT3, kesenian tradisi dari setiap daerah di Minangkabau mendapat panggung dan semakin dikenal. Apalagi yang datang ke festival tersebut tidak hanya penikmati seni pertunjukan biasa, tetapi juga pihak terkait atau bahkan penyelenggara festival dalam dan luar negeri.