SIDOARJO, KOMPAS — Bencana banjir yang melanda Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, telah memasuki hari ketiga, Minggu (20/1/2019). Selama bencana berlangsung, jalan nasional di Kecamatan Porong lumpuh total dan ratusan rumah terendam. Upaya mengatasi banjir pun dilakukan berbagai pihak, tetapi hasilnya belum maksimal.
Tinggi genangan air di jalan yang menghubungkan Sidoarjo dengan Kabupaten Pasuruan itu mencapai 40 sentimeter hingga 70 cm. Akibat tingginya genangan, ruas jalan ditutup total dua arah untuk semua jenis kendaraan, baik sepeda motor maupun kendaraan besar angkutan barang.
Kepala Satuan Lalu Lintas Polresta Sidoarjo Komisaris Fahrian Siregar mengatakan, penutupan jalan di Porong dilakukan sejak Jumat malam. Alasannya untuk melindungi keselamatan pengendara karena sebelumnya banyak kendaraan mogok, terutama sepeda motor dan mobil, seperti sedan.
”Selain itu, kondisi jalan juga berbahaya karena banyak lubang besar yang tersebar di beberapa titik. Lubang-lubang itu muncul akibat aspal terkelupas setelah terus-menerus terendam air,” ujar Fahrian.
Kendati ditutup dan dipasang papan pengumuman, sejumlah pengendara nekat menerobos. Salah satunya sebuah truk yang hendak ke Malang. Truk itupun akhirnya terperosok ke dalam lubang dan mengalami patah pada bagian roda. Di lain waktu, satu mobil sedan mati mesin tepat di tengah banjir.
Kepala Unit Lalu Lintas Polsek Porong Ajun Komisaris Sunardi mengatakan, lalu lintas Sidoarjo-Pasuruan ataupun Sidoarjo-Malang dan sebaliknya dialihkan melalui jalan tol. Bagi sepeda motor diarahkan melalui jalan arteri Porong. Namun, faktanya, banyak motor memotong lewat atas tanggul lumpur Lapindo yang berbahaya.
”Kondisi tanggul rawan ambrol karena tidak diperuntukkan untuk dilintasi kendaraan. Selain itu kondisinya becek dan licin sehingga pengendara rawan jatuh. Masyarakat diimbau mematuhi larangan demi keselamatan mereka sendiri,” kata Sunardi.
Lebih parah
Banjir di Jalan Raya Porong kerap terjadi. Selama Januari ini sudah dua kali. Sebelumnya, pada 9 Januari selama dua hari. Kondisi banjir saat ini lebih parah karena telah memasuki hari ketiga dan belum juga surut, bahkan ketinggian air terus bertambah karena guyuran hujan.
Hengky Listria Adi dari Humas Pusat Pengendalian Lumpur Sidoarjo (PPLS) mengatakan, selain hujan, banjir disebabkan meluapnya Sungai Ketapang yang berada di sisi jalan raya dan Kali Porong. Sejumlah upaya pengendalian banjir telah dilakukan di antaranya mengoperasikan dua pompa air untuk menyedot genangan dan mengalirkannya ke embung atau kolam penampungan.
Namun, upaya-upaya itu belum membuahkan hasil maksimal karena kondisi Sungai Ketapang yang meluap. Sungai mengalami sedimentasi sehingga daya tampungnya berkurang. Dalam rapat koordinasi pengendalian banjir yang digelar di Pendopo Delta Wibawa pada akhir 2018 terungkap bahwa Sungai Ketapang memerlukan normalisasi.
”Selama 2018 tidak ada pekerjaan. Normalisasi Sungai Ketapang menurut rencana akan dikerjakan dalam waktu dekat,” ujar Kepala Bidang Irigasi dan Pematusan Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Sumber Daya Air Sidoarjo Bambang Tjatur.
Permukiman
Selain menggenangi Jalan Raya Porong, banjir di Sidoarjo juga menggenangi permukiman warga di Kecamatan Taman dan Kecamatan Waru. Penyebabnya adalah luapan dari Kali Buntung. Di Perumahan Taman Surya Agung, Desa Wage, Kecamatan Taman, banjir melanda sejak 14 Januari.
Air sempat surut, tetapi kemudian banjir lagi hingga sekarang. Peristiwa yang sama juga terjadi di Desa Kedungrejo, Kecamatan Waru. Alih-alih surut, banjir justru meluas ke kawasan Bungurasih Timur, Bungurasih Tengah, dan Bungurasih Barat. Ketinggian air 30-50 cm.
Kepala Pelaksana BPBD Sidoarjo Dwijo Prawito mengatakan, pihaknya telah mengoperasikan posko siaga bencana selama 24 jam. Posko ini siap menerima laporan dari masyarakat dan menindaklanjutinya dengan kegiatan tanggap darurat sesuai situasi di lapangan. Selain banjir, bencana akibat angin puting beliung juga diantisipasi karena rawan terjadi.