MAKASSAR, KOMPAS — Tim Pengendali Inflasi Daerah Sulawesi Selatan dan Kota Makassar akan terus memantau pasar dan melakukan stabilisasi harga untuk menekan inflasi di daerah ini. Pada Desember lalu, inflasi di Sulsel mencapai 0,86 persen, lebih tinggi dari inflasi nasional sebesar 0,62 persen. Ini juga naik dibandingkan dengan inflasi pada November yang hanya mencapai 0,28 persen.
”Kami terus turun memantau pasar dan memastikan harga barang tidak terlalu melambung dengan cara memastikan stok barang tersedia dan distribusinya lancar. Sejauh ini yang kami lakukan adalah upaya stabilisasi harga, bukan operasi pasar,” kata Kepala Dinas Perdagangan Sulsel Hadi Basalamah di Makassar, Rabu (9/1/2019).
Beberapa waktu lalu Badan Pusat Statistik Sulsel merilis data inflasi yang menyebut Sulsel menjadi salah satu daerah dengan inflasi cukup tinggi. Tiga kelompok penyumbang inflasi terbesar adalah transportasi udara, komunikasi, dan jasa keuangan yang mencapai 2,28 persen. Selanjutnya, bahan makanan yang mencapai 1,65 persen.
”Pada transportasi udara, kenaikan terjadi karena musim libur dan mudik Natal. Untuk bahan makanan, kenaikan terutama pada komoditas bawang merah, daging ayam, dan cabai. Kami menduga ini terkait musim hujan. Ini yang sekarang kami upayakan agar pasokan dan harganya terjaga dan stabil,” kata Hadi.
Untuk bahan makanan, kenaikan terutama pada komoditas bawang merah, daging ayam, dan cabai.
Menurut Hadi, pihaknya juga bekerja sama dengan PT Pelindo untuk memastikan kapal pembawa bahan makanan diprioritaskan merapat di pelabuhan dan bongkar muat barang.
Direktur Bank Indonesia Wilayah Sulsel Dwipoetra S Besar membenarkan bahwa inflasi di Sulsel pada Desember lalu di antaranya dipengaruhi musim hujan dan libur. Faktor cuaca juga menjadi penyebab kenaikan harga pada sejumlah komoditas.
Dia berharap, dengan melihat bahwa cuaca ekstrem juga jadi tantangan selain potensi kenaikan bahan bakar minyak, pemerintah bisa melakukan antisipasi dini untuk menekan inflasi. Perencanaan harus dilakukan lebih sistematis dan matang.
”Komoditas yang selama ini menyumbang inflasi besar bisa dicari solusinya sejak jauh hari. Misalnya, komoditas apa yang berpengaruh pada cuaca, termasuk pengirimannya. Jika sudah ketahuan, mungkin antisipasi bisa dilakukan lebih dini. Saat ini pengaruh cuaca tidak hanya berdampak pada komoditas pertanian, tetapi juga hasil laut,” kata Dwipoetra.
Untuk menekan harga beras, pihak Bulog melepas lebih dari 100 ton beras ke pasar pada pekan lalu. Bulog memastikan persediaan beras Sulsel aman, yakni cukup untuk kebutuhan 37 bulan atau setara 108.000 ton. Ini belum termasuk pasokan dari panen yang akan berlangsung hingga Maret.