SUKOHARJO, KOMPAS — Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita menyatakan, pemerintah tetap tidak akan membuka keran ekspor rotan mentah. Hal ini dilakukan untuk menjamin ketersediaan bahan baku bagi industri furnitur berbahan baku rotan di dalam negeri.
”Kami ingin meyakinkan bahwa kita (pemerintah) tidak akan mengizinkan ekspor rotan mentah. Kalau mau kirim (ekspor rotan), minimal sudah semi atau setengah jadi,” ujar Enggartiasto di sela-sela melepas ekspor furnitur produksi CV Maju Jaya ke Italia di sentra industri rotan Trangsan, Kecamatan Gatak, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, Selasa (8/1/2019).
Enggartiasto menuturkan, produsen rotan meminta izin ekspor rotan mentah, tetapi di sisi lain industri furnitur berbahan baku rotan juga menyampaikan keluhan tidak mudah mendapatkan rotan dengan harga yang layak jika rotan mentah diekspor. Untuk itu, pemerintah akan terus menjembatani kedua pihak agar produsen rotan dan industri furnitur bahan baku rotan dapat saling menguntungkan.
Menurut Enggartiasto, pemerintah akan terus memberikan dukungan kepada pelaku usaha furnitur agar dapat meningkatkan ekspor serta mengisi pasar dalam negeri. Pelarangan ekspor rotan mentah juga untuk menjamin ketersediaan bahan baku bagi industri dalam negeri.
Pemerintah akan terus memberikan dukungan kepada pelaku usaha furnitur agar dapat meningkatkan ekspor serta mengisi pasar dalam negeri.
Enggartiasto mengatakan, selama 2018, ekspor furnitur telah terdampak pelemahan ekonomi global yang pertumbuhannya terus menurun. Pertumbuhan ekonomi dunia 2017 tercatat 4,7 persen, pada 2018 menurun menjadi 3,9 persen. Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia pada 2019 kembali menurun menjadi 3,7 persen.
”Daya beli (pasar luar negeri) masih terganggu, tetapi pasarnya masih ada, hanya lebih sedikit, dan kita juga harus bersaing dengan negara-negara lain,” ujarnya.
Untuk mendorong ekspor furnitur, menurut Enggartiasto, pemerintah akan mengevaluasi peraturan-peraturan yang menghambat ekspor dan menyulitkan pelaku usaha. Pelaku usaha antara lain masih mengeluhkan sistem verifikasi dan legalitas kayu, yaitu persyaratan untuk memenuhi legalitas kayu.
Mulyadi, pemilik CV Maju Jaya, mengatakan telah mengekspor produk furnitur, seperti meja, kursi, dan lemari ke sejumlah negara di Eropa, antara lain Perancis, Italia, dan Hongaria. Volume ekspor sebesar 8-10 kontainer per bulan dengan nilai 20.000-25.000 dollar AS per kontainer. Pelemahan ekonomi global diakuinya menurunkan ekspor. ”Dulu ekspor bisa Rp 11 miliar per tahun, sekarang Rp 10,5 miliar per tahun,” ujarnya.
Ketua Kluster Industri Rotan Trangsan, Mujiman, mengatakan, bahan baku rotan didatangkan dari Katingan, Kalimantan Tengah. Harga rotan untuk bahan anyaman berkisar Rp 10.000-Rp 13.000 per kilogram, bergantung pada jenis dan kualitas. ”Harga rotan tersebut termasuk terjangkau. Harganya juga stabil,” ucapnya.