Kunang-kunang Pematang Damar
Cahaya kunang-kunang di Pematang Damar, Muaro Jambi, menjadi tontonan pada malam pergantian tahun. Namun, cahayanya tak selengkap dulu. Empat tahun lalu hutan gambut Pematang Damar terbakar. Kini, warga mencoba memulihkan hutan untuk mengundang kunang-kunang yang menghilang.
Cahaya kunang-kunang menjadi tontonan warga di malam pergantian tahun di Pematang Damar, Kecamatan Maro Sebo, Kabupaten Muaro Jambi, Jambi.
Menjelang pergantian tahun, Senin (31/12/2018) malam, jalan desa hingga sepanjang pinggiran hutan Pematang Damar dipadati warga sejak pukul 22.00.
Kompas mengikuti sejumlah warga menembus udara dingin menuju salah satu pematang sawah. Tak lama menunggu, sinar pertama muncul. Warnanya merah menyala. Sinar itu langsung mengundang pekikan kecil sejumlah remaja.
Di pematang sawah yang mengelilingi hutan, cahaya kunang-kunang bermunculan di malam hari. Saat bintang-bintang tertutup awan, kunangkunang memendarkan cahayanya.
Terangnya menyala selama beberapa saat, lalu tampak berkelap-kelip. Sesekali dua sinar tampak menyatu. Di lain waktu, beberapa berpendar sekaligus sehingga langit pun semarak.
Saat malam bertambah larut, bertambah banyak cahaya yang muncul. Kawanan kunang-kunang melayang itu tampak memukau. Bagi Edwar Sasmita (37) dari Desa Jambi Tulo, kelap-kelip seperti itu untuk kedua kalinya ia saksikan di tempat yang sama.
Pertama kali, pada tahun lalu. Hal serupa dialami Adi Ismanto (38), warga lain yang ikut menonton hal yang mereka sebut kunang-kunang Pematang Damar.
Adi mengatakan, fenomena warga berbondong-bondong menyaksikan kemunculan kunang-kunang terjadi 4 tahun terakhir. Namun, kisah tentang kemunculan kunang-kunang itu sudah ada sejak dia masih remaja.
Saat itu, kemunculan kawanan serangga ini tak banyak diceritakan para orangtua. ”Para orangtua khawatir jika ada orang luar desa yang tahu, hal itu bisa mengganggu kehidupan kunang-kunang,” katanya.
Kebakaran
Semua berubah ketika kebakaran hebat melanda hutan Pematang Damar pada 2015. Api melalap lebih dari 200 hektar hutan gambut hingga hampir tak bersisa.
Peristiwa kebakaran itu disidik oleh tim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan karena diduga terkait pembukaan kanal dan rencana pembukaan kebun oleh sejumlah perusahaan sawit. Namun, hingga kini belum terdengar hasil penyidikan, garis polisi pun masih mengelilingi hutan itu.
Setelah pepohonan habis terbakar, pemandangan hutan jadi terbuka luas. Sepanjang mata memandang tampak rawa gambut dipenuhi rerumputan liar.
Fenomena baru pun terjadi. Di tengah alam yang terbuka itu cahaya kunang-kunang menjadi lebih terang dan leluasa untuk dilihat.
Menurut Wagiman (71), sesepuh desa itu, dia menyaksikan kelap-kelip itu sejak 10 tahun silam. Saat itu, hutan masih lebat. Kunang-kunang terlihat di antara celah pepohonan rindang.
Di tengah malam, waktu dirinya berburu burung, tampak kawanan serangga itu memendarkan tiga warna, yakni merah, hijau kebiru-biruan, dan kuning.
Setelah kebakaran hebat, Wagiman mendapati sinar kunang-kunang hanya tinggal warna merah. ”Sejak kebakaran terjadi, sinar kunang-kunang lebih mudah terlihat. Namun, warna birunya tidak muncul lagi,” katanya.
Sejak cahaya kunang-kunang semakin mudah terlihat, tempat itu menjadi ramai dipadati warga, terutama pada malam pergantian tahun. Menurut Wagiman, kemunculan kunang-kunang sebenarnya tak hanya di malam tahun baru, tetapi juga setiap malam. Namun, kemunculan di malam tahun baru paling ditunggu.
Keragaman
Desa-desa di sekeliling hutan Pematang Damar dikenal sebagai desa wisata. Selain masih kuat budayanya, kawasan dekat Candi Muaro Jambi itu dikenal sebagai habitat anggrek hutan.
Sejak dulu, wilayah itu sangat kaya berbagai jenis anggrek hutan. Grammatophyllum, Dendrobium, Bulbophyllum, Cymbidium, Appendicula, Pomatocalpa, Phalaenopsis atau Eria, Trichotosia, Thelasis, Flicking coelogyne, hingga Javanica hidup subur di tengah hutan lembab itu.
Boleh dibilang koleksi tanaman anggrek di hutan kawasan Muaro Jambi paling beragam untuk wilayah hutan hujan tropis dataran rendah Jambi. Itu saat kondisi masih ideal, sebelum hutan dilanda kebakaran.
Saat hutan terbakar, pemuda setempat mencoba mengevakuasi anggrek-anggrek itu. Mereka mengembangkan di rumah sambil berupaya memulihkan kondisi hutan. Tahun 2017, mereka mencoba mengembalikan beberapa anggrek ke pinggir hutan. Akan tetapi, bunganya tak seindah dulu.
Terkait kehadiran kunangkunang, peneliti dari Departemen Geofisika dan Meteorologi Institut Pertanian Bogor, Anik Wijayanti, menulis dalam hasil penelitian berjudul ”Kajian Habitat dan Aktivitas Kemunculan Kunang-kunang dengan Observasi Cuaca Skala Mikro”, 2015, spesies kunangkunang sering ditemukan di daerah dengan kelembaban tinggi dan hangat seperti kolam, sungai, dan air payau.
Habitat paling sesuai untuk kunang-kunang berupa lingkungan hidro yang meliputi area hutan ataupun lahan pertanian dengan kondisi air yang baik. Kunang-kunang rentan terhadap pencemaran lingkungan. Kemunculannya menandakan kondisi lingkungan masih ideal.
Hutan bervegetasi rapat menjadi tempat yang nyaman bagi kunang-kunang. Hilangnya kunang-kunang yang memendarkan cahaya biru bisa jadi terkait kebakaran hutan 4 tahun silam.
Para pemuda setempat berupaya memulihkan hutan. Tujuannya agar kunang-kunang dan anggrek dapat hidup lebih nyaman. Kunang-kunang akan melengkapi gairah wisata.
Sejumlah negara, seperti Jepang, Thailand, dan Malaysia memanfaatkan potensi kunang-kunang untuk meningkatkan pariwisata.
Di wilayah lain Indonesia, pemandangan ribuan kunangkunang juga telah ditawarkan sebagai atraksi wisata. Misalnya, di tepi Sungai Sekonyer, Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, serta di sepanjang Sungai Pute di Rammang- Rammang, Maros, Sulawesi Selatan. Karena itu, upaya pemulihan hutan perlu didukung semua pihak.